Kamis (18.32), 09 Mei 2019
--------------------------
Tristan yang datang ke rumah Queenza bersama Emily tertahan di luar pagar tempat lapisan pelindung berada. Keduanya saling pandang dan mulai ragu hendak terus masuk atau memilih mundur. Sepertinya Kingsley masih diselimuti kekuatan kegelapannya dan membuat semua orang tidak bisa memasuki kediamannya.
Saat mereka masih menimbang-nimbang, pintu depan terbuka menampakkan Queenza dengan mata hijaunya yang keluar menghampiri mereka.
Emily sudah mendengar tentang jiwa Queen dan Queenza yang kembali menyatu. Tapi melihat mata hijau itu, tubuhnya refleks bersikap waspada. Tangannya bergerak ke balik punggung, menyentuh belati yang terselip di pinggang celana jinsnya.
Hal itu tak luput dari perhatian Tristan. Tangannya bergerak menyentuh punggung Emily lalu membelai lembut untuk menenangkan gadisnya.
Queenza tersenyum menyadari sikap tegang Emily. Dia langsung berjalan menembus lapisan pelindung lalu memeluk Emily erat. "Hai, aku merindukanmu."
Perlahan tubuh Emily berubah rileks lalu dia membalas pelukan Queenza sama eratnya. "Aku juga." Beberapa saat setelah pelukan mereka lepas, Emily bertanya menggoda, "Jadi kau tidak berambisi untuk membunuhku lagi?"
"Masih, kalau kau berani mendekati suamiku." Kali ini ucapan Queenza terdengar tajam dengan mata berkilat hijau.
"Bagus sekali. Karena aku juga akan melakukan hal yang sama, termasuk kalau kau berani melukai suamiku." Tatapan Emily juga berubah sama tajam dengan kilat menyeramkan, tanda dia siap mencabik siapapun jika mendekati atau melukai Tristan seperti ucapannya.
Melihat itu Tristan buru-buru menengahi. "Itu artinya kalian sama-sama sudah mencapai kesepakatan untuk tidak melukai pasangan masing-masing," tandas Tristan.
Emily dan Queenza masih saling pandang lalu keduanya mengangguk dengan senyum merekah.
"Ayo masuk. Kebetulan aku hendak memasak makan siang." Lalu Queenza berbalik seraya mengulurkan kedua tangan ke samping tubuh, meminta Emily dan Tristan masing-masing memegang tangannya. Kemudian dia berjalan menembus lapisan pelindung bersama mereka.
"Kenapa kami tertahan lagi di luar lapisan pelindung? Bukankah kami sudah diundang masuk?" tanya Emily begitu mereka mencapai halaman rumah dan Queenza sudah melepas pegangan tangannya.
"Karena aku memperbarui kekuatan lapisan pelindung ini agar tidak bisa ditembus Kingsley. Akibatnya semua yang sudah pernah diundang masuk akan tertahan lagi," jawab Queenza tanpa menghentikan langkah.
"Ah, sekarang rumah ini jadi penjara untuk Kaisar tengil itu?" tanya Emily tanpa rasa bersalah menjuluki kaisarnya sendiri.
Queenza tersenyum tipis. "Hati-hati bicara seperti itu padanya sekarang. Dia sedang tidak bisa diajak bercanda. Jangan sampai kau membuat kesalahan sepele yang membuatnya memiliki alasan membunuhmu."
Emily meringis mendengar itu dan sengera mengunci rapat bibirnya.
Tiba di ruang tengah, Tristan bertanya, "Apa dia di kamar?" Itu pertanyaan yang tidak perlu mengingat bahwa Tristan merasakan dengan jelas aura pekat Kingsley dari dalam kamar yang biasa digunakan sang kaisar.
"Iya."
"Aku akan menemuinya."
"Jangan sampai mengganggu," peringat Queenza. "Dia sedang menuntaskan rasa haus darahnya."
Tristan terbelalak. "Kau membiarkan Kingsley membunuh di dalam rumah?"
Queenza angkat bahu. "Itu satu-satunya cara agar dia tidak membunuh banyak orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...