Mrs. Alcander

7.8K 1.1K 102
                                    

KARA

Aku hampir berhenti bernapas setiap kali lengan kekar Aber melingkar dipinggangku dengan posesif. Dan entah berapa kali dia melakukan itu setiap kali ada tamu undangan yang menghampiri meja kami untuk memberikan ucapan selamat.

"Aber!" aku kembali mendongak setelah lima menit lalu kami baru saja duduk dalam diam.

Tampak seorang pria tua bersama seorang wanita muda nan cantik menghampiri kami.

"Mr. Walles..." sapa Aber sambil berdiri.

Mereka berdua saling berjabat tangan dan berpelukan. Pria tua itu terlihat dekat sekali dengan keluarga ini. Mungkin itu salah satu paman Aber atau kerabat dekatnya.

"Wanita yang cantik..." ucap pria tua itu sambil tersenyum lebar.

"Ya, tentu saja cantik dari yang tercantik yang aku jadikan istriku Mr. Walles..." ucap Aber cepat sambil kembali menarik pinggangku.

Dia menoleh padaku dan mencium leherku dengan lembut.

"Aku tidak sembarangan menikahi wanita..." ucap Aber lagi yang terdengar aneh ditelingaku. Sebenarnya buat apa dia memamerkan pernikahan kami ke banyak orang, ini tidak penting.

Aku melirik wanita cantik yang menatap Aber seolah sedang berusaha menggodanya. Aku rasa wanita itu tidak tahu kalau Aber tidak bisa melihat.

"Putri anda juga sangat cantik..." kataku mencoba menarik perhatian dari tiga orang ini.

"Owh... dia bukan putriku Mrs. Alcander. Dia istri ke empatku Violine..."

"Hah?!"

"Jangan terlalu kaget, itu tidak sopan..." bisik Aber ditelingaku.

"Um, eh... maaf..." aku meringis. Ternyata di era modern seperti ini masih saja ada hal seperti ini. Tapi aku rasa itu wajar karena mengingat jumlah wanita di dunia ini yang semakin banyak dan jumlah pria yang semakin menipis. Mungkin itulah sebabnya pria bisa menikah sampai berkali-kali bahkan wanita cantik seperti dia yang bisa dengan mudah mendapatkan pria muda ini malahan menikahi pria tua yang pantas disebut ayahnya.

"Tidak apa-apa young lady..."

Ok, aku mulai tidak suka dengan Mr. Walles. Aku tidak suka jika seseorang memanggilku seperti itu. Mengingatkanku pada Grandma yang sudah meninggal saat aku masih kecil. Panggilan itu mengingatkanku pada bocah laki-laki menyebalkan yang membuatku dihukum oleh Grandma sehingga aku tidak boleh makan pie lezat buatan Grandma dan bocah laki-laki menyebalkan itu yang memakan pie kesukaanku, andai aku tahu hari itu hari terakhir aku bisa menikmati pie terakhir buatan Grandma tentu saja aku akan menjadi gadis kecil yang penurut. Dan karena alasan itulah aku tidak suka diriku dipanggil young lady.

"Maaf, aku ingin ke toilet..." bisikku pada Aber.

"Hm?" Aber menoleh padaku.

"Aku-"

"Maafkan aku Mr. Walles, istriku agak kelelahan. Aku akan menemaninya sebentar di dalam. Silahkan menikmati hidangannya..." Aber mengangguk dan tersenyum pada pasangan Walles.

"Oh, sayang sekali..." ucap Mr. Walles.

"Benar... sayang sekali..." sahut Mrs. Walles membenarkan ucapan suaminya.

"Pelayanmu bisa mengantarnya..." aku mengerutkan keningku mendengar ucapan Mrs. Walles sambil menatap Aber dengan tatapan sensual.

"A-" aku tersenyum kikuk saat Aber memotong ucapanku.

"Ya pelayanku bisa mengantarnya ke dalam..." aku menatap Aber tak percaya. Dasar laki-laki hidung belang. Aku yakin Aber punya affair dengan Mrs. Walles.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang