Menikah?

8.7K 1.1K 42
                                    

KARA

Aku mendengus kesal melihat pria yang kini duduk di hadapanku.

"Jangan melotot padaku dan segera habiskan sarapanmu..." aku mendengus kesal. Siapa yang memelototinya.

"Eh,"

"Aku belum bisa melihat, tapi aku tahu kalau sejak tadi matamu terus menatap kearahku, apa sekarang aku berubah sangat tampan?" aku memutar mataku dengan jengah.

Astaga, ternyata selain pemarah dia juga manusia sombong dan arogan.

"Apa setelah bertemu tunanganmu yang tidak tampan itu-"

"Dia memang tidak setampan dirimu tapi dia lebih baik darimu!" bantahku kesal.

"Oh..." aku bersiap memprotes jika saja dia bicara aneh-aneh lagi.

"Jadi kau mengakui aku lebih tampan dari tunanganmu?" Abercio terkekeh dan kemudian mengelap bibirnya.

"Aku sudah tahu itu..." jawabnya dengan senyum lebar.

Aku menghembuskan napas kesal, pria ini benar-benar memiliki tingkat percaya diri selangit dan sepertinya setelah bertemu Damian dia berubah menjadi bahagia sekali. Sejak Damian meninggalkan rumah ini senyum dan seringai lebar diwajahnya itu tak pernah lepas darinya. Apa yang membuatnya seperti itu? Apa Abercio punya kepribadian ganda? Seperti tadi dia terlihat senang sekali melihatku teraniaya tapi detik selanjutnya dia bertindak menjadi superhero yang menyelamatkanku dari perselingkuhan ini.

Tunggu dulu, kenapa aku mengakui kalau aku berselingkuh dengan beruang pemarah ini? Arghhh...

"Dengar..." aku meletakkan sarapan pagiku yang tinggal beberapa suapan saja.

"Aku masih punya urusan lain yang lebih penting dari pada-"

"Sarapan itu lebih penting dari segala urusanmu! Badanmu itu kurus sekali..."

"Kau, ishhh..." aku menggertakkan gigiku menahan kesal.

Sarapan itu lebih penting dari segala urusanmu, itu adalah kata-kata Daddy setiap kali aku akan melewatkan sarapanku karena aku harus berangkat ke kampus pagi-pagi sekali dan Mom akan membawakanku bekal untuk aku makan saat di perjalanan ke kampus.

"Katakan padaku, kenapa menculikku?" aku bersedekap kesal menatap Abercio.

Damn! Kenapa beruang pemarah itu tetap terlihat tampan dan sexy disaat seperti ini? Astaga, pasti otakku sudah tidak beres.

"Menculik? Apakah seorang calon suami yang ingin bicara dengan calon istrinya itu penculikan? Astaga, Kara... kau terlalu berlebihan..."

"Itu- apa?! Calon suami?! Astaga... siapa yang kau sebut calon istri? Iori pacarmu!" tegasku mengingatkan Aber.

"Ya memang benar Iori pacarku, tapi malam itu aku melamarmu dan kemarin kau bilang bersedia menikah denganku..." aku membuka mulutku hendak membantah, tapi apa yang Abercio katakan itu memang benar. Dia memang melamarku lebih dulu dan dia juga yang mengajakku menikah lebih dulu. Tapi bukan pernikahan seperti ini. Yang diimpikan setiap wanita adalah menikah dengan orang yang mereka cintai.

"Tapi itu karena aku berpura-pura menjadi Iori..." bantahku.

"Baiklah... malam itu kau memang berpura-pura menjadi Iori. Tapi kemarin aku mengajakmu menikah, aku bertanya pada Kayana Kara..." ucapnya ringan lalu kembali mengelap bibirnya dengan lap di meja seperti seorang bangsawan. Aku mendesah kesal, apa yang diucapkannya kali ini pun benar.

"dan kau menerimanya..." lanjutnya berujar.

"Aku..." aku mendengus kesal. Kesal karena tidak bisa mengelak dari pernyataannya.

FallWhere stories live. Discover now