15. Kecurigaan Ali

3.2K 323 14
                                    

"Gue curiga ada mau hancurin hubungan gue sama Ily,"

*
*

Ali menenggelamkan wajahnya dalam bantalan sofa, ia baru saja pulang dari mall bersama sang kekasih dan adik kecil Ily.

"Tumben lo balik agak cepat,?"

Ali mendiami teguran itu, suara sedikit lembut namun terdengar melengkik saat menyebutkan huruf vocal, itu milik Kiena.

Kiena menatap sang kakak yang mengacuhkannya, gadis itu duduk di sofa yang lain. "Kalau capek, tidur di kamar gih," Suruh Kiena masih sopan,

"Bukan urusan lo," Tukas Ali di setai gerakan kecil, ia menggeserkan wajahnya.

Kiena mencebik, ia bisa membalas lebih ketus namun Kiena tak mau melakukan itu sekarang. Ia justru ingin mengajak Ali bercanda saat ini. "Ya ampun kak, ketus amat. Adik tiri lo ini ngak sejahat itu kali," Guyon Kiena,

Ali tak memberi wajah pada sang adik, namun itu tak membuat Kiena menyerah untuk mengajak sang kakak berbincang.

"Aku mau kuliah di kampus kak Lingga loh, jadi kita bisa bareng tiap hari nantinya," Lanjut Kiena semangat, ia baru saja mendapatkan kelulusan SMA. Dan sang papa sudah mendaftarkan dirinya di kampus milik keluarga Arsyief.

Ali mendeham kecil membuat Kiena menyadari betapa malasnya Ali meladeni pembicaraannya. Namun sikap keras kepalanya membuat gadis berusia 17 tahun itu enggan berhenti mengusik Ali. "Besok kiena mau lihat-lihat kampus, jadi kita perginya bareng ya," Seru Kiena lagi,

Ali menghela napas kasar, Kiena sama sekali tak mau membiarkannya terbaring tenang. Laki-laki itu menoleh malas, "Lo kan punya mobil," Sahut Ali ketus,

"Tapi Kiena kan belum tahu kampus itu kayak gimana, nanti kalau Kiena diculik gimana,?" Sugut Kiena dengan wajah memelas,

Ali berdecak, wajah memelas Kenya sama sekali tak mempu merayunya. "Orang bawel mana ada yang mau culik," Tandas Ali,

Bibir Kiena mengerucut masam, "Biar bawel tapi Kiena kan cantik," Balas Kiena tak ketus,

"What ever,!" Ali mencela ucapan Kiena, laki-laki itu beranjak dari sopa membawa jaket kulitnya.

Kiena terkikik kecil, kadang sikap acuh Ali justru terlihat lucu baginya. Ali yang tak pernah mau maladeni kebawelannya hanya pasrah atau cepat-cepat pergi darinya seakan menantang Kiena untuk semakin bersikap usil pada sang kakak.

Ali melangkah masuk kedalam kamar, dan menutup pelan pintu kamarnya. Jaket yang ia bawa di letakkan di meja belajar, dan mendekati tempat tidur. Ali melepas sepatu cat yang ia pakai, gerak Ali terhantur santai mencopoti satu persatu sepatunya.

Pikiran Ali kembali melintas tentang kejadian di mall, laki-laki yang berbicara dengan kekasihnya tak begitu asing, meski Ali hanya melihat sekilas dari punggungnya.

"Kenapa gue jadi takut," Pikir Ali, laki-laki itu seketika gelisah dan kegelidahan itu di sebabkan oleh Ily.

Ali mendekati meja belajarnya dan duduk di sana. Laki-laki itu merogoh hand phonen dari saku jaket, Ali menarik garis lock untuk membuka kuncian layar. Satu foto terpampang cantik di layar ponselnya membuat seuntai senyum di bibir Ali.

Alis Ali tertarik naik. Suatu kebetulan, pikir Ali. Saat ia sedang memikirnya, gadis itu justru menelponnya. Ali menggeser icon hijau untuk menjawab panggilan Ily.

"Udah kangen aja," Sambar Ali semangat, ia tersenyum kecil sembari mengetuk-ngetuk meja belajarnya dengan unjung pulpen.

Terdengar tawa kecil di seberang telpon membuat Ali semakin mengembang senyumnya. "Kamu udah di rumah,?"

LYGA✔ (END)Where stories live. Discover now