7. Akan Ada Rindu💕

3.9K 353 9
                                    

"Mulanya emang cuma mikirin, tapi abis itu rindu pun datang,"

.
.

Mengejar sungguh bukan kepribadian seorang Lingga, namun biang kejar-kejaran para ladies adalah makanan sehari-hari seorang Pralingga. Meski pada dasarnya semua hanya angin lalu di hari-hari Ali, tak ada satu pun yang mampu membuat Ali tertarik. Terkecuali gadis yang baru itu, gadis yang datang di hari yang sama saat ia kembali ke kampus setelah beberapa bulan membuang kejenuhan. Natailya, gadis yang selalu mampu membuatnya tersenyum saat berhadapan maupun saat sedang menghayalkan bayangan dan tingkahnya.

"Lingga,"

Seruan Alan membuat Ali tergubris dari lamunan. Laki-laki yang duduk di sofa kecil itu menoleh sekilas, menatap laki-laki yang baru masuk ke dalam sebuah rumah kecil. Base camp yang selalu menjadi tempat berkumpul Ali dan teman-teman yang tegabung dalam Leadr Dream.

"Apa,?" Raut wajah Ali yang selalu dingin dan memang sedingin es balok yang baru di keluarkan dari prizer selalu membuat orang hilang raut senyum,

Alan menghantur langkahnya mendekati Ali, "Surat cinta," Ujarnya sambil menyodorkan surat yang ia maksudkan,

Ali melirik coklat yang sebagian batangnya di baluti kertas putih, yang ia terka itu surat dari para pengagum kampus. "Masih dari orang yang sama" Pikir Ali, laki-laki itu kembali membuang pandangan dari Alan.

"Pengirimnya bukan yang biasa loh Ga," Ucap Alan seakan paham dengan ekspresi malas Ali, masih kekehnya Alan menyodorkan coklat batang itu arah Ali.

"Emang gue peduli," Tandas Ali sambil beranjak dari sofa dudukannya, "Gue cabut," Lanjut Ali,

"Tapi yang lain mau kesini, mereka mau bahas tentang pembantaian untuk besok," Ujar Alan sambil mengikuti gerak Ali yang hendak berlalu,

Langkah Ali terhenti, ada kalimat yang bisa membuatnya kembali berputar badan kearah Alan. "Pembantaian,?" Ulang Ali lugas dengan mimik wajah heran, kata pembantaian sungguh terdengar kasar di telinga Ali.

Alan menyengir, "Kan gue cuma ikutan yang lain," Ucap Alan mengilah dari tatapan lurus Ali.

"Kita cuma kasih peringatan, jangan berlebihan," Tandas Ali dengan nada intruksi,

"Siap Pralingga," Jawab Alan berdiri tegap lurus sambil memberi hormat layaknya pada seorang kapten. "By the way, motor merah di depan joki lo,?"

Alis Alan di buatnya turun naik, seakan mengerti Ali hanya mengangguk dan bersuara santai. "Mau pinjem,?" Lanjut Ali,

Alan tersenyum, di balik sikap dingin. Ali sangat peka, baik tehadap situasi maupun kondisi para sahabatnya. Termasuk Alan yang sering meminjam mobil Ali untuk bepergian dengan pacarnya. "Boleh, kapan-kapan. Buat jemput my honey," Alan memainkan manik matanya pada Ali.

Ali menatap sahabatnya itu dengan gelengan kecil, tanpa permisi lagi Ali berlalu meninggalkan ruangan tengah. Dengan tegapnya Ali naik ke sebuah motor sport merah yang terpakir di depan rumah dan memakaikan helm hitam miliknya. Motor baru yang Ali dapatkan dari sang papa. Ia dapatkan motor itu saat pembuka studio foto baru miliknya dan ucapan selamat dari sang papa adalah motor sport merah yang baru hari ini Ali naiki.

Motor merah itu melaju meninggalkan rumah sederhana yang letaknya tak jauh dari kampus, hanya butuh sepuluh menit menuju parkiran kampus. Jalan pun memang tak pernah ramai, karena Ali sudah menstrategikan nya sedemikian rupa.

LYGA✔ (END)Where stories live. Discover now