22. Miss U Badly

55.8K 2.3K 17
                                    

Sebelum baca, jangan lupa klik votenya yaaa..

*****
Cheryl menginjakkan kaki di sebuah padang rumput hijau yang luas. Roknya yang berwarna putih berkibar diterpa angin. Tampak seekor kupu-kupu hinggap di sebuah bunga ilalang di depannya. Diambilnya kupu-kupu yang berwarna cantik itu perlahan.

"Mami..mami.."didengarnya panggilan dari anak kecil di belakangnya. Cheryl menoleh perlahan dan dilihatnya dua bocah montok berlarian menuju ke arahnya.

"Kupu-kupunya cantik banget mami..," anak perempuan yang pipinya chubby dan memerah terkena sinar matahari menatapnya dengan bola mata yang membesar sangat cantik.

"Aku mau lihat....aku mau lihat...," bocah lelaki di sampingnya menyeruak dan menarik tangan Cheryl yang memegang kupu-kupu tadi.

"Siapa nama kalian?"Cheryl menatap kedua anak yang menggemaskan itu sambil berjongkok.

"Namaku Biru, dan ini adikku Jingga..Mami lupa...?," anak lelaki yang montok tadi memandangnya heran. Mata Cheryl meredup sedih.

"Aku kangen mami..mami kapan pulang?" Jingga merengek meminta gendong pada Cheryl.

"Aku juga mau gendong mami..," Biru tak mau kalah dengan Jingga menarik tangan Cheryl minta ikut digendong. Cheryl bingung, bagaimana dia bisa menggendong kedua anak yang gendut itu berbarengan?

"Aku bantu gendong Biru, ayo kita pulang ke rumah sayang.." tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang ke arah Cheryl.

"Mas....."

*****

Rheino menggeliat pelan, tubuhnya rasanya sakit semua. Rupanya dia baru menyadari kalau semalam dia tertidur sambil duduk. Rupanya masih dini hari. Rheino beranjak ke toilet, diambilnya wudhu dan digelarnya sajadah di depan tempat tidur Cheryl setelah menutup rambut Cheryl yang masih terlelap.

"Sholat tahajud dulu ya Cher, kita ketuk pintu langit, absen dulu sama Allah swt biar kalau ada mukjizat, kita dapat urutan pertama, biar kamu cepet bangun, cepet sehat. We miss u badly Cher", Rheino tiba-tiba menitikkan air matanya teringat anak-anaknya di rumah yang belum pernah merasakan pelukan dan ASI maminya.

Setelah selesai tahajud Rheino membacakan ayat suci sampai masuk waktu subuh di dekat Cheryl agar dia mendengarkannya.  Sungguh Rheino sangat berubah, bahkan ini sudah menjadi rutinitasnya tiap dini hari. Teguran berat dan indah dari Allah.

Selesai sholat subuh Rheino biasanya pulang ke rumah bertemu kedua anaknya karena kedua anaknya biasanya bangun subuh, mengajak mereka mengobrol walau sebenarnya dia paham kalau anak-anaknya belum mengerti.

"Cher, aku pamit pulang dulu ya, maen sama Abang dan adek, rencananya besok mau ngasih nama dan akikah, kamu bangun ya, biar bisa gendong abang atau adek. Karena abang udah gendut, nanti aku aja yang gendong, kamu gendong adek ya.. " Dihapusnya airmata Rheino yang menetes mengingat anak dan istrinya.

"Please, bantu aku kasih nama buat mereka..gimana kalau namanya Jingga dan Biru, kamunsetuju gak? Jingga warna kesukaanmu dan Biru warna kesukaanku....," Rheino menghentikan ucapannya karena merasa ada yang bergerak di genggaman tangannya... ditekannya tombol  untuk memanggil suster di pagi ini.

"Cher.. gerakin lagi tangannya..," Rheino deg-degan berharap apa yang dirasakannya bukan mimpi. Dielusnya rambut Cheryl perlahan dengan tangan kanannya. Tampak mata Cheryl yang bergerak-gerak mengerjap kesilauan terkena cahaya lampu kamar yang sebenarnya temaram.

"Mas..., Mas Rheino..." Cheryl memanggilnya lirih dan merintih.

"Iya Cher, aku disini..pegang tanganku erat Cher, jangan tidur lagi, bangun Cher.." Rheino kaget sekaligus bahagia seakan ini mimpi pagi-pagi yang tampak nyata.

"Aku dimana? Aku haus" Cheryl bersuara lirih.

"Kamu masih di rumah sakit, aku ambilkan air minum dulu..," Rheino mengulurkan segelas air minum buat Cheryl dan membantunya minum beberapa teguk perlahan.

Tak lama kemudian suster jaga datang dan memanggil dokter begitu melihat kondisi Cheryl yang baru bangun dari tidur panjangnya.

Setelah dokter memeriksa, dokter memastikan bahwa Cheryl sudah membaik, namun memerlukan istirahat dan treatment pemulihan setelah tidur panjangnya sehingga dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

Rheino sangat gembira dan bersyukur melihat istrinya terbangun walau masih dalam kondisi yang kurang baik. Bunda Shanty dan ayahnya yang tadi juga telah diberitahu ikut berbahagia.

"Anak-anakku...? Dimana anak-anakku mas? Mereka gimana?" Cheryl tiba-tiba teringat anaknya dan khawatir pada kondisi mereka.

"Anak-anak baik-baik saja Cher..mereka di rumah sama bunda..alhamdulillah mereka sehat."

"Beneran mas?" Cheryl menatap Rheino meragukan jawaban yang disampaikan Rheino tadi. Cheryl juga heran dengan perlakuan Rheino yang sejak dia bangun tadi tampak lembut padanya.

"Iya, kamu lekas sehat, biar kita segera bisa pulang ya.." Rheino menggenggam tangan Cheryl hangat.

"Alhamdulillah, aku mau langsung pulang aja mas, aku pengen lihat anak-anak, aku mau memeluk mereka, aku kuat kok.."Cheryl berusaha bangkit namun Rheino masih mencegahnya, khawatir bila Cheryl malah akhirnya jatuh.

"Biarkan aku bangun mas, aku mau menemui anak-anak..," Cheryl menyingkirkan tangan Rheino sambil menangis merindukan anak-anaknya.

"Sabar, kamu baru juga bangun Cher.." Rheino memeluk Cheryl untuk menenangkannya.

"Berapa lama aku tidur mas?" Cheryl bertanya lirih di dada Rheino.

"Sebulan lebih, tapi kata dokter tadi kita gak bs langsung pulang, kamu harus diobservasi dulu ya, untuk memastikan kalau kamu memang bisa pulang, kamu yang sabar ya..," Rheino mengusap dan mencium kening Cheryl yang masih berkaca-kaca.

Cheryl mengangguk pelan "Mas udah kasih nama mereka? Siapa?"

"Belum, besok rencananya mau akikahan, kamu mau kasih nama mereka?" bisik Rheino pada Cheryl yang masih menyeka air matanya dinpelukannya.

"Aku mau ikut, aku mau pulang, aku mau anakku mas.."

"Sabar Cher..daripada nanti kamu sakit lagi.."

"Tapi aku mau ketemu anak-anakku..aku mau cium mereka, aku mau anak-anakku mas..." Cheryl masih sesenggukan merindukan kedua bayinya yang baru sekali dilihatnya setelah operasi sebelum dia koma karena pendarahan.

"Iya, nanti ya, biar bunda bawakan anak-anak kesini, kamu tenang dulu.." dipeluknya Cheryl yang masih menangis menahan rindu.

"Kita cari nama buat mereka aja yuk..biar enak manggilnya, gak cuma abang dan adek doang," Rheino melanjutkan.

"Aku boleh kasih nama buat mereka gak mas? Kalau boleh aku pengen mereka dinamai Biru dan Jingga mas, aku mimpi itu nama mereka, nama panjangnya terserah mas aja," Cheryl berkata lirih.

"Iya boleh donk, aku juga kepikiran nama itu, mengingat kamu yang suka warna jingga" Rheino berkata lembut sama Cheryl. Cheryl yang sejak tadi heran dengan perlakuan Rheino menatap kedua mata Rheino yang menatapnya lembut.

Tok tok tok

Pintu kamar rawat Cheryl terbuka dan terlihat ada seorang laki-laki melongok.

"Maaf, apa ini kamar Cheryl?"

"Iya, anda siapa?" Rheino berjalan ke arah pintu.

"Saya Donny, teman lamanya Cheryl..."

*****

Maaf kalau pendek yaaaa...smoga masih bisa mengobati yang kangen sama Cheryl..










My Billionaire BabiesWhere stories live. Discover now