Episode 5

8.9K 397 3
                                    

Alice berjinjit-jinjit untuk menghilangkan suara langkah kakinya. Dia mengintip sangat hati-hati untuk melihat keadaan. Tidak ada siapa-siapa, ini aneh. Pikir Alice. Tapi Alice menganggap sebuah keberuntungan, lalu tanpa pikir panjang Alice menaiki tangga menuju kamarnya. Dianak tangga terakhir, Alice diam membeku. Bukan makhluk halus yang tubuhnya tidak lengkap atau yang lebih buruk dapat menciutkan nyali Alice, hanya 1 orang dalam 2 kata. Bunda, 'Kemarahan Bundanya'. Dan yang ada di depannya itu 3 kata. 'Bundanya Sangat Marah'.

"E-eh, Bunda. Kok belum tidur?" tanya Alice basa-basi.

"ALICE!! Sebagai tuan putri itu harus...." kata-kata Bunda selanjutnya tidak Alice dengarkan, bukan karena kurang ajar tetapi Alice sudah hafal di luar kepala karena selalu dan setiap saat di dengung-dengungkan oleh ibunya. Tentang 'putri harus anggun', 'tidak boleh pulang malam', 'harus pakai supir pribadi', dan lain-lain.

Bunda menarik nafas panjang untuk melanjutkan 'kotbah'nya, tetapi 'untungnya' ditahan oleh Ayahku. Sang penyelamat -khususnya kasus dengan ibu- dan orang yang sangat mirip denganku -walau Ayah tiri-. Cara berfikir kami sangat mirip dan sama-sama punya wajah lain.

"Alice, kok pulangnya malam? Udah makan belum?" Tanya Ayah sangat ramah.

"Eh, iya, tadi macet yah. Aku udah makan di jalan tadi, Ayah?" kata Alice sok imut.

"Ayah sama Bunda sudah makan. Cape kan? Mandi langsung tidur ya!" kata Ayah.

"Ah, iya. Ayah juga kok belum tidur?" Tanya Alice basa-basi

"Ini masih jam 07.15 Alice, mana mungkin Ayah tidur secepat itu." Kata Ayah sambil tertawa ringan.

"Tapi yang aku dengar, Ayah akan pergi 3 hari, nanti bawa oleh-oleh ya!" kata Alice ceria.

"Ah, iya-iya. Itu gampang. Tapi, kamu tau dari mana Ayah akan pergi?" kata-kata Ayah yang awalnya manis jadi mengintimidasi.

"Aih! Sama anak sendiri aja ngintimidasi gimana sama orang lain?" rengut Alice.

"Jika dengan orang lain, mungkin mereka sudah tidak mempunyai kepala lagi. Kayaknya kamu masih semangat, gimana kalau Ayah kasih kerjaan?" kata Ayahnya tenang.Alice langsung berpura-pura menguap lalu terbirit-birit masuk ke kamar.

"Honey! Kok malah di suruh tidur? Masalah itu..." kata Ibundanya terpotong.

"My Sweety, masih ada besok kan? Anak itu pasti tidak tertarik dan bahkan akan menjawab ngaur kalau di paksakan. Lebih baik kamu tidur dan me-rilex-kan tubuh dan pikiranmu. Oke?" salah satu keahlian Ayah adalah merayu juga. Walau umur sudah berkepala 5, tapi Ayah masih memiliki wajah yang di rasa 'tampan' bahkan untuk seumuran dia. Dan itu salah satu juga yang tidak bisa di lawan oleh ibu.

Dan akhirnya Ayah dan Bunda pergi ke kamar. Apa yang mereka lakukan di dalam itu adalah privacy, bahkan sang penulis-pun tidak tahu, hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Hehe...

Di kamar, Alice habis mandi, walau badannya segar tetapi tidak dengan energynya. Entah kenapa rasanya berat sekali mengangat kedua kakinya. Dia berjalan sempoyongan ke kasur dan tanpa waktu lama, dia tertidur.

Sangking lelahnya, Jack bahkan tidak melepaskan jasnya -pastinya gak mandi-. Saat ingin beristirahat sebentar, malah kebablasan. Akhirnya seorang pelayan masuk untuk melepas jas dan sepatu -sangking gak sadarnya tuh- nya. Lalu keluar tanpa suara sedikitpun. Saat di satukan gambaran Alice dan Jack tidur, gaya tidur mereka saling menghadap, so sweet! -forget that!-.

What Is The Meaning Of LOVE?Where stories live. Discover now