25. Takut Jujur🍩

2.3K 316 11
                                    

"Aku rasa ini bukan waktu yang tepat, aku juga ngak punya bukti."

*
🌸
*

Ali melangkah masuk ke dalam rumah bersama Natan, Revin dan yang lain. Laki-laki itu sempat takut setengah mati saat tahu Ily tak ada di kelas, bahkan kata Elsa Ily bolos mata kuliah.

"Dek," panggil Natan, suara laki-laki itu memekak keseluruh sudut ruangan.

Bi Narti yang tahu kedatangan Natan langsung menghampiri mereka. "Aden, udah pulang." Sapa bi Narti.

"Ily-nya ada di rumah bi?" Balas Ali bertanya.

Bi Narti mengangguk dengan tatapan heran, tak biasanya laki-laki itu memasang wajah panik. "Ada den," jawab bi Narti.

"Ily udah di rumah tapi mobilnya ngak ada di depan." Ucap Revin heran.

"Bibi kurang tahu juga kalau itu, tadi non Ily di anter sama orang." Jawab bi Narti.

Kening Ali berkedut, "Bibi kenal orangnya siapa?" Tanya Ali.

Bi Narti menggeleng pelan. "Ngak den," jawab bi Narti. "Ya udah den, saya belakang lagi." Perempuan paru baya itu kembali berlalu menuju dapur.

"Apa itu Tiyo?" Gumam Ali membatin.

"Siapa bi?" Tanya Ily, gadis itu menuruni anak tangga dengan cepat. Ily terkesiap saat mendapati sang kakak dan beberapa laki-laki yang lain menatapnya intens. "Kak Natan, kalian udah pulang?" Ujar Ily menyapa dengan sikap canggung.

Ali menghampiri Ily, menatap gadisnya dengan tatapan hawatir. "Kamu ngak apa-apa?".

Ily sedikit bingung dengan sikap Ali yang panik, gadis itu mengangguk kikuk. "Aku baik-baik aja," jawab Ily memelan, gadis itu berdecak pelan saat mengerti mengapa Ali dan semua orang terlihat begitu panik. "Oh aku tahu, kaget ya karena aku ngak ada di kelas? Tadi aku itu ngak enak badan makanya aku balik dulu." Jelas Ily, gadis itu menatap Ali dan yang lain dengan wajah memelas. "Maafin aku ya udah bikin kawatir." Ily menatap semua orang dengan perasaan bersalah.

Ali mengangguk kecil, "yang penting kamu baik-baik aja sekarang." Jawab Ali mengusap wajah Ily lembut, membuat gadis itu balas tersenyum manis.

"Mobil kamu kemana dek? Ngak ada tuh di depan." Sambung Natan, menatap sang adik heran.

Kening Ily berkedut, "mobil?" gumam Ily, balas menatap Natan bingung. "Astaga mobil gue masih dekat rumah Tiyo." Ily mendumel dalam hati, saat teringat jika dengan teledornya ia meninggalkan mobil miliknya di dekat rumah Tiyo. "Itu, mobil gue, mogok, ya jadinya gue tinggalin deh di bengkel. Tadi aja di anterin sama orang." Kilah Ily gelagapan, gadis itu tersenyum kikuk.

Ily bukan lah seseorang yang ahli dalam berbohong, sikapnya yang canggung membuat dirinya terlihat menyembunyikan sesuatu.

"Sama siapa,?" Lanjut Natan, menatap Ily dengan selidik.

Ily menyengir kecil. "Ya tukang bengkel lah." Celtuk Ily, namun Ily langsung mendengus saat melihat Natan yang mengangguk percaya. "Ya teman aku lah kak." Larat Ily. Gadis itu menatap teman-teman Ali yang juga terlihat panik. "Maaf ya, lagi-lagi aku bikin kalian semua panik."

"Santai," sahut Cemal dengan seulas senyum.

Natan menghela napas, setidaknya Ily baik-baik saja meskipun ia bersikap sedikit aneh. "Ya sudah lah, kamu suruh bibi bikinin minum sama sekalian siapain makanan juga gih. Kasian mereka kelapan karena nyarian kamu," Natan melirik teman-temannya, sebagian dari mereka mengacungkan jempol ada juga yang menjentik jari, setuju dengan ucapan Natan.

LYGA✔ (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum