Bachelorette Party

8.1K 1K 69
                                    

KARA

Aku mendesah panjang karena lelah mempersiapkan pernikahan dadakan ini.

"Sebenarnya kenapa kita harus repot-repot seperti pengantin sungguhan?" dengusku sambil menyandarkan kepalaku di kaca jendela mobil.

"Karena kita memang calon pengantin sungguhan..." aku memutar mataku dengan jengah. Rasanya percuma berbicara dengannya.

Hhh, seandainya apa yang kulakukan hari ini kulakukan dengan orang yang benar-benar aku cintai tentu akan sangat menyenangkan.

Mencoba gaun, memilih cincin, sepatu, bunga, makanan. Astaga... tapi kalau diingat-ingat sepertinya aku dan Aber hanya tidak cocok soal gaun pengantin.

Cincin, kami menyukai model simple dan manis.

Aku tidak tahu kenapa kami harus memilihnya dan jatuh cinta pada cincin itu pada saat pertama kali aku melihatnya dan saat Aber menyentuh cincin itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Aku tidak tahu kenapa kami harus memilihnya dan jatuh cinta pada cincin itu pada saat pertama kali aku melihatnya dan saat Aber menyentuh cincin itu.

Aku menggelengkan kepalaku, mengenyahkan pikiran yang tidak-tidak tentang bagaimana kami berdua sangat cocok.

"Apa akan ada bachelorette party juga?" tanyaku padanya. Jika dia mengadakannya ini sudah diluar yang bisa aku percaya.

"Bachelorette party? Sure..."

Aku mendesah panjang dan kesal.

"Tapi maaf saja, aku tidak mengundang penari striptis seperti yang kau bayangkan..." aku melirik Jaquen yang meringis. Setiap kali dia meringis pasti ada sesuatu yang tidak terduga.

"Apa sebenarnya yang kau rencanakan Ab?" aku menegakkan tubuhku, memutar tubuhku ke kanan menghadap Aber.

"Kenapa kau tega mengatakan itu pada Iori?" aku mulai penasaran lagi dengan kata-kata Aber saat dihadapan Iori.

Aku juga tidak akan menutupi hubunganku dengan Kara

"Aku akan membuatmu bahagia..." aku mengerutkan keningku mendengar ucapan Aber.

"Apa itu yang ingin kau dengar dariku?"

"Kau..." aku menghempaskan tanganku yang ingin memukulnya dengan kesal.

Aku memutar tubuhku menghadap depan, menyandarkan punggungku dengan kesal ke sandaran kursi mobil.

"Jaquen, setelah menurunkan tuanmu ini apa bisa kau menemaniku makan ice cream di toko ice cream terdekat?"

Aku memajukan tubuhku dan menopangkan kedua lenganku di sandaran kursi depan.

"Ice cream?" Jaquen terdengar gugup.

Aku heran kenapa sejak pertama kali bertemu denganku dia terlihat gugup dan canggung setiap kali berbicara denganku.

"Apa kau sedang mengajak kencan Jaquen di depan pria yang akan kau nikahi besok? Ck! Keterlaluan!" aku menoleh pada Aber yang memprotesku.

FallOnde histórias criam vida. Descubra agora