17. Teror👻

2.8K 306 20
                                    

"Benar kata Devan, mungkin ini teror. Dan kita ngak mau ambil resiko Ily kenapa-napa,"

🍂
🍂

Ali merebahkan tubuhnya ke sofa, menghela napas untuk mencari ketenangan hatinya. Namun belum juga helaan itu habis, pekikan nyaring membuat Ali meringis kesal.

"Gue rasa rumah ini udah berubah hutan," Gumam Ali geram, laki-laki itu beranjak duduk dan menyandarkan punggungnya pada sasaran sofa.

"Kak Lingga," Suara nyaring itu mengiringi langkah Kiena yang mendekati Ali,

Suara Kiena membuat sang Mama ikut berlari cepat ke ruang tengah, "Kenapa Kiena,?" Balas Elena berseru,

"Nih ma,!" Kiena menunjuk Ali dengan raut kesal, "Masa Kiena di tinggalin, bilangnya cuma anterin pacarnya ke kelas tapi taunya ngak muncul lagi. Kiena kan jadi sesat di kampus, untuk ada kak Juna," Oceh Kiena,

Ali menatap Kiena lurus, "Terus,?"

"Terus kenapa kakak ngak cari Kiena sebelum pulang," Omel Kiena setengah teriak, gadis itu tambah kesal melihat raut wajah Ali yang seakan tiada salah dan dosa.

"Kiena jangan teriak-teriak,!" Tegur sang mama.

Kiena semakin mencebik karena tak ada yang membelanya, padahal jelas-jelas Ali yang salah menurutnya. "Sebel tau ma,!" Dumelnya,

"Sorry, gue ngak sengaja," Sahut Ali seadanya,

Kiena mendelik kesal. "Ngak sengaja,?" Jengahnya,

Elena berdecak, sikap Kiena seperti seekor singa yang siap menerkam kelinci. Ia tak sadar, siapa yang ia umpamakan sebagai kelinci itu. (Singa tidur😆). "Udah Kiena,! Sekarang kamu mandi, habis itu makan. Laper kan,?" Elena menatap Kiena lurus, ucapannya yang sedikit tegas membuat nada Kiena sedikit melusut turun.

"Ia laper, tapi_,"

"Udah,! Sana mandi," Titah Elena,

Kiena mencebik malas, "Ia," Jawab Kiena seadanya, gadis itu berlalu meninggalkan sang mama dan sang kakak yang masih berwajah tanpa dosa padanya.

Ali menghembus napasnya pelan, "Tadi Ily pingsan, jadi aku bawa dia pulang." Ujar Ali dengan nada sendu,

Elena menyadari jika Ali bicara padanya, meski ia tak tahu pangkal pembicaraan Ali. Elena merekah senyum karena Ali mau bersuara padanya. "Ily itu pacar kamu,?" Tanya Elena lembut.

Ali mengangguk kecil membuat sang mama kembali mengenyah senyum,"Ya sudah, nanti mama jelasin sama Kiena. Sekarang kamu bersih badan, habis itu makan. Mama udah siapin makanan di meja,"

Ali kembali mengangguk dan berlalu dari hadapan Elena, wanita muda itu terus memandangi punggung Ali hingga laki-laki itu benar-benar masuk ke dalam kamarnya.

Rungan kamar bernuansa polos dan suasana hening seakan membawa Ali yang duduk di tempat tidur teringat akan risuanya, sekian lama Ali tak merasakan takut. Kali ini ia benar-benar di rundung rasa takut yang berlebihan.

Semua hanya tentang Ily, tentang keamanan gadisnya. Ali tak menyangka jika suatu hubungan harus mengalami banyak hal seperti ini.

"Bagaimana pun, gue harus kasih tahu Devan dan yang lain akan hal ini. Setidaknya mereka juga harus waspada di rumah," Gumam Ali membatin, Ali membulatkan tekadnya untuk memberitahu saudara Ily yang lain.

"Tok,, tok,, tok,,"

Suara ketuka pintu membuat lamunan Ali buyar, laki-laki itu menoleh kearah pintu dan beranjak dari tempat duduknya.

LYGA✔ (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora