Dear Biru 22

5.7K 569 19
                                    

Dear Biru : jangan melebur bersama asa. Jangan buta kalau ada orang lain disekelilingmu. Jangan naif untuk menerima, Bahwasanya kamu dicinta semesta.

***

Semalaman ini Atlas tidak bisa tidur. Sebenarnya ia masih flu, namun sudah lebih mending dari dua hari yang lalu. Namun bukan flu yang membuat anak itu tidak bisa tidur. Namun Navy. Atlaspun menghela napas, ternyata benar kata Nana, minta maaf itu membuat Atlas tenang. Jadi sebelum melakukannya mungkin anak itu akan terus seperti ini. Jadi ia berniat untuk minta maaf hari ini.

Kedua tangan Atlas masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan keluar dari kamar mandi. Namun gerakannya sempat terhenti begitu ia melihat Tito yang sedang sibuk memasak.

"Tumben udah bangun." Tanya lelaki itu bahkan tanpa menoleh sidikitpun. Namun ia sudah tau kalau Atlaslah yang berada di kamar mandi. Lagi pula, siapa lagi? Mereka hanya tinggal berdua sekarang.

"Mau kerumah Navy." Jawabnya jujur.

"Bagus deh udah sadar."

Atlas berjalan semakin mendekat dengan Tito kemudian berhenti ketika berada di samping lelaki itu. Handuk yang sejak tadi ia gunakan untuk mengeringkan rambut kini hanya tersampir di lehernya dan Atlas memegang kedua ujungnya.

"Semalem lo kemana?" Tanya Atlas.

"Kerumah Navy."

Atlas langsung berdecih. Tentu saja Atlas tau kalau Tito berbohong, karena memang Atlas berada di depan rumah Navy sampai jam 1 malam dan tidak ada tanda-tanda kehadiran kakaknya di sana.

"Udah bisa boong sekarang?" Pertanyaan itu membuat Tito yang sedang memotong-motong bawang langsung menghentikan pekerjaannya dan menoleh.

"Gue gak boong."

"Yaudah, terserah kalo lo gak mau cerita." Atlas langsung bergerak dan duduk di depan televisi, masih sibuk mengeringkan rambutnya kembali.

"Gue ketempat Grey." Jujur Tito pada akhirnya. "Gue minta maaf sama Grey. Sekalian nanyain gimana caranya ngebujuk Navy."

"Lo sesayang itu ya Kak, sama Navy?"

"Navy gak punya siapa-siapa lagi At." Lagi, ucapan Tito kembali membutnya tambah merasa bersalah. Apalagi kalau mengingat anak itu kemarin seharian tidak makan. Tidak ada yang mengurus atau memperhatikannya, padahal lelaki itu sedang sakit. Atlas benar-benar merasa bersalah.

"Dan gue kebayang aja kalo suatu hari lo ada di posisi Navy gimana. Dan gak ada yang nemenin atau bantuin lo pas lagi susah." Tito menarik napas sejenak sebelum akhirnya kembali melanjutkan ucapannya, "Tapi kalo posisinya dibalik. Gue yakin Grey juga bakal ngelakuin apa yang gue lakuin sekarang ke Navy. Grey pasti jagain lo."

Atlas juga yakin akan hal itu. Karena Greylah yang selalu ada untuk Atlas ketika Tito sedang tidak ada di rumah. Grey suka tiba-tiba datang membawakan makanan atau sekedar menunggu hingga Atlas tertidur.

"Sorry Kak." Atlas menoleh kebelakang memandang kearah Tito yang ternyata masih menatap kearahnya.

"Bukan ke gue minta maafnya. Tapi ke Navy." Atlaspun menganggukan kepalanya sebelum akhirnya berbalik, kembali mengeringkan rambutnya yang entah mengapa tak kunjung kering.

Tak berapa lama kemudian Tito muncul disampingnya sambil membawa dua buah piring berisi nasi goreng. Satu untuknya dan satu lagi untuk Atlas. "Makan dulu, baru kerumah Navy."

Atlas mengangguk tak berniat untuk membantah sama sekali. Ia langsung mengambil piringnya, meletakan handuknya di sofa kemudian makan dengan tenang.

Dear BiruDonde viven las historias. Descúbrelo ahora