MCS#44

84 12 0
                                    

Mug yang berisi mocha panas dikacau perlahan. Jiwanya jauh menerbang memikirkan sesuatu.

" urida simanna "

Yuna tersentak apabila phone miliknya berdering. Phone nya yang masih berdering dipandang sepi. Keluhan berat dilepaskan.

Phone dicapai. Panggilan dijawab lalu ditekap ke telinga.

" Hello, Yuna? "

" Yee? "

" Erkk. Malam ni aku tak balik tau. Ada.. Ada hal sikit. "

Yuna terdiam ' nak date dengan dengan Mikail lah tu ' detik hati Yuna. Senyuman hambar diukir.

" Yuna? "

Yuna tersentak.

" Hahh ok. Aku pun buzy jugak ni, bye. " panggilan dimatikan.

Hatinya tiba tiba sahaja sakit.

Pliss lah hati, kau dah MOVE ON.

🌻🌻🌻🌻

" Hahh ok. Aku pun buzy jugak ni, bye. Tutt tutt "

Skrin phone dipandang sepi. Keningnya bertaut. Hmm, something wrong.

" Kau call sape? "

Mikail yang berbaring di atas tilam hospital dipandang. Keluhan berat dilepaskan.

" Yuna " balas Emma acuh tak acuh.

" Then? " kening sebelah diangkat.

" Nada dia. Lain macam. " gumam Emma perlahan namun masih dapat didengari Mikail.

" Penat je tu. " balas Mikail. Epal merah kembali disumbatkan kedalam mulutnya.

Emma terdiam. Skrin phone dipandang lama.

' Yuna dah tahu ke? ' detik hati kecil Emma.

" Woii " terhinjut bahu Emma dibuatnya. Takde salam takde hai, tetiba woii. Dasar betul. Mikail dijeling tajam. " Jeling jeling. Yang kau pandang phone bagai nak tembus tu pahal? "

" Diam arhh kau " balas Emma bengang.

" Cehh. Bukan tadi kau kata ada hal ke? " tanya Mikail hairan.

Emma menepuk dahi " Kau lah ni punya " kata Emma menyalahkan Mikail. Tergesa gesa Emma berlalu dari situ.

" Aku? Huhh "

Pemergian Emma dihantar melalui anak matanya. Phone dimeja sisi dicapai. Kenalan contact nya dilihat.

Nombor seseorang didail.

" Fawwaz.. "

🌻🌻🌻🌻

Button pada remote ditekan berkali kali begitu jugalah siaran tv.

" .. Seoul digemparkan dengan.. "

Tangannya berhenti daripada menekan button remote. Hatinya kuat mengatakan untuk melihat berita tersebut.

" .. persembahan silap mata berakhir dengan satu kejadian pembunuhan. " kata pengacara wanita bertudung hitam itu lagi.

Daripada 2 orang pengacara, siaran tv berubah kepada satu video kejadian pembunuhan tersebut.

Lelaki yang bertopeng putih itu memasukkan pisau yang terakhir menembusi kotak besar tersebut. Penonton dan lelaki tersebut mengira.

" One, two, three "

Perlahan lahan cecair merah keluar daripada bawah kotak. Kedengaran para penonton menjerit ketakutan.

Lelaki itu mencangkung lalu hujung jarinya menyentuh darah di lantai. Lidah dikeluarkan, darah yang melekat ditangannya dijilat. Senyuman psycho diukir. Lelaki bertopeng hitam itu dilihat. Mereka berdua..

" Wait! " remote diambil. Button pause ditekan. Sisi tepi lelaki bertopeng putih itu dilihat tajam. Lama skrin 50 inci itu ditenung bagai nak tembus.

" Jangan cakap.. "

" Damn it! "

Pegangan remote diganti dengan phone miliknya. Nombor seseorang didail lalu ditekap ke telinga.

" Hello? " panggilannya berjawap.

" Aku suruh kau settle kan betine tu, bukan menambah kes kat sana. " hamburnya geram.

" Lek lek. Explain, one by one. " ujar suara garau tersebut.

" Explain? Wtf?! " skrin phone dipandang tajam. Bawah bibir digigit geram. Phone ditekap semula ke telinga. " About that stupid trick "

" Ouhh. Jantan tu yang cari pasal dulu. "

" Whatever lah. Make sure, kau padamkan kes tu. By hock by crook. " katanya sinis.

" Betine tu? "

Senyuman sinis diukir " Biar aku yang hapuskan. "

" Maksud kau? "

" Aku sendiri yang akan turun padang. "

[C] Misi Cinta SejatiOnde histórias criam vida. Descubra agora