10. Emosi.😧

4K 325 9
                                    

",,,kamu pikir dengan kamu membela aku pakai kekerasan aku suka,? Heh,? Aku BENCI kekerasan.!"

.
.

Seuntai senyum menyapa datangnya pagi ini, ia sudah berkemas dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus sejak semua orang masih asik bergelut dengan selimut mereka.

Gadis itu berlalu turun dari kamarnya dengan ransel yang sudah menggelayut manis di punggungnya, nyanyian kecil keluar dari bibir ranum Ily bersama senyum riangnya.

"Pagi inces," Sapa Revan saat adiknya itu menuruni anak tangga, laki-laki itu tersenyum sumeringah kearah Ily.

"Eh, bang Revan." Ily tersenyum malu karena Revan memergokinya yang sedang riang, gadis itu menghabiskan anak tangga yang ia turuni dan berhadapan dengan Revan yang menikamati kopi manis di tangannya. "Abang ngak ngampus,?" Tanya Ily,

Revan menyengir kecil di iringi gelengan, "Abang lagi malas ke kampus," Jawab Revan dengan senyum kecilnya, gadis di hadapan Revin ikut tersenyum manis. "Itu susu kamu," Sugut Revan kearah susu yang di hidangkan di atas nakas, di samping tangga.

Ily memilih berlalu dari Revan dan mengambil susu miliknya. "Selalu malas, kapan selsainya,?" Ledek Ily cengengesan,

Revan tertawa kecil, "Abang nunggin kamu aja, nanti kita wisuda bareng," Guyon Revan membuat Ily ikut tertawa menatapnya.

"Mana boleh gitu,! Abang harus lulus duluan kali," Cibir Ily, gadis itu membawa susunya mendekati sofa.

"Kak Ily,"

Ily yang baru hendak duduk menatap Revan, "Itu suara Aline,? Dia ngak sekolah,?"

Revan ikut menatap Ily bingung. "Revin bilang mau anterin Aline ke sekolah, tapi kok belum berangkat,?" Gumam Revan bingung sendiri,

Ily meletakkan susunya di meja, "Ayo bang samperin mereka," Ajak Ily, gadis itu berlalu di susul Revan di belakangnya yang membawa gelas kopi miliknya.

Ily menghentikan langkah saat sudah di teras rumah, ia menatap Aline yang tertawa sambil melihat laki-laki di hadapannya. Laki-laki itu sedang mengikat tali sepatu Aline, dan ia adalah Ali.

"Satu lagi," Gumam Aline menyerahkan kaki kirinya pada Ali, Ali tersenyum kecil dan kembali mengikat tali sepatu bocah di hadapannya.

"Selsai," Gumam Ali menatap Ali dengan mata hitamnya, bocah itu tersenyum dan merengkuh Ali yang masih berjongkok di hadapannya.

"Aline mau dianterin sama kak Ali, ngak mau sama bang Revin," Ujar Aline menatap Ali dengan wajah memelasnya,

Revin berjengkit histeris, "Kok gitu,? Tadi lo mau gue anterin," Ucap Revin nada kesal,

Aline mencebik, balas menatap Revin dengan bibirnya manyunnya. "Bang Revin itu genit, masa naksir ibu guru Aline. Kan Aline malu," Ucap Aline dengan wajah malasnya,

Revan bedeham kecil, merengkuh Revin dengan tangan bebasnya. "Pantesan aja lo mau tiap pagi anterin Aline," Cibirnya, membuat Revin hanya bisa menyengir. Dengan wajah tanpa dosa, Revin mengambil alih kopi di tangan Revan dan meneguknya.

"Ya udah, kak Ali anterin." Ujar Ali santai, laki-laki itu langsung menggendong tubuh Aline.

Seketika seruan girang Aline memekak, "Yee, asik.!" Bocah itu berseru girang dan memeluk leher.

"Katanya mau jemput aku," Cebik Ily pelan, menatap sang kekasih dengan wajah malas.

Ali tersenyum samar, "Ya sekalian anterin kamu juga," Sahut Ali membuat gadis di hadapannya itu tersenyun rekah.

LYGA✔ (END)Where stories live. Discover now