Kamis (22.52), 20 Juni 2019
Sinyal di sini agak buruk. Bagi yang merasa part sebelumnya kosong, coba refresh dulu.
Buang cerita ini dari library, cari di wall profilku, klik "baca/read". Jangan tanda "+", lalu cek part yang kosong. Jika sudah, masukkan kembali ke dalam library.
Selamat membaca!
-----------------------------
Queenza bergegas menuju gerbang istana Ackerley diikuti Emily. Batas pertahanan mereka seharusnya di gerbang Kerajaan. Dan ini lebih cepat dari perkiraan mereka mengenai tibanya pasukan musuh.
Ternyata penduduk lama kerajaan yang sebelumnya mengaku menyerah dan siap sumpah setia pada Kaisar Kingsley malah berbalik menyerang. Sepertinya mereka memang sengaja pura-pura menyerah agar memiliki kesempatan untuk menyerang dari dalam. Beruntung seluruh penghuni istana sudah diganti dengan orang-orang yang memang menyerahkan kesetiaan pada Kingsley dan Queenza sejak sebelum mereka berhasil menguasai Kerajaan Ackerley. Jika tidak, istana juga pasti dalam kondisi kacau sekarang.
Tiba di gerbang istana, Queenza bergabung bersama Awel dan para panglima. Sementara Emily berdiri rapat di sampingnya dengan satu tangan menggenggam pedang.
"Yang Mulia Ratu," Awel menyapa. Raut wajahnya tampak tegang. "Seharusnya Anda tidak di sini. Biar kami yang menghadapi mereka."
Queenza tidak menoleh menatap Awel. Pandangannya mengarah lurus ke depan, mengira-ngira seberapa banyak lawan mereka dari aura pekat di sana. Sepertinya sangat banyak. Dan terus bertambah. Mereka juga bukan kumpulan makhluk sembarangan. Untuk pertama kalinya berbagai makhluk Immorland bersatu demi mencapai tujuan yang sama. Dan lagi-lagi hanya Kingsley yang bisa membuat mereka terpaksa bekerja sama.
"Yang Mulia...."
"Kalau kau pikir aku akan duduk tenang sambil menonton peperangan yang terjadi, kau sama sekali tidak mengenalku, Awel. Aku juga memiliki kekuatan Kingsley. Di antara kalian semua, akulah yang paling kuat. Dan sebagai ratu Kerajaan Ackerley, aku harus membuktikan bahwa diriku pantas."
"Yang Mulia, Anda tahu ini bukan tentang kekuatan."
"Ratu Queenza akan tetap di sini, Awel. Aku yang akan melindunginya." Emily membungkam protes Awel.
"Terima kasih," gumam Queenza.
"Aku mengerti apa yang kau rasakan. Suami kita sedang mempertaruhkan nyawa di luar sana. Kenapa kita tidak?"
Queenza tersenyum lalu mengangguk.
Setelahnya mereka semua terdiam dengan jantung berdegup kencang. Tapi bukan rasa takut, melainkan penuh semangat yang membuat adrenalin mereka terpacu.
Mereka sudah tahu lawan mereka bukan hanya makhluk biasa. Tapi juga kaum echidna. Ada kutukan yang menyertai kaum itu. Mereka tergolong kaum suci yang tidak boleh dibunuh. Tapi demi mempertahankan Kerajaan dan keyakinan mereka, mereka tidak akan mundur.
"Bagi pasukan menjadi dua bagian. Satu kelompok dipimpin lima panglima tetap di sini. Sisanya ikut denganku ke alun-alun Kerajaan. Jika kita semua berkumpul di sini, kita akan ditumpas sekaligus."
Rasanya Awel kembali ingin memprotes dan menyarankan Queenza tetap di istana. Tapi seolah mengerti apa yang Awel hendak katakan, Queenza lebih dulu melesat pergi diikuti Emily dan beberapa panglima lain serta pasukan mereka. Akhirnya mau tidak mau Awel menurut mengikuti.
Alun-alun kota kosong. Pasukan pengkhianat itu berkumpul di area gerbang utama kerajaan, menunggu pasukan yang lain. Lalu perlahan aura-aura kuat itu terasa mendekat, menandakan sudah banyak pasukan Kerajaan lain yang datang dan bergabung bersama mereka. Dan terasa jelas di bagian depan merupakan kaum echidna, yang seolah menjadi pemimpin seluruh pasukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...