Dear Biru 7

7K 701 21
                                    

Dear Biru : Kalau nanti kau jatuh, jangan ragu untuk ingat aku. Aku tidak tabu. Kamu punya aku.

***

Begitu Navy muncul dari pintu sekolah dengan baju yang sudah berganti dan ransel yang lebih menggembung karena ia memasukan asal seragamnya kedalam tas, ternyata Nara sudah tidak ada di sana. Hanya ada Grey yang duduk di bangku panjang di depan pintu yang langsung berdiri saat melihat Navy keluar.

"Nara udah balik?" Tanya Mavy memastikan. Greypun menganggukan kepala sebelum menyuarakan gerakannya, "udah."

Grey menjulurkan tangannya kemudian menggerakan dagunya menunjuk tas yang tersampir dibahu Navy. Seperti paham, Navy langsung menurunkan tasnya dari bahu kemudian menyerahkannya kepada Grey sambil kembali bertanya, "Abang ojeknya gimana mukanya? Serem gak?"

Grey langsung berjalan menuju motornya dan Navy hanya mengikutinya dari belakang. "Gak tau juga deh, Emang kenapa?" Tangan kanan Grey merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci motor.

Lelaki itu sedang memasukan kunci untuk membuka jok motornya saat Navy berkata, "Ya jaga-jaga aja kan, takut tuh anak di culik." Grey langsung kenoleh kebelakang menghentikan niatnya untuk mengangkat jok motornya.

"Jadi khawatir nih ceritanya?" Grey memainkan alisnya, menggoda adiknya yang sekarang terlihat seperti salah tingkah. Lelaki itu bahkan tak berani menatap Grey sekarang. Sepertinya keinginan semua orang agar kedua sejoli itu bisa bersama akan segera terwujud. Memikirkan hal itu membuat Grey menyengir lebar.

"Ya.. khawatir, kan dia sahabat gue. Nyari yang kaya dia langka tau bang." Seru Navy, lagi-lagi denying akan perasaannya sendiri. Grey pun tak ingin menggoda anak itu lebih dalam. Ia lebih memilih mengangkat jok motornya dan memasukan tas Navy kedalam sana.

Sebelum Grey benar-benar menutupnya tiba-tiba suara Navy mengintrupsi, "E-eh bang, tar dulu."

Grey ingin bertanya ada apa, namun tangan Navy langsung terjulur membuka resleting tas paling depan dan mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. "Untung inget." Seru anak itu. Sebenarnya ia tak tau pasti apa yang akan terjadi jika ponselnya tertinggal di dalam jok motor. Yang ada di kepalanya hanyalah ponsel itu mungkin bisa meledak.

"Udah? Ada yang mau di ambil lagi gak?" Tanya Grey lagi yang langsung di jawab dengan gelengan kepala. Lelaki itupun langsung menutup jok motornya, sedikit kesulitan karena tidak seperti motor matic yang mudah untuk membuka joknya. Motor Grey benar-benar mengharuskan pemiliknya untuk melepas keseluruhan jok, untuk meletakan benda di dalamnya.

Setelah semua beres, Grey langsung menaiki motor tersebut.. Namun ketika Grey sudah duduk diatas motornya, ia langsung melemparkan pandangan kearah Navy yang masih berdiri di sampingnya, "lo gak bawa jaket?" Tanyanya.

Navy pun menggelengkan kepalanya. Salahsatu peraturan di ruang Ujian Nasional adalah tidak boleh mengenakan jaket, jadi Navy tidak membawanya. Lagi pula anak itu tadi berangkat menggunakan angkutan umum dan berniat pulang dengan hal yang sama, jadi rasanya tidak perlu membawa jaket.

Grey pun langsung melepaskan jaket jeansnya dan menyodorkannya kearah Navy, "Pake." Ucapnya singkat. Sebenarnya Navy ingin membantah. Walau bagaimana pun yang mengendarai motorlah yang seharusnya mengenakan jaket. Namun mengingat beberapa hari yang lalu mereka bertengkar, Navy jadi enggan membantah.

Anak itupun langsung mengenakan jaket Grey yang sebenarnya sedikit kebesaran untuk tubuhnya. Kemudian kenunggu Grey memundurkan motornya sebelum akhirnya ia menaikinya.

Dear BiruWhere stories live. Discover now