Dear Biru 27

5.9K 647 111
                                    

Dear Biru : Sungguh, dari segala hal yang telah terjadi, aku jadi belajar lagi kalau tidak ada tangisan yang abadi. Begitu juga dengan tawa. Dan pada hakikatnya semua pisah akan menghadap temu yang baru. Dan temu juga akan menghadap pisah yang lain. Itu seni kehidupan. Sedikit abstrak, tapi coba di pahami. Mungkin nanti, kamu malah menikmati.

***

Beberapa bulan kemudian.

Navy termangu diteras rumah begitu ia melihat motor Atlas yang berlalu begitu saja meninggalkan dirinya. Anak itu mendesah, menarik ranselnya sebelum berjalan lesu keluar dari dalam rumahnya.

Masa suram itu sudah berlalu. Keadaannya dan Atlas sudah lebih baik dari hari itu. Sedikit banyak rasa sakit didada Atlas karena kehilangan sudah berkurang namun rasanya mustahil jika luka itu bisa hilang. Navy bersyukur sebenarnya. Setelah beberapa minggu, disetiap malamnya ia mendengar Atlas menangis. Kini tangis itu perlahan pudar.

Atlas sudah lebih bisa menerima kehadiran Navy. Tidak masalah jika anak itu harus berpindah-pindah. Kadang tidur dirumah Navy, kadang dirumah Atlas. Hanya karena Atlas masih paranoid dengan segala kasus yang telah menimpa mereka.

Grey juga begitu terpukul karena kepergian Tito. Bahkan lelaki itu memukuli anak buah Arco yang kebetulan mendapatkan satu sel dengannya hingga mereka harus dipisahkan. Namun saat jam-jam napi makan siang. Grey lagi-lagi menghajar habis semua anak buah Arco yang ia tau. Dan pada akhirnya Grey pun dipindah tahanan karena prilakunya yang buruk. Untung saja masa tahanannya tidak di tambah. Namun Navy jadi sulit bertemu dengan lelaki itu karena letaknya lebih jauh dan pengamannya lebih ketat.

Apalagi yang harus diceritakan dari rangkuman kehidupan mereka akhir-akhir ini? Setidaknya segalanya berangsur membaik. Mereka pun sudah masuk SMA sekarang dengan membolos masa orientasi karena memang saat itu posisinya Atlas masih sangat berkabung dan kondisi tubuh Navy yang kurang vit belakangan ini membuat mereka berdua diberi keringanan.

Dan sekarang hari pertama masuk sekolah, Atlas meninggalkan Navy. Atlas memang berubah seribukali lebih menyebalkan dari biasanya, namun Navy tidak sesensitif sebelumnya. Ia merasa mungkin memang begitulah cara Atlas mendekat. Lagi pula, selama ini Atlaslah yang selalu disampingnya dan membantu dirinya. Kurang lebihnya Navy bersikap lebih baik karena ia merasa berhutang budi.

Lagi pula, mereka hanya memiliki satu sama lain. Untuk apa juga Navy berlaku sensitif?

Anak itu langsung menggembok pagar rumahnya dan memasukan kuncinya kedalam tas yang hanya ia gantung di satu bahunya.

"Lama banget sih!" Navy telonjat tidak siap dengan ucapan membentak itu. Namun yang lebih membuatnya terkejut adalah karena Atlas lah yang mengucapkan hal itu. Duduk diatas motornya dengan wajah malas seperti biasanya.

"Lo bukannya udah pergi?" Navy bersumpah kalau tadi ia mendengar suara motor Atlas yang menjauh.

"Buruan naik! Atau gue tinggal beneran." Tanpa Navy tau Atlas memang tadi sudah pergi, namun anak itu kembali lagi karena tidak tega meninggalkan Navy. Meski hubungan mereka sudah membaik, entah mengapa Atlas masih sangsi untuk bersikap baik didepan anak itu ataupun memperlakukannya seperti teman.

"Ya kalo mau tinggalin mah, tinggalin aja, gue bisa berangkat sendiri." Ujar Navy kelewat percaya diri sebelum melangkahkan kakinya melewati motor Atlas dengan sangat santai.

Atlaspun tertawa meremehkan bahkan sampai berdecih, "Kaya punya duit aja soksok mau berangkat sendiri."

Sontak ucapan Atlas langsung membuat langkah Navy terhenti. Anak itu bersumpah serapah dalam hati. Atlas memang belum memberinya uang. Biasanya tiap hari Atlas memberikan Navy uang kalau anak itu ingin pergi ataupun kalau anak itu minta. Dan pagi ini ia lupa memintanya.

Dear BiruWhere stories live. Discover now