23. Memohon.

2.6K 310 7
                                    

"Jangan pergi, jangan balas dendam atau apa pun karena hal kemarin. Dendam ngak menyelesaikan apa pun Li,"

*
*

Ily memijit pelipisnya, kepalanya masih terasa sedikit pusing. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada kepala king size, Ily memejamkan matanya sesaat membuatnya teringat kembali hal semalam. Ia memaksa agar Devan membawanya pulang dari rumah sakit, dan hampir semalaman Ali menemaninya.

Mengingat Ali, Ily baru menyadari jika laki-laki itu tak lagi di kamarnya. "Apa dia sudah pulang?" Ily memperhatikan sofa yang sejak semalam menjadi tempat duduk bagi Ali, sofa yang biasanya berada di pojokan segaja Ali geser ke samping tempat tidur Ily.

"Tokk,, tok,,

Ily menoleh pelan saat pintu kamarnya terdorong dari luar, wanita paru baya itu tersenyum rekah pada Ily. "Selamat pagi non." Sapa Narti.

Ily mengenyah senyum kecil, gadis itu tak menjawab sapaan Narti seperti biasanya. Ily belum lah sesemangat biasanya.

"Ini sarapan non, non mau sesuatu lagi?" Tanya bi Narti penuh perhatian, namun Ily hanya menjawab itu dengan gelengan kecil.

"Kak Ily,"

Ily kembali menoleh kearah pintu, Aline dengan sebuah robot di tangannya berjalan mendekati tempat tidur Ily.

"Aline ngak sekolah?" Tanya Ily, menatap Aline yang juga menatapnya lurus

Aline menggeleng, bocah itu naik ketempat tidur Ily dan ikut menyandarkan tubuhnya di sebelah Ily.

"Aline mandi gih! Minta mas Devan anterun sekolah." Suruh Ily dengan nada biacaranya yang masih lemas.

Aline memperhatikan wajah Ily, bocah itu tahu. Wajah Ily yang masih sedikit pucat, kakaknya tidak sedang sehat. "Mas Devan dan yang lain udah pergi, kata mas hari ini Aline temenin kakak di rumah aja." Jawab Aline.

Alis Ily menaut, dengan spontan mata Ily melirik jam di dinding kamarnya. "Mas Devan pergi? Bukah masih sangat pagi." Pikir Ily dalam hati. Masih jam 06:00 pagi, tak biasanya Devan pegi cepat ke kantor. Ily menatap Aline lurus, "yang lain juga pergi?" Tanyanya pada sang adik.

Aline mengangguk, "ya, kak Ali juga ikut." Jawab Aline dengan raut tak semangat.

Ily menatap bi Narti yang sibuk menyingsihkan gorden kamarnya. "Bibi tau kemana mereka pergi?"

"Ngak non, den Devan hanya pesankan untuk mengawasi non." Jawab bi Narti sekenanya, setelah sesaat mempergatikan Ily wanita paru baya itu melanjutkan menyingkap satu persatu gorden kamar Ily.

Ily terdiam untuk beberapa saat, hingga kecemasan membuatnya berpikir yang bukan. "Atau jangan-jangan_?" Gumam Ily menerka, gadis itu langsung mengingsih selimutnya dan turun dari king size.

"Kakak mau kemana? Jangan pergi!" Cegat Aline, bocah itu pun langsung ikut turun dari tempat tidur Ily.

Ily menoleh dan menatap Aline yang jini menatapnya dengan matan yang berkaca-kaca. Ily mendekati Aline dan mendekapnya sesaat. "Kakak ada usrusan sayang, kamu sama bi Narti dulu ya." Bujuknya.

"Tapi non, non harus istirahat." Timpal bi Narti.

Ily balas menatap bi Narti dengan tatapan kawatir. "Aku takut bi, jangan-jangan mas pergi untuk membalas orang-orang kemarin. Ily titip Aline."

"Kak Ily, jangan tinggalin Aline." Aline memeluk tubuh Ily, membuat Ily yang hendak pergi kembali menatapnya.

"Maafin kakak, kaka harus pergi." Ily mengecup kening Aline dan melepaskan tangan Aline yang masih memeluknya.

LYGA✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang