You Are The Reason

7.9K 1.4K 132
                                    

KARA

Jantungku bergemuruh cepat dan pikiranku tidak tenang. Mom? Bukan, Mom baik-baik saja tapi Aber. Sebenarnya hari ini aku ingin menginap di apartemen Faith tapi Jaquen mengatakan Aber sakit dan entah bagaimana aku segera mengemasi barang-barangku.

Saat pintu gerbang terlihat aku sedikit lega karena kami sudah sampai.

"Kenapa kau lama sekali menyetirnya Jaq!" protesku ketika mobil yang dikendarai Jaquen berbelok dan berhenti tepat di depan pintu. Aku segera keluar sebelum Jaquen sempat turun dari mobil dan membukakan pintu untukku.

Begitu aku membuka pintu depan, hidungku mencium aroma lezat yang dimasak Samantha.

Astaga, perutku bahkan sampai berbunyi.

Aku harus segera menemui Aber, aku bisa makan nanti setelah mengantar Aber. Tadi aku sudah menelfon dokter Lindsey dan menurutnya Aber harus di bawa ke rumah sakit baru tahu apa yang terjadi padanya.

"Ab..." aku berjalan cepat dan hampir saja menabrak beberapa pelayan yang akan naik tangga ke lantai dua.

"Tuan Aber ada di dapur Mrs. Alcander..."

"Dapur? Apa dia baik-baik saja?" aku segera berputar dan mengabaikan pelayan itu tanpa menunggu apa yang akan diucapkannya.

Kenapa dia ada di dapur? Apa dia pingsan?

"Hai, boy..." aku mengusap kepala Cyber yang tiba-tiba menyambutku saat aku melintasi ruang keluarga.

"Kita main nanti ya..." kataku pada Cyber dan yang menyahut Cloe dengan gonggongannya.

"Thanks Girl... ups, thanks Mom..." aku tersenyum pada Cloe yang sebentar lagi jadi ibu.

Ibu, aku memeluk perutku dan merasakan gejolak aneh. Aku merasa iri pada Cloe yang diperhatikan Cyber.

"Tunggulah disana, Cyber..." aku mengayunkan tanganku menunjuk Cloe. Sekali lagi Cloe menggonggong dan Cyber pun datang.

"Hhh, aku iri pada mereka..." desahku panjang.

"Kau ingin dimanja?"

"Astaga!" aku terlonjak kaget saat seseorang berbisik, memelukku erat dan mengecup pipiku.

"Ab?" tanyaku heran, bagaimana bisa dia memelukku dan memperlakukanku seperti ini saat dia sakit.

Aku melepaskan pelukan Aber dan berputar menghadap dirinya.

"Jaquen mengatakan bahwa kau sakit. Dimana yang sakit?" tanyaku panik. Kupegang wajah Aber dengan kedua tanganku. Memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Tidak ada lecet atau luka yang parah. Tidak juga bengkak atau memar.

"Dimana yang sakit?" tanyaku lagi dan kini aku mundur memastikan tidak ada luka ditubunya.

"Kau tidak melihatnya?" tanyanya saat aku memutar tubuhnya.

"Hah?" aku mendongak dan menemukan mata hijaunya yang terlihat sedih.

"Kau tidak melihat lukanya ya?" tanyanya lagi.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang