Pesta

7.9K 1.2K 113
                                    

KARA

Aku melirik Aber yang sedang berbicara dengan Jaquen sementara aku duduk berjarak dua meter di kantin rumah sakit setelah menjenguk Mom. Bersalah? Ya, aku merasa bersalah karena tanpa sengaja tanganku mencakar leher Jaquen tapi itu semua karena ulah Aber.

Aku melihat ponselku dan mencari tahu cara supaya beruang pemarah itu tidak sembarangan menciumku. Aku terlonjak kaget saat dilayar ponselku muncul nama Faithy.

"Hallo..."

"Dimana? Sibuk? Kenapa ponselmu beberapa hari tidak menyala? Kenapa—"

"Apa kau sudah mengirimkan e-mail padaku?" selaku diantara serentetan pertanyaannya yang membabi buta itu.

"E-mail?" suara di seberang seolah bingung.

"E-mail apa?" aku terkikik ketika mendengarnya kebingungan.

"E-mail tentang semua pertanyaanmu terkait ponselku yang tidak menyala beberapa hari..."

"Sialan!" protesnya ketus dan aku pun terkikik.

"Baiklah, sabtu ini aku mengadakan pesta kecil. Kau tahu ulang tahun pernikahan nenek dan kakekku..."

"Eh—benarkah?" aku menggigit pipi bagian dalamku dan mengingat-ingat sesuatu. Ulang tahun pernikahan keluarga Daskin—yah, mereka selalu mengadakan pesta kecil, mengundang beberapa kerabat, teman dekat dan tetangga. Berdansa, menikmati anggur hasil panen mereka dengan aneka masakan dan cemilan lezat. Salah satu cemilan lezat resep keluarga Daskin tadi aku praktikkan. Aku tidak tahu bagaimana rasa cemilan itu, aku sudah membagi-bagikan kesemua pelayan dan juga pada Aber. Tapi dia sama sekali belum mengomentari cemilan buatanku.

Apa dia menyukainya?

"Apa?" suara di seberang kembali menarikku ke dunia nyata.

"Apa maksud pertanyaan 'apa dia menyukainya?'" aku meringis mendengar suara Faithy, ternyata tadi tanpa sadar aku menyuarakan isi kepalaku.

"Tidak ada! Baiklah, aku akan datang!" aku tersenyum lebar.

"Kau akan datang dengan suami kaya dan sexy itu?"

"Hm? Siapa? Aber? Tidak aku akan datang sendiri. Aku yakin dia—" aku terdiam saat tiba-tiba orang yang aku sebutkan namanya menarik kursi dan duduk dihadapanku. Dia menatap tajam padaku dan terlihat gusar.

"Nanti kita lanjutkan!" aku pun segera memutuskan telfonku.

"Umm, Faithy menelfonku—" aku tersenyum kikuk dan angkat bahu. Aku tidak tahu kenapa aku memberitahukan padanya siapa yang baru saja menelfonku. "—dia hanya mengundang kita—maksudku, mengundangku!" ucapku meralat apa yang tadi sudah aku ucapkan. Tidak mungkin ada kata kita antara aku dan Aber.

"Hanya acara biasa—ulang tahun perkawinan neneknya sabtu ini..." aku angkat bahu dan dia masih memasang wajah dengan ekspresi yang tidak aku mengerti.

"Tidak bisa!" aku meringis.

"Tidak masalah. Kau tidak harus ikut—aku tahu kau tidak akan nyaman dengan suasana pinggir kota. Aku bisa—"

"Sabtu ada acara amal penggalangan dana dan juga ulang tahun keluarga nenek Aprhodite!" aku mengangguk pelan.

"Ok, tidak masalah. Aku bisa berangkat sendiri. Aku akan mengatakan pada Faith. Kau tidak harus datang..." aku meringis.

"Apa kau tidak mengerti apa yang aku ucapkan Kara?" dia menggertakkan giginya dan terlihat kesal.

"Apa? Aku mengerti sekali. Aku bisa naik taxi dan Jaquen bisa mengantarmu ke pesta amal itu, Ab. Aku—"

FallWhere stories live. Discover now