Episode 8

7.5K 300 1
                                    

Alice mengendarai mobil sport merahnya dengan hati gembira. Dia tersenyum-senyum sendiri. Dia ingat, waktu sarapan tadi, wajah Ayah ibu dan kakaknya, itu membuat tawanya meledak. Mungkin, jika seseorang melihat tingkah laku Alice, mereka akan mengganggap Alice gila.

"Alice, kamu bilang apa tadi?" tanya Bunda tergagap dan tidak percaya.

"Aku bilang, aku mau belajar bela diri pedang. Cuman pemberi tahuan saja kok." Kata Alice santai dengan wajah yang betul-betul berusaha keras menahan tawa. Wajah syok Bundanya lebih lucu.

"Tumben izin. Kenapa?" tanya Ayah yang sudah bisa mengendalikan air mukanya.

"Katanya harus izin dulu. Kalau luka-luka atau keseleo, jadi tidak kena hukuman." Kata Alice santai.

"Tidak! Tidak! Kamu Bunda khursusin untuk menjadi tuan putri yang sebenarnya, kenapa sekarang kamu mau bela diri perang?! Bunda tidak setuju!" kata Bunda tegas.

"Cih, aku bingung kalau sampai Pangeran Selatan tertarik dengan sikap asli Alice kayak gini. Mungkin langsung di campakkan kali." Hina kakak.

"Kamu serius?" tanya Ayah hati-hati.

"Aku serius yah, dan bun, ini bukan argumentasi. Ini pemberitahuan." Kataku asal lalu cepat-cepat pergi dari ruang makan. Aku naik ke kamarku lalu mandi dan berpakaian. Kemeja kotak-kotak kecil warna merah dengan kancing 2 terbuka dari atas dan baju dalam putih. Celana hitam pendek ketat 25 cm dari lutut, kontras dengan kulit putih susunya Alice. Rambut hitam Alice di tata bermodel dark waves (korean style). Dia memakai sepatu boot hitam sebetis. Kulit kakinya di pamerkan.

Dia buru-buru turun dan mengambil jaket bulunya lalu mengambil kunci mobil dan meleset ke garasi lalu langsung pergi. Walau sudah hampir di tahan oleh 2 pelayan.

Alice berhenti karena lampu merah. Dia menggulung lengan bajunya sampai siku lalu melanjutkan perjalanan. Dia menimbang-nimbang hendak kemana. Terbesit keinginan untuk pergi negri lain, karena di negrinya sudah di jajali semua seluk beluknya oleh Alice.

Dia mengendarai melewati perbatasan dan menuju negri terdekat. Negri Selatan. Banyak yang mengatakan bahwa negri ini adalah negri orang-orang berwajah indah. Dan jujur saja, bahkan penjaga pintu sekalipun wajahnya sangat tampan.

Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan sedang karena menghormati negri orang lain. Akhirnya aku tiba di tempat bermain terbesar di Negri Selatan. Aku turun dari mobil dan memakai jaket yang berbulu di topinya. Dan berwarna abu-abu.

Aku turun dengan tas selempang kecil di pinggangku, masuk ke loket tiket dan bermain sepuasnya. 2 jam berlalu, aku benar-benar puas bermain di taman bermain Negri Selatan. Rasanya ingin tinggal di sini. Tapi aku cukup kagum juga, dari pangkat terendah sampai manajement atau yang punya taman bermain ini wajahnya di atas rata-rata.

Aku sempat berfikir, kalau cara mencari raja atau ratu yang baru dengan membandingkan wajah mereka. Yang paling tampan dari yang tampan lainnya, berarti akan menjadi raja. Pikiran yang lucu memang, tapi itu yang aku fikirkan. Karena dari tadi saat aku membandingkan wajah mereka dengan Jack atau ayahnya, Jack dan ayahnya memang lebih unggul, jauh malah.

Aku keluar dan menuju parkiran untuk mencari tempat minuman. Mungkin bisa menjadi referensi negriku. Pikir Alice. Saat hampir sampai di gerbang keluar, sosok yang familiar terlihat. Michael Jacob, pangeran negri ini. Terbesit rencana jahat di otakku.

~'●●●●●'~

Aku menyetujui untuk jalan-jalan bersama Bella, lagipula hanya di negri ini dan pekerjaanku sedang tidak ada. Jadi aku memutuskan untuk bermainn di taman bermain pusat kota. Jujur saja, aku hanya sekali ke sini, saat itu juga aku masih sangat kecil. Dan aku sedang ingin melepaskan pikiranku tentang Alice, karena jika aku memikirkannya, otakku kesal sendiri.

What Is The Meaning Of LOVE?Where stories live. Discover now