Dear Biru 12

6.1K 660 44
                                    

Dear Biru : kelak mentarimu akan sepenuhnya padam. Mungkin hujanmu akan terasa begitu kekal. Namun jangan pernah hilang harap. Pelangi itu pasti ada di penghujung jalan. Tunggu saja.

***

          Atlas mendesah setelah kakaknya pergi bersama dengan Grey dengan alasan ada urusan penting. Sebenarnya bukan karena Atlas tidak ingin di tinggal, percayalah kalau di rumah, Atlas satu-satunya yang paling mandiri dan jarang mengambil pusing segala masalah. Hidupnya lebih lurus dari penggaris. Namun yang membuat anak itu mendesah adalah karena ia di minta untuk menjaga Navy yang dirawat di rumah sakit.

          Satu, Atlas tau Navy adalah anak yang manja. Dan yang kedua, Atlas tidak suka dengan Navy. Hanya 2 hal itu saja yang harusnya disadari oleh kakaknya kalau Atlas tidak akan bisa berteman dengan Navy. Namun masih saja Tito memaksakan hal itu.

          Namun tipikal Atlas. Ia tidak ingin mengambil pusing. Anak itu langsung duduk di sofa mengambil remot dan kembali memakan semangka dari menu sarapan Navy tadi pagi yang tidak dimakan oleh anak itu. Sekarang sudah jam 11, namun Navy belum juga terbangun setelah tertidur sehabis meminum obat paginya.

          "Bang.." lagi-lagi Atlas mendesah begitu suara Navy terdengar. Padahal ia baru ingin menikmati kesenyapan ini.

          "Bang Grey.." panggil Navy lagi, anak itu kini mulai menggeliat dan menoleh kekanan dan kirinya mencari keberadaan kakaknya itu.

          "Pergi." Jawab Atlas singkat membuat Navy sadar keberadaan anak itu di sofa pojok.

          "Kemana?" Atlas hanya menjawab dengan mengangkat bahunya santai.

          Awalnya Atlas memang ingin mengabaikan Navy dan memilih untuk tetap fokus menatap televisi, namun begitu Atlas sadar anak itu mulai berusaha untuk bangun dan turun dari kasurnya, Atlas pun langsung gelagapan dan buru-buru mencegahnya.

          "Mau ngapain sih?!" Ujar Atlas sedikit kesal, tangan Atlas sudah berusaha mendorong pelan anak itu agar kembali berbaring, namun Navy masih berusaha untuk tetap bangun meski kesulitan karena tubuhnya masih sangat lemas.

          "Mau abang." Ujar Navy dengan bibirnya yang bergetar. Sejak kemarin memang sifat manja Navy keluar menjadi dua kali lipat dari biasanya. Dan Atlas tau itu. Semalam ia memang terbangun karena mendengar tangisan Navy, kemudian kembali tebangun dipagi hari saat Tito berkata kalau Navy pingsan dan ingin dibawa kerumah sakit. Seolah Navy terus mengusik hidup Atlas namun Atlas juga tau kalau anak itu berarti bagi kakaknya. Jadi sebisa mungkin Atlas tidak ingin mengeluh.

"Nanti juga abang lo balik lagi kesini. Diem aja bisa gak sih?"

"Gue mau cari abang." Atlas berdecak kesal. Menjaga Navy memang sama saja seperti menjaga anak usia lima tahun.

"Ngapain dicari elah, abang lo gak ilang. Bentar lagi juga balik."

"Nanti abang ninggalin Navy. Navy gak mau sendirian." Sejujurnya Atlas terenyuh, ditambah lagi dengan air mata yang mengalir begitu saja dipipi Navy. Entah anak itu sadar atau tidak saat mengatakannya. Karena memang sejak semalam demam Navy tidak kunjung turun. Itu juga mungkin yang menyebabkan Navy jadi lebih manja dari biasanya.

Sedikit banyak, Atlas mengerti apa yang dirasakan oleh Navy. Sama-sama ditinggal oleh orang tua. Sama-sama tidak ada keluarga yang peduli. Sama-sama hanya memiliki kakak yang masih dan satu-satunya tersisa. Atlas paham.

Lelaki itu menghela napas, kenapa juga Atlas jadi peduli?

Atlaspun menambah tenaganya hingga Navy kembali berbaring dengan benar. Anak itu berenti merontah dan hanya menangis tanpa suara membuat Atlas tambah tidak tega.

Dear BiruWhere stories live. Discover now