AM 23

22K 1.3K 213
                                    


*REYNATHAN P.O.V*

Sudah tiga hari Nathan dirawat dirumah sakit, dan aku sungguh bersyukur karena Nath sudah sadar sehari setelah ia dirawat. Ia selalu merengek ingin pulang, namun selalu ku bujuk karena dokter menyarankan untuk tinggal beberapa hari lagi, karena untuk memastikan Nath sembuh dan sehat seperti semula.

"Rey, tidurlah. Biar aku yang menjaga Nathan, Kau tidur saja." ujar Alex disampingku yang tengah duduk dikursi samping tempat tidur Nathan

Ya, Alex memang selalu berada disini. Dia hanya akan pulang untuk mandi pagi dan sore, selebihnya dia habiskan waktunya disini bersama aku dan yang lain. Bahkan pekerjaan kantornyapun ia abaikan, malah menyuruh sekertarisnya yang mengurus semua urusan kantornya.

"Kau pulang saja Alex, aku mampu menjaga anakku sendiri." jawabku tanpa menoleh kearahnya, saat ini hanya ada aku dan Alex saja disini. Kak Fathan sedang berada di Indonesia saat ini, ia tengah melakukan perjalanan bisnisnya yang sangat mendesak. Awalnya ia tak mau pergi, namun dengan susah payah aku menyuruhnya agar berangkat. Dan meyakinkan kepadanya bahwa aku bisa mengatasi semuanya disini, mamah dan Eth tidur dirumah. Aku yang menyuruh mereka, karena Eth tidak baik terlalu sering dirumah sakit. Max dan Alex selalu menyempatkan waktu mereka untuk sekedar melihat keadaan Nathan, dan sialnya Orang yang satu ini selalu saja keras kepala ketika aku melarangnya untuk tidak datang lagi kesini.

"Aku tau Rey, kau mampu. Tapi istirahatlah, biar aku yang menjaga Nathan malam ini. Kau akan sakit jika tidak cukup istirahat, setidaknya tidur sebentar saja jika memang kau ingin menjaganya. Lagi pula Nathan sudah tidur, dan aku akan menjaganya." Bujuk Alex, namun aku tetap diam mengabaikannya. Menatap wajah Nathan yang tampak nyaman tertidur diatas tempat tidurnya, dengan selang infus yang masih tertancap di lengan kirinya yang kecil.

"Apa kau tidak mendengarkan aku Reynathan.?" kudengar desisan Alex dari samping, tampaknya ia mulai terpancing emosinya karena ku abaikan perkataanya tadi.

"kau pulanglah Alex, istirahat dan dan besok masuk kerjalah. Kau tidak ingin jatuh bangkrut bukan, karena hanya dengan harta kau mampu mendapatkan wanita jalang yang baru sebagai pengganti wanitamu yang dulu. Pergilah, Aku sangat mampu merawat 'Anak ku' sendiri dengan baik." sungguh sebenarnya aku tau ucapanku sangat keterlaluan, tapi aku harus mengatakannya. Agar dia mau pergi dan tak pernah kembali lagi dalam kehidupan ku dan kedua putraku.

"Aku tak butuh wanita lain Rey, tidakkah kau mengerti bahwa aku hanya mencintaimu dan menginginkan kita berasama kembali dan merawat kedua anak kita bersama-sama."

"Anak ku Alex, anak ku. Jika kau lupa, kau tak pernah hadir selama ini dalam kehidupan mereka.  Hanya aku, dan cukup aku sebagai orang tua mereka. Tidak ada dan tidak akan pernah ada orang tua lagi bagi mereka." kutolehkan wajahku menatap kearahnya, dengan sengaja aku memberikan senyuman yang mengisyaratkan bahwa semuanya memang begitu seharusnya

"Berhenti menyalahkan ku Rey, aku tidak pernah membiarkan mu pergi sejak dulu. Namun kau yang memutuskan untuk pergi dan menghilang, coba kau pikir darimana aku akan tau kau sedang mengandung saat itu. Sedangkan kau tak pernah memberitahukan semuanya padaku,kau memutuskan untuk pergi Rey. Kau yang memutuskan semuanya saat itu,,Kau." Alex mengatakan itu dengan keduanya tangannya yang mencengkram erat kedua sisi pundak ku,dan aku meringis karena cengkramannya sangat keras

"Sakit Alex..." aku meronta, mencoba melepaskan cengkramannya itu

"Kau yang telah menghancurkan semuanya, dan sekarang kau menyalahkan aku. Aku sudah hampir memberitahumu Alex, tapi kau malah merusaknya. Kurasa permasalahan ini sudah terlalu sering kita bahas, dan kau tak pernah mengerti. Aku orang tua mereka, dan kau bukan siapa-siapa bagi mereka. Pergi dari sini Alex, dan jangan pernah kau hadir lagi dalam kehidupan ku. Apalagi sampai mengusik kehidupan kedua putraku, kuharap kau tak sampai menambah kadar benci ku padamu Alex....pergilah.!!" dengan sedikit usaha akhirnya cengkramannya lepas, dan kini dia hanya terpaku diam didepan ku. Tampak jelas kesedihan dan rasa sakit pada rau wajah dan tatap matanya yang kini memerah dan berkaca.

AFTER MARRIEDWhere stories live. Discover now