AM 19

17.7K 1.3K 125
                                    

*REYNATHAN P.O.V*

Hari ini aku sedang berada di kantor kak Fathan,dia sejak pagi selalu mengirimiku pesan agar aku mengantarkan Bekal untuk makan siang. Dan sekarang sudah aku lakukan,Twins tidak ikut bersamaku. Mereka memilih bermain dengan kelinci-kelincinya ditemani Alex dan mamah.

Tadi pagi Max dan Alex datang kerumah,Max menitipkan Alex karena sejak kemarin ia merengek terus menerus ingin bertemu Twins. Dan akhirnya Alex ditinggal dan Max kembali ke Rumah sakit, karena ada jadwal operasi.

Ini sudah hari ketiga setelah hari dimana kami pergi kepemakaman, aku sudah mulai mencoba mengikhlaskan semuanya. Meski terkadang,aku masih sering merasa sedih karena ketidaktahuan ku mengenai kejadian tersebut. Namun,aku mencoba untuk berdamain dengan hatiku. Perlah untuk mecoba merelakan apapun yang telah terjadi pada masa yang sudah berlalu.

Merasa tidak nyaman karena aktivitas kantor yang sama sekali sedikit pun tidak aku ketahui, aku memutuskan untuk segera ijin pulang pada kak Fathan.

Kini aku sedang berjalan menuju toko kue yang sempat aku lihat saat menuju kekantor kak Fathan, tampaknya toko ini sangat laris. Terlihat dari banyaknya pengunjung yang sedang makan kue didalam, mungkin karena ini jam makam siang juga.
Perlahan aku berjalan menuju sang peramu dan mencoba memesan beberapa kue yang menurutku akan disukai oleh Twins, Alex dan mamah. Setelah aku memesan,dan membayar harga semuanya. aku disuruh untuk menunggu, Perlahan kuedarkan pandangan ku pada setiap kursi untuk bisa kududuki.

namun..

Pandanganku menatap sosok yang sangat aku kenal, Alex. Dia tengah duduk bersama seorang anak kecil perempuan yang sangat cantik, yang kutapsir umurnya tak jauh berbeda dengan twins. Mereka tampak sangat bahagia, Alex terus menatap kearah anak perempuan tersebut dengan senyum yang terus terukir diwajah tampannya. Anak itu tampak lahap memakan cake yang ada dihadapannya, dengan sesekali tertawa bersama Alex.

Tanpa aku sadari, tanganku sudah memegang dada kiriku. Entah mengapa ada rasa sakit dan sesak didalam sana, membuatku seketika mengingat Twins. Mereka bahkan tak tau siapa ayah mereka,yang mereka tau. Aku adalah ayah sekaligus ibu yang melahirkan dan menjaga mereka. Aku mencoba membuang tatapanku pada arah lain,berharap sesak dan sakit ini agar segera menghilang. Kursi kosong,ya aku melihat kursi kosong pojok kanan yang jaraknya tak terlalu jauh dari Alex. Kucoba memantapkan hati untuk berjalan kesana, dan kini aku sudah duduk dikursi itu. Kucoba untuk tak melihat kearah Alex, kucoba memainkan handphoneku.

"Rey.." tanpa aku menoleh pun, aku sudah sangat kenal dengan pemilik suara tersebut.

"Ya.." jawab ku menengadahkan kepalaku dan melihat kearah Alex yang kini berdiri tepat didepan ku

"Mm...a,,,apa boleh aku duduk disini.?"tanyanya dengan tampak gugup, sebenarnya aku ingin menolak. Namun, aku mencoba untuk sesopan mungkin dan akhirnya aku ijinkan

" tentu.." jawabku mencoba biasa saja,dapat kulihat raut wajah Alex kini sudah sangat berubah. Tadi ia sangat bahagia,namun Kini raut wajahnya menampakan kesedihan.

Apa aku benar.? Tentu saja

"Apa kabar.?" tanyanya sambil menatapku

" aku sangat baik, bagaimana juga kabarmu Alex.?" jawabku dan kembali bertanya

"Syukurlah,,,,, kau tentu tau aku tidak pernah baik-baik saja setelah kepergianmu." aku terdiam sesat karena terkejut dengan jawaban yang aku dapat, namun sebisa mungkin aku mencoba biasa saja

"Benarkah.?" aku bertanya dengan tenang, Alex tak langsung menjawab. Ia menunduk terdiam beberapa saat dan kembali mendongakan wajahnya

"Hidupku hancur Rey.." entah kenapa Alex mengatakan hal itu dengan suara bergetar,bahkan dapat kulihat matanya berkaca-kaca

AFTER MARRIEDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu