13. Pribadi Baru😲

3.3K 309 9
                                    

"Tapi aku ngak suka kamu jadi orang lain,! Aku suka kamu apa adanya, tanpa harus merubah kepribadian kamu,"

-------------

Ily me-riject panggilang yang masuk ke hand phone nya, sudah berkali-kali hand phone di nakas itu berdering namun selalu Ily tolak dengan raut kesal.

Karena merasa di acuhkan semalaman, Ily dengan segaja menolak setiap panggilan masuk dari Ali. Namun bukan Lingga jika berputus asa begitu saja, bahkan sudah tak terhitung lagi berapa kali gadis itu menolak panggilan Ali pagi ini.

Ily menarik hand phonenya yang ada di nakas dan menatap layap ponsel sejenak, mengaktifkan mode sailent.

"Siapa suruh semalam lo cuekin gue," Gerutu Ily membatin, gadis itu memasukkan hand phone nya kedalam ransel dan berlalu turun dari kamar.

Seseorang dengan santai menyapa Natailya yang menapak lesu di deretan anak tangga, meski menyadari wajah gadis itu cemberut  namun Natan tetap tersenyum sumeringah pada adik perempuannya itu.

"Pagi-pagi udah cemberut aja," Tegur Natan membuat Ily sedikit menatap lurus ke depan.

Ily tersenyum masam, menatap lesu kearah Natan yang menyapanya. "Pagi," Gumam Ily lesu,

Natan terkekeh geli, wajah cemberut Ily semakin membuat gadis itu menggemaskan. "Kenapa,? Berantem sama Lingga,?" Terka Natan dengan senyum usil,

"Ngak mau bahas soal Ali," Ketus Ily membuat Natan menatapnya sedikit heran,

Natan berdeham pelan, "Ya udah kalau ngak mau bahas soal Lingga," Seru Natan, mata hitamnya melirik sang adik. Laki-laki itu hendak berlalu membawa kopi di tangannya namun baru hendak melangkah Ily sudah menahannya.

"Eh, tunggu deh kak,!" Cegat Ily menahan lengan Natan membuat sang kakak kembali menatapnya. "Semalam kak dimana,? Liat Ali ngak,?" Ujar Ily dengan pertanyaan,

Natan tersenyum geli, "Katanya ngak mau peduli," Guyon Natan membuat sang adik mencebik malas,

Ily mendengus pelan, "Ih, jawab aja kenapa,?" Ketus Ily,

"Semalam,_" Gumam Natan, laki-aki itu seketika terdiam. Mata hitamnya menatap sang adik yang masih menatapnya lurus. Alis Ily tertaut naik saat menyadari sang kakak menatapnya ragu.

"Kenapa,? Kakak tau Ali di mana semalam,?" Ily mandangi natan penuh selidik,

Natan bersedekap, mencoba mengalihkan rasa kakunya. Natan tidak mungkin memberi tahu Ily jika semalam Ali berkelahi, akan jadi masalah besar jika Ily mengatahui hal itu.

"Semalam kakak sama Cemal, ngak liat Ali tuh. Mungkin dia ada urusan keluarga kali," Jawab Natan dengan asal, laki-laki itu menyeruput kopinya dengan mata tetap melirik Ily. Memastikan jika adiknya itu percaya dengan jawabannya.

Gadis itu nampak ikut berpikir sambil berguming yang hampir terdengar seperti bisikan. "Urusan keluarga ? Masa sih,?" Ily sekakan tak percaya dengan jawaban Natan, semalam Natan juga berada di luar. Masa ia tak bertemu Ali,? Dan lagi pula biasanya jika ada urusan keluarga Ali tidak menolak panggilannya. Ia justru memberi tahu jika ia sedang ada urusan keluarga. Otak Ily mancoba memikirkan hal positif namun nyatanya pikiran negatif justru semakin berputar-putar tak di otak kecilnya.

"Kenapa ngak tanya Ali aja langsung.?" Sambung Natan membuyarkan pikiran Ily yang berkecamuk,

Ily mencebik lesu. Bertanya dengan Ali ? Itu sungguh tidak mungkin, Ily sudah bertekad akan mendiami Ali hari ini. "Ya udah deh, aku berangkat dulu. Nanti jangan lupa jemput Aline soalnya aku mau di sopirin pak Jamal," Imbau Ily menatap Natan dengan tatapan tak mau di bantah, gadis itu kini mrmiliki tatapan tajam seperti Ali ketika sedang mengimbau seseorang.

LYGA✔ (END)Where stories live. Discover now