Dear Biru 26

5.2K 611 168
                                    

Dear Biru : Ada satu yang tak bisa kamu cegah. Mereka-mereka yang memang pada akhirnya harus pergi.

***

Rintikan hujan yang mulai turun itu membuat Tito semakin mempercepat langkah menuju motornya. Mereka berada diwilayah yang pasti melewati pos polisi dan Tito tak tau jalan pintasnya. Jadi kalau helm itu sampai basah, mereka tetap harus mengenakannya. Dan Tito tidak ingin sampai hal itu terjadi.

Sebenarnya tinggal dua langkah lagi sampai ia berdiri tepat disamping motornya. Namun tiba-tiba seseorang membalik tubuhnya dengan kasar. "Kenapa nih?" Seru Tito kesal. Namun kedua lelaki itu tampak tidak ciut sama sekali.

Mereka berdua mengenakan jaket hitam, salah satunya jaket berbahan kulit. Dari wajahnya Tito bisa tau kalau usia mereka jauh lebih tua darinya. Bisa dibilang kedua lelaki itu terlihat seperti preman-preman yang Tito sering lihat diujung gang. Namun entah mengapa Tito baru menyadari kalau wajah mereka penuh kekhawatiran. Peluh jelas terlihat dimasing-masing kening lelaki itu. Seolah mereka habis berlari maraton.

"Apa kesepakatan yang udah Grey bikin di kantor polisi?" Ah, Tito mengerti sekarang.

"Itu rahasi—"

"Jangan main-main ya lo anjing." Mata Tito turun, memperhatikan apa yang baru dikeluarkan oleh lelaki berjaket kulit dari kantong jaketnya. Sementara yang satunya seperti sibuk mengawasi. Itu pisau, tidak bisa di sebut kecil namun yang membuat Tito takut bukanlah pisau itu. Namun ketika sudut matanya teralih kearah kedai, ia bisa melihat Atlas yang sedang memperhatikannya.

Tito bersumpah akan mengamuk besar jikalau sesuatu terjadi pada Atlas. Meski ia tau Atlas memiliki kemampuan beladiri, namun anak itu juga manusia yang jika tertusuk pisau akan mengakibatkan luka serius.

Tito pun menghela napas, fokus kembali pada manik mata lelaki itu, "Gue yakin lo udah tau kesepakatannya apa."

Lelaki itu terlihat kesal dengan jawaban Tito, ia memajukan pisau itu hingga hanya berjarak satu centimeter dari perut Tito. Ia hendak memundurkan tubuhnya namun lelaki yang satunya malah menahan. "Jawab yang bener!"

"Dia bakal bongkar semua. Termasuk tempat persembunyian Arco." Kedua lelaki dihadapannya itu semakin gusar, sekarang Tito bertambah yakin kalau kedua orang ini adalah anak buah Arco. Karena setaunya, hari ini polisi akan memulai penggerebekan. Dan Tito bisa menebak kalau kedua orang itu kabur atau bahkan mujur karena tidak ikut diziarah polisi?

"Grey tau dari mana?"

Tito baru ingin menjawab ketika dari sudut matanya ia bisa melihat Atlas yang mulai melangkah mendekatinya. Jujur saja jantung Tito serasa ingin keluar dari tempatnya. Dengan berusaha setenang mungkin dan juga berusaha agar tidak ketahuan, Tito menggerakan tanggannya berharap Atlas mengerti kode darinya untuk tidak mendekat.

Keadaan masih cukup aman dan akan menjadi keos kalau saja Atlas tiba-tiba datang dan menanyakan apa yang terjadi. Tito sudah bisa memprediksi itu. Namun untungnya Atlas mengerti dan anak itu langsung berhenti ditempatnya.

"Grey tau semuanya. Meda sering ngajak dia ketemu di titik-titik yang Grey tau kalo itu tempat tongkrongan kalian. Dan yang lebih valid, kalo misalnya kalian lupa, Grey deket sama Kalvin. Anak Arco yang berkhianat."

Kedua lelaki itu tidak terlihat marah pada ucapan Tito. Mereka malah bertambah cemas dan meski berusaha ditutupi dengan wajah garangnya, Tito tetap tau. Ia melihatnya dengan begitu jelas.

Dear BiruWhere stories live. Discover now