Dear Biru 33

4.8K 577 63
                                    

Dear Biru : menjadi kuat itu memang butuh proses yang lama. Berlian tidak akan bersinar jika tidak di asah. Dokter tidak akan menyembuhkan jika tidak belajar dengan giat. Dan kamu, tidak akan sekuat itu jika tidak melalui berbagai masalah. Namun aku yakin, kamu bisa.

***

Kadang Navy sering sekali diam sambil memandangi awan yang bergerak perlahan mengikuti arah angin sambil memikirkan tentang hidupnya yang terasa terlalu berat, terlalu tidak nyata, namun memang begitu adanya. Navy menghela napas lagi. Sejak kemarin malam ia menginap di rumah Atlas lagi. Dan setelah 2 hari mendekam di sana. Akhirnya Atlas mengijinkan Navy untuk sekolah.

Navy sudah rapih sejak tadi, namun anak itu masih menunggu Atlas selesai memasak. Meski yang di masaknya hanya sekedar nasi goreng dan telur dadar, namun nampaknya cukup lama. Navy baru tersadar ketika ia mendengar suara piring yang beradu dengan meja. Lelaki itupun mengalihkan pandangannya dari jendela kemudian menyeret bangku yang didudukinya mendekat dengan meja makan.

"Lama amat masak gitu aja." Ejek Navy. Memang setelah perdebatan di mobil waktu itu, suasana rumah terasa begitu dingin. Atlas lebih banyak diam dan Navylah yang selalu berusaha mencairkan suasana.

"Gak usah ngomong deh mending. Lo masak aja gak bisa." Atlas menggeser satu piring ke hadapan Navy dan piring satunya ia dekatkan di tempatnya duduk. Persis di hadapan Navy.

Lagi-lagi mereka terdiam. Mungkin suara yang tercipta hanya suara denting jam yang bergerak dan juga suara sendok yang beradu dengan piring. Hening. Begitu sepi.

Hingga Navy menghela napas kemudian berucap, "tugas ada gak sih?"

Tanpa menoleh sama sekali kearah Navy, Atlas hanya berujar, "Banyak." Kemudian ia kembali melahap nasi gorengnya.

"Sumpah?! Gue gak ngerjain apa-apa dari kemaren loh."

"Gue udah ngomong ke gurunya. Lo dapet dispensasi kok. Santai aja." Seru Atlas dengan santai.

"Terus lo gimana?" Tanya Navy hingga lelaki itu berhenti melahap nasi gorengnya. Ia menunggu Atlas menjawab namun lelaki itu tampak begitu tenang dengan sarapannya, seolah ia tidak mendengar apapun yang baru Navy tanyakan. Membuat Navy bingung sendiri, di tepuknya pelan lengan Atlas sambil berujar, "Woy, ngomong ama candi kali gue."

"Gampang udah." Seru Atlas dengan santai lagi-lagi tanpa melihat Navy. Nasi di piring Atlas hanya tingga sesuap lagi. Lelaki itu sempat melirik piring Navy dan mendesah pelan. "Mending lo makan buruan."

Navy ingin sekali menanyakan lebih dalam lagi namun ia tau kalau sudah bergelagat seperti ini Atlas pasti tidak ingin di bahas. Kalau Navy memaksa, yang ada malah mereka berdua akan bertengkar dan adu argumen itu pasti tercipta kembali. Dan Navy cukup malas untuk itu, yang kemarin saja masih menyisakan perang dingin. Navy tidak ingin menambahnya lagi.

Jadilah lelaki itu memilih untuk memakan sarapannya dengan cepat.

***

Navy sempat bingung ketika tiba-tiba Bu Tika, guru keseniannya menyuruh murid-murid untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Namun Navy dan Atlas sendiri sudah tidak masuk hampir seminggu lebih, sehingga tidak tau siapa kelompok mereka.

Di sampingnya Nana langsung menyenggol lengan Navy dengan sikutnya kemudian berujar, "Lo sama gue, tenang aja, udah gue siapin semuanya."

"Nentuin sendiri? Apa di pilihin guru? Terus Atlas sama siapa?"

Nana mengangguk-angguk, "pilih sendiri, gue sama Aries kemaren nulis nama lo sama Atlas, jadi kita sekelompok berempat." Bertepatan setelah Nana selesai menjelaskan Atlas dan Aries menghampiri mereka. Memutar kedua kursi di hadapan Navy dan Nana hingga mereka bisa duduk berhadapan.

Dear BiruWhere stories live. Discover now