26. Semua Kenyataan™👾

2.6K 324 23
                                    

"Aku bukanlah Ali tanpa kamu Ily."

°
°

_________,,

Semua perselihan, pertarungan tanpa batas dan semua luka yang tercipta hingga membekas. Semua ada alasan, dan ada pula sebabnya. Ily tak pernah berhenti mencari cara agar Ali bisa berdamai dengan Dren, sekalipun membahayakan dirinya dengan berurusan pada Bram.

Beberapa hari lalu Tiyo terluka karena membelanya, dan tak selang beberapa hari Dren menghajar Bram. Masalah semakin rumit saat Ali juga turun membela Bram hingga membalas perbuatan Dren, Ily baru mengetahui semuanya dari Tiyo.

"Udah ngak usah di pikirin, ini minum dulu." Tiyo meletakkan minuman botol di meja, tepat di depan gadis yang sejak tadi menemaninya di sebuah warung makan.

Ily menoleh lesu, "thanks."

"Jangan terlalu lo pikirin nanti yang ada lo sakit," Tiyo menatap Ily perihatin, gadis itu teelihat tak ada semangat hidup.

Ily mengangkat wajahnya, mwnatap Tiyo dengan tatapan lusuh. "Gue bingung Yo, makin kesini makin sulit buat kakak lo dan Ali berdamai." Ujar Ily mengeluh.

Tiyo tersenyum lirih. "Dari awal lo tahu gimana beratnya misi ini."

Ily melenguh, "sepertinya gue akan menyerah, bahkan satu bukti pun belum gue milikin." Ily menatap Tiyo putus asa.

"Sayang nya, padahal gue baru mau usulin ide buat lo." Timpal Tiyo.

Ily berjingkrak, menatap Tiyo lurus.   "Ide? Ide apaan?".

Tiyo tertawa geli, seketika saja Ily bisa sesemangat itu menggapinya. "Karena kita ngak punya bukti kenapa kita ngak bikin." Usul Tiyo mengenyah senyum jahil.

Ily mengernyit karena tak paham maksud Tiyo. "Bikin bukti?" Tiyo mengangguk, meski sadar jika gadis di depannya seolah masih mencerna usulannya.

"Kita bikin Bram ngaku atas semua perbuatannya, tapi ini sedikit berbahaya sih buat lo." Tiyo menatap Ily ragu, namun gadis di hadapannya jistru mengangguk cepat.

"Gue mau," sahut Ily semangat.

Tiyo mengangguk pelan. "Baik lah, kita ajak Bram ketemu dan pancing emosinya sampai ngaku."

"Ok," sambung Ily setuju.

Gadis itu tersenyum rekah memandang Tiyo, nyatanya ide Tiyo membuatnya kembali bersemangat.

"Tapi kita harus pikirkan ini matang-matang, jangan sampai kita yang terjebak dalam jebakan sendiri." Gumam Tiyo menatap Ily serius.

"Asyiiap bos, gue ikutin ide lo." Sahut Ily mengguyon, gadis itu memberi hormat dengan dua jari di atas alis.

Tiyo tertawa geli melihat sikap hormat Ily yang terlihat lucu nan menggemaskan. "Minum tuh," sugut Tiyo.

Ily mengangguk dan meneguk minuman yang tadi Tiyo berikan padanya. "Malam in kita jalani misi ini," gumam Ily swtelah meneguk meinumannya.

Tiyo terperangah menatap Ily. "Cepat amat, gue pikir ngak secepat ini." Sahutnya membuat Ily melirik malas padanya.

"Makin cepat makin baik kali, ya udah lah gue balik. Nanti abang gue nyari, nambah masalah lagi." Ujar Ily, gadis itu beranjak dari tempag duduknya.

Tiyo ikut beranjak dari kursi. "Mau gue anterin ngak?" tawar Tiyo.

Ily menggeleng kecil. "Gue bawa mobil, lagian gue ganti mobil lo ngak usah kwatir." Ily menatap Tiyo dengan senyum kecil.

LYGA✔ (END)Where stories live. Discover now