Selasa (17.33), 16 April 2019
-----------------------------
Lelaki itu tertawa keras, menunjukkan perasaan penuh kemenangan. Lalu dia berdiri dari singgasana yang didudukinya, berjalan menghampiri Allura, wanita dengan tanda bintang khas penyihir di keningnya.
"Kau benar-benar sudah memastikan Queenza mati, kan?"
Allura tersenyum senang seraya mengangguk penuh rasa hormat. Wajah yang semula mirip dengan salah satu pengikutnya, kini kembali seperti semula. "Tentu saja, Yang Mulia. Aku sendiri yang menancapkan belati di dada Queenza."
Kembali lelaki itu tertawa keras. "Akhirnya, ramalan si penyihir brengsek itu berhasil dipatahkan. Kini tidak ada lagi Kingsley yang katanya bisa membunuhku." Lalu dia mengeraskan suara agar para malaikat yang menjadi budaknya mendengar. "Dengar, kalian semua! Kingsley sudah binasa. Jadi tidak perlu repot-repot lagi berharap ada orang yang bisa membebaskan kalian dari kuasaku. Selamanya aku akan menjadi penguasa kerajaan langit. Dengan kata lain, dunia ini ada dalam genggamanku."
"Senang mendengarnya, Yang Mulia." Allura berkata lembut. "Dan hamba akan terus mendampingi Anda dengan setia."
Lelaki yang dipanggil Yang Mulia berjalan mendekati Allura. Begitu mereka sangat dekat, lelaki itu menyentuh dagu Allura lalu mengangkatnya, membuat tatapan mereka beradu.
"Ya, kau memang yang paling setia di sampingku," bisik lelaki itu dengan suara serak, membuat wajah Allura bersemu merah.
Perlahan wajah mereka mendekat. Lelaki itu semakin menunduk dan tampak jelas ini akan berakhir ke mana. Tapi sebelum bibir mereka bersentuhan, mendadak keduanya dikejutkan dengan langit yang berubah sehitam malam.
"Apa itu?" tanya si lelaki bingung sambil mengalihkan perhatian pada jendela di ruangan yang luas itu. Lalu tanpa menunggu tanggapan, dia melesat menaiki undakan ke lantai dua menuju balkon.
JDAAARRR!!
Si lelaki memperhatikan langit gelap yang diiringi kilat merah dengan bingung. Kilat itu membuat langit tampak akan terbelah lalu memuntahkan lava panas.
Si penyihir yang juga sudah berada di sisi lelaki itu tak kalah bingungnya. Dia terus menatap langit tak mengerti dan buru-buru mengenyahkan firasat buruk yang menjalari pikirannya.
"Terakhir kali aku melihat langit seperti ini adalah saat tubuh Kingsley utuh kembali," perlahan lelaki itu menoleh menatap Allura dengan sikap mengancam. "Bisa kau jelaskan maksud kejadian ini? Apakah sebuah pertanda?"
Allura hanya menatap sebentar mata lelaki itu yang menyorot marah lalu buru-buru menunduk kembali. "Hamba—hamba tidak mengerti hal ini, Yang Mulia. Mungkin ini hanya kebetulan. Atau pertanda karena Kingsley sudah tewas."
Lelaki itu belum mengendurkan sikap mengancamnya. "Apa ada kemungkinan sihir pengikat yang kau tanamkan pada tubuh mereka tidak bekerja?"
"Itu tidak mungkin, Yang Mulia. Sihir ini tidak bisa dipatahkan, kecuali—"
"Kecuali...," nada suara lelaki itu terdengar menggeram marah.
"Kecuali hamba mati atau Queenza meminum darah Kingsley dalam jumlah banyak. Tapi itu tidak mungkin mengingat darah Kingsley sangat beracun. Anda saja tidak kebal terhadap racun darah Kingsley."
Pernyataan Allura mengingatkan si lelaki bahwa dia sendiri pernah dengan sengaja mencoba darah Kingsley hanya untuk menguji apa tubuhnya kebal atau tidak. Tapi ternyata tidak. Beruntung ada Allura yang memiliki penawar segala racun.
