Sabtu (11.14), 19 Januari 2018
Makasih buat JMilaah atas covernya. Yang sebelumnya ngerasa takut buat baca cerita ini karena covernya agak yah, gitu (hahaha...) sekarang gak perlu takut lagi. Silakan baca sampai puas ☺
-----------------------------
Queenza berjalan mondar-mandir dengan gelisah di beranda rumah kepala sekolah. Dia benar-benar khawatir semua yang direncanakan Kingsley tidak berjalan mulus. Ada banyak nyawa yang dipertaruhkan sementara dirinya aman di sini.
Kingsley cepat kembali, mohon Queenza dalam hati. Dia terus berjalan mondar-mandir dengan pikiran melayang ke kejadian tadi pagi.
Queenza sudah mencapai pintu depan saat tiba-tiba Kingsley memanggilnya lalu menyuruh memanggil Emily agar kembali ke dalam rumah. Setelah keduanya berada di depan Kingsley, lelaki itu menjelaskan dengan singkat kecurigaannya bahwa ini semua adalah jebakan. Dan untuk sekedar jaga-jaga, Kingsley menjalankan rencana yang katanya baru dia susun semalam. Saat itu Queenza menolak dan terus mengajukan keberatannya.
Oh, ayolah. Ini perang sungguhan! Bukan sekedar game online. Bagaimana bisa Kingsley menjalankan rencana yang baru dia buat beberapa jam? Bahkan panglima perang sekalipun butuh waktu berbulan-bulan untuk menyusun rencana.
Itu yang membuat kecemasan Queenza terus meningkat. Terutama setelah sekumpulan makhluk dari berbagai jenis-yang berhasil membuat bulu kuduknya meremang-mulai menghilang.
"Itu Missy!" seru Chenna yang sejak tadi menemani Queenza. Dia bergegas berlari ke dekat pohon di halaman rumahnya. Mama Chenna, Queenza, dan beberapa pelayan di sana bergegas mengikuti.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya Queenza cemas karena Missy, wanita berusia dua puluh tujuh tahun yang menggantikan posisi Queenza, berbaring tak bergerak di atas rumput. Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, Queenza tidak akan bisa memaafkan diri sendiri.
"Tidak ada luka di tubuhnya. Sepertinya dia hanya pingsan. Segelnya juga sudah menghilang." Chenna menunjuk punggung tangan Missy tempat Kingsley sebelumnya memasang segel berwarna merah dan berbentuk nyala api.
Queenza ingat saat dirinya protes tentang betapa berbahayanya menggunakan orang lain untuk menggantikan posisinya, Kingsley menenangkan dengan berkata bahwa orang-orang yang masih memiliki segelnya akan baik-baik saja. Tidak bisa terluka apalagi terbunuh. Penjelasan itu membuat Queenza bisa bernapas lega. Tapi sekarang dia menyesal tidak meminta Kingsley membuat segel itu bertahan lebih lama. Bukannya langsung menghilang begitu mereka melakukan teleportasi.
"Hah... hah... hah...!"
Tiba-tiba Missy membuka mata lalu duduk sambil bernapas terengah-engah. Melihat itu Queenza menghela napas lega. Dan dia lebih lega lagi karena kini Missy tidak lagi menyerupai dirinya. Dia kembali ke sosok aslinya, wanita berambut ikal panjang dengan mata sehitam rambutnya.
"Missy, kau baik-baik saja, Nak?" kini Amber, Mama Chenna, yang bertanya.
Missy mengangguk pelan sambil mengatur napasnya kembali. "Tadi mereka menikam dadaku. Rasanya sakit sekali membuatku nyaris tidak bisa berpikir."
"Kenapa sampai sejauh itu?" tanya Queenza dengan nada tinggi, tidak bisa menyembunyikan perasaan cemas sekaligus takut. "Seharusnya kau langsung bertukar tempat sebelum mereka melukaimu."
Missy menunduk, merasa bersalah. "Aku hanya penasaran, sejauh apa para guardian itu akan bertindak. Ternyata mereka benar-benar bertekad untuk membunuh Anda, Yang Mulia."
"Hentikan omong kosong tentang Yang Mulia itu!" sergah Queenza. "Silakan panggil Kingsley begitu tapi tidak perlu memberikan perlakuan yang sama padaku. Aku hanya gadis SMA yang mendadak terjebak di dunia dongeng hanya karena orang tuaku memberiku nama aneh!" Queenza terengah-engah. Setelah semua kecemasan yang dialaminya seharian ini, mendengar orang lain bersikap formal dan memanggilnya dengan sebutan konyol itu adalah hal terakhir yang ingin Queenza dengar. Tapi akhirnya Queenza menyesal melihat Missy semakin menunduk takut. "Maaf. Aku terlalu cemas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...