Pertemuan Kedua

8.8K 1.1K 47
                                    

Gila.

Ya, hanya kata itu yang bisa menggambarkan diriku saat ini. Bagaimana aku tidak disebut gila kalau saat ini aku berada di dalam taxi yang membawaku menuju rumah Aber.

"Bodoh!" gerutuku pada diriku sendiri karena menyetujui permintaan Iori.

Dasar Kara, seharusnya kamu bisa menolak permintaan Iori. Lihat, sebentar lagi dirimu akan menerima kemarahan Aber.

"Ehmm..." aku mendongak dan mendapati supir taxi di depanku menatap kesal padaku.

"Apakah anda ingin kembali?" tanyanya padaku karena aku masih diam saja.

"Astaga..." aku menoleh dan menatap rumah besar berpagar tinggi di hadapanku.

"Apakah aku harus masuk?" tanyaku pada supir taxi itu yang kini menaikkan alisnya saat mendengar pertanyaanku.

"Apakah anda sedang bercanda denganku?" aku meringis.

"Maaf, aku sedikit gugup..." sahutku yang segera membuka tasku, mengambil beberapa lembar uang dan memberikannya pada sopir taxi itu.

"Good luck ladies..." ucap sopir taxi itu saat aku menutup pintu taxi.

Aku mendongak, menatap betapa tingginya pintu gerbang rumah ini.

"Astaga, memangnya ada orang mau merampoknya ya sampai pintu gerbang setinggi ini?" gumamku pelan.

"Ada yang bisa saya bantu nona?" aku terlonjak saat seorang pemuda menegurku.

"He? Eh,..." aku mengedipkan mataku kaget dan mengatur napasku.

"Um, aku..."

"Apakah anda nona Iori? Astaga, maafkan saya nona. Saya baru bekerja satu minggu di rumah keluarga Alcander... Mohon maafkan saya..."

"A-" aku terdiam dan menatap pria dihadapanku. Kedua alisku bertaut, mencoba mencari sesuatu yang mendukung apa yang pria itu ucapkan.

"Alcander?" ucapku mengulang apa yang diucapkan pria itu.

Deg.

Spontan kakiku melangkah mundur.

Alcander?

Dia Abercio Alcander? Satu-satunya keluarga Alcander yang tersisa karena peristiwa kecelakaan beruntun itu?

Dia-

Tenggorokanku tiba-tiba terasa kering dan aku yakin kini wajahku terlihat pucat karena kaget.

Pria itu tersenyum padaku, mengangkat tangan kanannya dan menyentuh alat yang menempel ditelinga kanannya.

"Ya Nyonya Tere?" aku menoleh ke kiri dan ke kanan, sepi.

Dengan perlahan aku berjalan mundur dan berbalik.

"Iya, aku akan segera mengantar nona Iori masuk..."

Aku harus segera pergi, bagaimana bisa aku tidak tahu kalau pria itu Abercio Alcander?

Kenapa aku tidak tahu kalau Iori bertunangan dengan Abercio Alcander?

FallWhere stories live. Discover now