Rabu (20.43), 28 Agustus 2019
Wah, akun ini udah mulai berdebu karena lama ditinggal ☻
Yah, aku memang agak berat lanjutin story ini hingga akhirnya dalam tahap "macet". Mungkin karena aku gak punya draft cerita. Mungkin karena ada story lain yang harus kutulis selain Kings. Mungkin karena aku pengen rombak total cerita ini. Mungkin juga karena ada banyak pembaca yang semua keinginannya pengen aku penuhi hingga akhirnya aku merasa terbebani sendiri.
Yah, bisa juga perpaduan semua itu.
Yang jelas aku masih belajar lagi dan lagi untuk jadi lebih baik.
Happy reading!
---------------------------
Queenza menahan senyum geli melihat Kingsley berjalan mendahuluinya dengan bibir merengut. Mereka baru saja pulang dari salon. Lelaki itu tampak amat menderita sekaligus merajuk seperti bocah.
"Kings, apa kau marah padaku? Bukan aku yang menyuruhmu potong rambut." Queenza berusaha mengejar Kingsley, berjalan di sampingnya.
Kingsley mengabaikan Queenza. Memilih bungkam. Bagaimana pun dirinya masih berduka. Rambut panjang tersayangnya harus...
Baiklah, memang bukan Queenza yang menyuruhnya potong rambut. Tapi jelas Queenza yang mendandani dan menakutinya. Yah, harusnya kenyataan itu membuat Kingsley menolak ajakan Queenza ke salon. Tapi, otaknya jadi berpikir macam-macam setelah melihat pantulan dirinya sendiri dalam cermin pagi ini.
Bagaimana kalau lambat laun dirinya benar-benar berubah menjadi monster mengerikan yang paling ditakutinya?
Tidak, tidak! Itu sungguh tidak boleh terjadi. Itu artinya—meski menyakitkan—keputusan ini memang sudah tepat. Kingsley memang harus merelakan rambut kesayangannya.
Sesekali Queenza melirik Kingsley yang masih berjalan dalam hening. Setelah beberapa saat, dia menatap sekelilingnya dengan bingung lalu berhenti melangkah seraya menarik lengan jaket Kingsley agar turut berhenti.
"Ada apa?" tanya Kingsley dengan nada kesal.
Queenza mengabaikan sikap bermusuhan Kingsley. "Kita mau ke mana?" tanyanya bingung.
"Menurutmu?" balas Kingsley ketus.
"Ish, kau ini!" Queenza melotot kesal. "Memangnya kau mau menyapa teman-teman mantan tengkorakmu di kuburan ini?"
Ya, bagaimana tidak bingung? Kingsley berjalan menuju area pemakaman. Gerbang pemakaman tinggal beberapa langkah lagi dari mereka.
Kingsley menghela napas seolah berat mengatakannya. Lalu dia menunduk menatap bungkusan tas kresek di tangannya berisi rambut panjangnya.
"Aku akan memakamkannya."
"Hah?" tanya Queenza dengan nada tak percaya. Tidak perlu bertanya lebih rinci. Pandangan Kingsley saja sudah menjelaskan dengan detail apa yang dimaksud Kingsley. "Kau mau memakamkannya? Kalau binatang peliharaan masih bisa kumengerti. Tapi itu rambut, Kings!"
"Setidaknya itu yang bisa kulakukan. Dia sudah menemaniku sangat lama."
Astaga! Apa ada orang yang lebih konyol dari Kings?
"Daripada dikubur dalam tanah, lebih baik jual saja. Hasilnya lumayan untuk beli paket internet."
"TIDAK!"
Tiba-tiba Kingsley berseru sambil mendekap tak kresek di dada. "Dia sudah tiada. Kenapa kau tidak berhenti mengganggunya? Biarkan dia istirahat dengan tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...