MCS#39

76 17 0
                                    

" Like I say before, this arh " pelipis dahinya dipegang lalu diurut perlahan. Not again, pliss. Kedua belah tangannya menggeletar menyebabkan marker whiteboard yang dipegangnya satu menyembah lantai. Tangannya segera ditongkatkan menyembah meja untuk menyeimbangkan tubuhnya. Penglihatannya sedikit kabur.

" Erkk sir, are you okey? " tanya salah seorang student.

" Sorry, I need to go " pinta Mikail sebelum langkahnya laju menolak pintu dewan kuliah.

Terpinga-pinga para pelajar melihat kelakuan Sir Mikail. Bukan dia orang tak perasan, dua menjak ni Sir Mikail banyak migrain time mengajar.

Kelakuan Mikail diperhatikan.

" Hmm, something wrong " phone dipoket dikeluarkan. Nombor seseorang didail lalu ditekap ke telinga. Panggilannya berjawap.

" Jayy "

🌸🌸🌸🌸

Dia berlari sambil menekup mulutnya. Pintu toilet ditolak. Pili air ditekan. Cecair merah yang melekat di tapak tangannya segera dibasuh. Pantulan imej dirinya dicermin dilihat. Muka pucat.

" Hurmm " Mikail mengeluh lemah. Dugaan apa lagi ni Ya Allah.

Pelipisnya sekali lagi diurut. Minyak FreshCare dipoket dikeluarkan lalu disapu sedikit dihujung jari, pelipis diurut.

" Perlu ke aku datang checkup lagi? " gumamnya sambil mengerutkan dahinya. Entah mengapa, dua menjak ni perangai dia berubah. Lebih kepada, migrain.

" Wing wing wing wing, boomerang "

Ringtone milik phone nya menarik perhatiannya, paparan pada skrin dilihat.

Mikail mengeluh.

" I hope everything gonna fine "

🌸🌸🌸🌸

" Hmm. Okey " jawapnya perlahan. Panggilan dimatikan. Phone miliknya dilihat sebelum dimasukkan kedalam poket jubah putihnya. Nafas ditarik lalu perlahan lahan dihembus. " Emma " panggilnya.

Emma yang sibuk melayan karenah pesakit makcik tua segera menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Badannya di bongkokkan sedikit tanda meminta diri. Emma berlari anak menuju ke arah Dr. Moon.

" Yess? " tanya Emma sambil menjongketkan kedua belah keningnya.

" I want you to settle this patient " ujar Dr. Moon. Sehelai kertas putih yang di kepit bersama papan menulis dihulurkan.

" Yes, sure " huluran disambut. " When will this patient register? " Tanya Emma meminta kepastian. Senang dia nak isi borang kemasukkan pesakit nanti.

" Hmm " jam DW di pergelangan tangannya dipandang sekilas. " Around 3 p.m. " balas Dr. Moon.

" Ouhh ok. " balas Emma.

" Make sure, VIP room " kata Dr. Moon lagi. Pemergian Dr. Moon dihantar melalui lirikan matanya. DahinyaPDahinya berkerut.

" Tak pernah pulak Dr. Moon minta patient sebelum ni ke VIP room. Selalunya just pihak hospital yang tentukan. Hmm " gumam Emma perlahan. Pelbagai soalan mulai bersarang di dalam kotak fikirannya.

Borang yang dihulurkan Dr. Moon tadi dilihat. Dahinya berkerut seribu.

" Tak.. Tak mungkin "

" Mungkin, hanya kebetulan nama sama "

" Tapi.. "

🌸🌸🌸🌸

Figura lelaki bersandar di bangku batu dilihat bersama satu keluhan berat. Perlahan lahan figura itu dihampiri, punggung dilabuhkan bersebelahannya.

" Penjelasan, pliss. " kata Emma berpeluk tubuh.

" Sebenarnya.. "

" Aku taknak ber mukaddimah bagai. Just, straightforward " kata Emma lalu menjongketkan sedikit sebelah keningnya. Masih berharap apa yang keluar dari mulutnya tidak sama dengan apa yang difikirkannya.

Dia mengeluh.

Apa yang bakal keluar daripada mulutnya pasti akan mengubah hidupnya, pendiriannya.

Sesuatu yang dipanggil..

Dugaan kehidupan.

" Allah bagi dugaan sebab Dia sayangkan kita " masih segar didalam ingatannya pesanan arwah sebelum dia menutup mata.

" Aku harap, aku sekuat kau "

" Tapi, tidak! "








×

×

×

×

×

_______________________

A/N : will start sad moment.. from now. enjoyy 🍁🍋.

[C] Misi Cinta SejatiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz