Episode 20

7.4K 274 7
                                    

"Mereka serasi ya pah?" tanya Mama ceria saat Jack dan Alice naik ke atas. Sedangkan Papa menatap Alice dengan tatapan tidak terbaca.

"Mah," panggil Papa pelan. Mama langsung menoleh. "Apa sebenarnya rencanamu pada Jack dan Alice?" tanya Papa serius.

______________________

TYPO BERTEBARAN, WARNING!

______________________

Jack Pov.

"Kelakuan lo parah banget tadi. Gila!" kataku ke Alice. Aku menjatuhkan diriku ke kasur king zise yang seharusnya memang di tempati kami berdua. Membuka kancing kemejaku semua dan mempertunjukkan tubuh proposionalku yang di hiasi dengan perut six pack. Kok hening banget ya? pikirku bingung. Aku menatap sekeliling, tidak mendapatkan tanda-tanda dari Alice. "Lice?" panggilku agak keras.

"Gua di balkon." sahut Alice lemah. Aku mengikuti bau Alice yang samar. Ya, sangat samar, 11 12 sama Alex. Aku suka bingung, mereka kok mirip banget. Kebetulan yang unik. Aku memutuskan bersender di pintu dan menatap Alice yang terlihat muram?


"Lo terlalu keras sama Papa, i think is rude. Dan lo memang harus tahan, disini budayanya memang lebih keras dari dunia manusia." kata ku lembut. Yah, walau tadi aku ingin memakinya, tapi melihat wajah murungnya, aku jadi tidak tega. Walau aku vampire sekalipun, aku masih bisa merasakah kasihan.

Kalau di perang, we are have no heart. Perasaan kasihan kamipun di pelajari, bukan seperti manusia biasa. Sedikit dari kami yang bisa sepeka dengan manusia, mungkin karena saat kami jadi vampire (yang di gigit) banyak yang tidak terima, jadilah tidak punya hati. Kalau yang di lahirkan, tergantung orang tua saat melahirkan, tetapi yang pasti, yang di lahirkan, itu kurang peka pada perasaan. Jadi mungkin itu yang di rasakan Alice, keluarga yang dingin dan tidak bersahabat, terutama Papa yang memang dulunya militer, dia sangat berhati-hati pada orang baru. Apalagi tipe Alice sepertinya sensitif pada perasaan lingkungan.

Back to topic.

"Mine, are you listen to me?" panggilku Alice. Tunggu, kalau Lice artinya kutu, kalau Mine kepemilikan? Romantis banget. Kutu aja deh, itu keren.

"KUTU!!" geramku karena dari tadi di kacangin. Dan respond Alice sama, diam dan tidak bergeming. Entah apa yang di pikirkannya, tapi yang pasti dia itu sangat berat. "Homesick?" tanyaku pelan dan mendekatinya. "Kan jarak Selatan dari Es itu gak jauh. Lebay lo!" kataku lagi. Dan inilah yang aku rasa, ngomong sama tembok.

"No," jawab Alice lirih. "I miss my mom." lanjut Alice.

"Then, visit her. Gak susah, mau gua anterin?" tawarku, entah kenapa, aku kasihan padanya. Yang biasanya mulut itu bisa ngomong kasar dan menyebalkan, sekarang situasinya menjadi akward.

"How?" tanya Alice masih menatap jauh ke kedalaman hutan Selatan, seakan-akan kegundahann hatinya ada di sana.

"Naik mobil, pergi ke perbatasan, ketuk pintu kerajaan Negri Es, lalu cari Ratunya. Selesai!" kataku kesal karena sepertinya sekarang Alice sudah bertransformasi menjadi orang idiot.

"Kalau semudah itu aku tidak perlu pusing Mike." kata Alice tenang, bahkan sekarang dengan lembut dia memanggil nama depanku. Apa dia gila? Biasanya juga Icel, eh, bukan berarti aku ingin di panggil Icel, tapi ini aneh.

"So? Mau lebih cepat? Lebih keren atau romantis? Perlu gua cariin kereta kuda plus pengawalnya?" bualku kesal. Ini cewe maunya apa? Kodenya gak jelas.

"Actually, they alredy die." kata Alice sedih.

"Oh, itu.. APA?!" kataku kaget, oh iya aku lupa tentang status anak angkat dia. But, wait. Seyakin itu kah dia tentang orang tuanya meninggal, mana tau ada di suatu tempat di dunia ini?

What Is The Meaning Of LOVE?Where stories live. Discover now