Lelaki itu kembali menghadap langit hitam pekat yang tampak terang gelap akibat kilat merah. Jemarinya mengepal kuat lalu dia berkata dengan bibir terkatup rapat. "Jika Kingsley benar-benar masih hidup, aku akan menganggapmu sampah tidak berguna. Kau tidak akan lagi berada di bawah perlindunganku. Kau bukan lagi pengikut setiaku."
"Yang Mulia...."
Allura berlutut di hadapan lelaki itu memohon ampun. Jika lelaki itu membuangnya, maka dia tidak punya pelindung lagi. Hidupnya akan terombang-ambing bagai sebatang papan kayu di tengah lautan.
"Jika kau tidak ingin hal itu terjadi, maka berharaplah Kingsley benar-benar telah mati. Atau kau bisa turun kembali ke tanah Immorland dan memastikan apakah monster itu sudah mati atau belum."
Buru-buru Allura berdiri lalu mengangguk hormat. "Baik, Yang Mulia. Hamba akan melihat jasadnya sendiri."
Usai mengatakan itu, Allura mundur selangkah dan hendak berbalik. Tapi mendadak tubuhnya berubah kaku lalu dia jatuh berlutut dengan raut datar bak terhipnotis.
"Allura?" tanya lelaki itu bingung melihat perubahan sikap Allura. Lalu refleks dia mundur tiga langkah menjauhi Allura saat mata dan tanda bintang di kening wanita itu bersinar merah, seiring langit gelap yang berubah merah bagai darah. "Apa yang terjadi?" tanyanya bingung, lebih pada diri sendiri.
"Sepertinya Raja Kegelapan telah bangkit, Yang Mulia."
Lelaki itu menoleh tiba-tiba ke arah ambang pintu. Tampak Kestrel baru saja masuk sambil membawa nampah penuh makanan yang sebelumnya diminta lelaki yang dipanggil Yang Mulia itu.
"Apa maksudmu?" tanya lelaki itu sambil melirik Allura yang sama sekali tidak bergerak.
Kestrel meletakkan nampan di atas meja lalu berbalik menghadap lelaki itu. Kepalanya masih menunduk memperlihatkan sikap hormat.
"Anda pasti pernah mendengar bahwa ribuan tahun yang lalu makhluk-makhluk Immorland terbagi menjadi dua golongan. Golongan putih yang dipimpin Malaikat Agung. Dan golongan hitam yang dipimpin Raja Kegelapan." Kestrel menoleh menatap si penyihir. "Naga, penyihir, iblis, serta kaum pengisap darah dan pemakan daging termasuk golongan hitam."
"Omong kosong!" sergah lelaki itu. "Mereka dikabarkan sudah tewas dalam perang besar."
"Lebih tepatnya Raja Kegelapan yang tewas sementara Malaikat Agung masih sempat memimpin dalam keadaan terluka parah dan memastikan tidak ada lagi golongan hitam dan putih. Tapi kemudian dia juga tewas."
"Nah, kau tahu betul ceritanya. Kenapa masih bicara omong kosong bahwa Raja Kegelapan telah bangkit? Lagipula tidak ada lagi yang tersisa dari mereka berdua karena memang Malaikat Agung meminta para pengikutnya membakar jasad dirinya sendiri dan rivalnya agar tidak ada yang bisa membangkitkan."
Kestrel tersenyum kecil, sama sekali tak takut lelaki itu marah yang akan berakhir menjadi hukuman baginya. "Tapi kita sama-sama tahu bahwa ada darah Raja Kegelapan yang tersimpan dan hebatnya tidak pernah mengental atau kering meski sudah ribuan tahun berlalu." Kestrel diam sejenak, menyadari lelaki itu memahami maksudnya dengan jelas. "Dan darah itu adalah salah satu darah yang digunakan dalam percobaan menjadikan bayi Kingsley makhluk terkuat sepanjang sejarah."
Mendengar penjelasan Kestrel, jemari lelaki itumengepal kuat dengan tatapan geram mengarah pada Allura yang masih dikuasaikekuatan kegelapan.
----------------------------
~~>> Aya Emily <<~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...