Dear Biru 40

5K 494 83
                                    

Dear Biru : Tidak banyak hari esok untuk semua orang. Jadi jika kamu punya, syukuri. Setidaknya nikmati seolah kamu masih punya hari esok lagi. Meski lagi-lagi di tegaskan, hari esok tidak untuk semua orang.

***

Jalanan tidak terlihat ramai, namun yang membuat mobil silver yang lebih dari sejam yang lalu melaju itu tak kunjung sampai adalah karena pengemudinya terus memutar stir ke jalan yang bahkan bukan jalan yang seharusnya mereka lewati untuk sampai rumah. Ada hal yang ingin sekali ia tanya. Dan seolah tau, kalau yang ingin di tanya itu akan menghindar ketika sampai di rumah.

"Kita mau kemana sih?" Seru lelaki yang duduk di sampingnya, sedari tadi terlihat resah sambil memainkan seatbelt yang melingkar di tubuhnya.

"Kenapa lo gak bilang?" Akhirnya pertanyaan itu di layangkan juga.

Navy berdecak, "ya abis gak penting."

"Kenapa lo harus kasih gue surprise segala macem kalo ternyata lo juga ulang tahun?" Ucapannya terdengar begitu dingin seolah apa yang sudah di lakukan Navy benar-benar salah besar.

"Jadi lo gak suka gue surprisein?"

Tiba-tiba lelaki di balik kemudi itu memutar stir dengan tiba-tiba hingga membuat tubuh mereka miring kekanan dan sebuah klakson tanda protes terdengar dari arah belakang. Juga umpatan dari mobil yang melewati mereka ketika Atlas tiba-tiba saja menghentikan mobilnya di pinggir jalan tanpa memberikan sein.

"Bahkan dari tahun lalu lo gak bilang." Atlas sama sekali tidak berminat mengubris atau meminta maaf dengan beberapa kendaraan di belakangnya yang terkejut dengan aksi tiba-tiba berbeloknya itu dan masih terfokus hanya dengan Navy.

"Gak penting At."

"Gue sama Kak Ge ninggalin lo kemaren sendirian di rumah. Di hari ulang tahun lo." Ujar Atlas mengingat kalau tahun lalu ia meninggalkan Navy sendirian dan asik pergi dengan kakaknya tanpa tau kalau Navy ulang tahun sendirian, tanpa dirinya, Gera ataupun Grey.

"Ada Nana kok kerumah. Dia selalu inget ulang tahun gue. Lo tenang aja."

Atlas merubah posisinya, ia menaikan sebelah kakinya keatas jok kemudian berputar 90 derajat menghadap Navy, "Tapi kenapa lo gak pernah bilang gue?"

"Karena emang gak penting! Gue benci tanggal ulang tahun gue At, nyokap gue mati saat lahirin gue, bahkan Gera mati saat ulang tahun gue. Gue benci di lahirin, gue benci tanggal ulang tahun gue At. Dan gue gak mau sama sekali di rayain. Gue gak mau bahagia di tanggal yang gue benci. Seolah gue ngerayain kematian nyokap gue sendiri. Gue gak suka!" Navy langsung menyenderkan punggungnya di jok mobil dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sementara Atlas tertegun di sampingnya. Tidak menyadari mengapa Navy membenci tanggal yang sebenarnya paling Atlas sukai itu.

"Sorry Nav."

Navy menarik napas dalam sebelum menoleh kearah Atlas, "Gue cuma mau inget kalo hari ini adalah tanggal lahir lo, cuma tanggal lahir lo."

"Okey." Atlas mengubah posisi duduknya menjadi menghadap kedepan dan bersandar pada jok mobilnya, ia sungguh tidak ingin bertengkar dengan Navy, terlebih alasan yang lelaki itu ucapkan membuatnya merasa bersalah. "Makasih Nav, buat hari ini." Cuma itu yang ingin ia ucapakan.

Karena Atlas sadar, seberapapun Navy benci dengan hari ini, Navy tetap tersenyum selebar itu untuk merayakan hari ulang tahun Atlas. Hal kecil yang cukup membuat Atlas sadar, kalau Navy juga menyayanginya.

***

Navy masih memandangi lampu diatas nakas kamarnya yang tidak menyala sama sekali tanpa mengucapkan kata-kata apapun, meski beberapa menit yang lalu Atlas kelimpungan sendiri saat Navy tiba-tiba pingsan saat turun dari mobil. Semakin panik lagi saat anak itu sadar namun benar-benar tidak bergerak dari atas tempat tidur dan wajahnya sepucat dinding.

Dear BiruWhere stories live. Discover now