5. Sikap Yang Baik🍁

3.8K 367 9
                                    

"Dia sungguh memiliki sikap yang baik,"

.
..
.

★☆♣☆_______
_______________________

Jika semua orang berkata ia berlebihan, maka Ily mengakui itu. Ia sadar akan sifat kagumnya yang berlebihan, namun semakin ia mencoba melupakan kekagumannya pada Ali. Ali semakin membuatnya takjub, sikap Ali yang jauh dari perkiraan selalu membuat Ily luluh setiap kali memutuskan berhenti kagum.

Saat pesta di rumah Cemal, Ali menemani gadis itu semalan. Dan sekarang, laki-laki itu menemaninya di perpustakaan. Tumpukan buku di rak menjadi saksi bagaimana baiknya Ali membatu gadis itu mengumpulkan beberapa buku. Bahkan perjaga perpus sampai heran karena ulah Ali.

"Kenapa sih lo ramah dan begitu baik sama gue,? Padahal semua orang bilang lo itu," Ily menggantungkan ucapannya saat Ali melirik kearahnya. "Gye ngak bermaksud menjelek kan lo," Lanjut Ily dengan senyum kecilnya,

Ali melirik sekelilingnya, ia menyadari jika sedari tadi ia dan gadis itu menjadi pusat perhatian di perpustakaan. "Lalu menurut lo, gue begitu?"

Ily mengggeleng cepat, "Gue ngak bilang gitu, lo baik kok. Bahkan amat baik untuk ukuran seorang pengeran," Jawab Ily dengan senyumnya.

"Gue bukan pangeran," Tukas Ali malas, laki-laki itu mengalihkan pandangannya dan membuka lembaran buku di hadapannya.

"Ya maksud gue pangeran indaman semua wanita," Sahut Ily,

Ali melirik santai, menatap gadis di hadapannya. "Termasuk idaman lo," Kata Ali dengan nada tipis namun penuh penekanan.

Ily mencebik malas, "Ngak usah di tegasin juga kali," Ali hanya terkekeh dan kembali fokus pada buku di tangannya.

Melihat Ali mulai sibuk membuka lembaran kertas, Ily kembali menatap buku di hadapannya. Fokus Ily terlaihkan saat deringan kecil dari ponselnya,

Ily menarik ponsel yang ada di meja, "Guru Aline,?" Gumam Ily memandangi layar ponselnya. Gadis itu menerima panggilan yang masuk ke ponselnya. "Wa'alaikum sallam, ada apa ya bu,?" Balas Ily menyapa setelah seseorang memberi salam dari seberang telpon,

"Aline mau balik sendiri kerena ngak ada yang menjemputnya," Suara di seberang telpon terdengar tergesa-gesa dan di selangi tangisan anak. Ily mengenali suara tangisan itu, suara itu milik Aline.

"Aline belum di jemput,? Apa pak Jamal tidak menjemputnya," Ily menaikan nada bicaranya membuat beberapa orang di deretan kursi menatap kearahnya, Ily yang menyadari tatapan tegas semua orang hanya bisa menyengir kecil dengan perasaan tak enak hati.

"Belum, apa Anda bisa menjemputnya ? Aline sudah ngambek."

Ily menatap Ali yang juga memperhatikannya, "Ya sudah saya kesana, tolong jagakan Aline sampai saya datang,"

Setelah panggilan terputuskan, gadis itu memasukan ponselnya ke ransel, dan menutup beberapa buku yang tadi ia baca.

"Mau kemana,?" Tegur Ali saat gadis di hadapannya itu berdiri dari kursi.

Ily menarik beberapa buku catatannya, dan memasukan notebook miliknya ke ransel. Gadis itu tersenyum pelan. "Gue duluan, mau jemput Aline,"

"Gue anter," Ali ikut beranjak dari tempat duduknya, namun langkah laki-laki itu terhenti saat menyadari Ily tak bergerak dari posisinya. "Kenapa,?" Ali menatap gadis itu heran.

"Lo nawarin atau maksa,?" Ily balas menatap Ali dengan tawa kecil, ia tahu itu tawaran namun nada bicara Ali membuat kalimat itu terdengar seakan paksaan.

LYGA✔ (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora