Momen di mana hati lebih dominan ketimbang logika.

2.8K 489 20
                                    

"Ini semua berawal saat kami masih genin. Entah alasan apa, entah tepat sejak kapan tapi secara tiba-tiba ayahmu memendam rasa pada ibumu."

.

.

.

"Naruto..."

Semua yang ada di sana terdiam mendengar suara Sasuke yang baru saja lolos dari bibirnya. Kening mereka mengerut, Sakura bahkan membulatkan mata melihat aksi Sasuke menghentikan Naruto.

Menyadari semua pasang mata menatapnya membuat Sasuke memalingkan wajah. Apa yang baru saja ia lakukan? Ya ampun bikin malu saja, bisa-bisanya ia merasa sedikit kesal saat tau calon istrinya merona karena sahabatnya sendiri. Apa pula tingkahnya yang menghentikan Naruto begitu. Sialan kau mulut.

Sasuke lalu mendeham pelan, mengalihakan pandangan ke mana saja. "Kau bilang ingin sparing hari ini."

Wajah Naruto terlihat berpikir, ia kemudian mengaruk rambut pirangnya bingung. Dalam hati ia bergumam 'memangnya aku minta sparing ya?' Namun karena mendengar Sasuke yang meminta sparing adalah kejadian langka maka ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Baiklah dattebayo. Mari kita sparing."

Dengan perasaan yang campur aduk Sasuke menjauh dari Hinata. Dari ujung mata ia melihat wajah sang gadis. Ada keinginan di mana Hinata memasang raut wajah sedih atau tak rela ia menjauh. Untuk sesaat ia terlena karena saat ini Hinata memang tengah memasang wajah yang Sasuke bayangkan. Sampai ia tersadar, Hinata tidak bersedih karena dirinya yang menjauh, melainkan gadis itu tak rela jika Naruto yang perhatian menghilang dari pandangannya.

Siklus yang sama terus berulang sampai pada titik Sasuke melupakan perasaannya pada Hinata yang tiba-tiba muncul. Kegalauan dan kegundahan seketika sirna saat ia dengan mudah dikalahkan Itachi.

Kala itu Sasuke bagai ditampar. Ia kira akan menang melawan Itachi saat datang ke desa untuk mencari Naruto. Nyatanya ia malah kalah telak.

Di saat yang sama ia seperti diingatkan kembali akan tujuan dirinya yang sebenarnya dan untuk apa ia mati-matian berlatih. Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri yang sibuk memikirkan seorang gadis yang katanya kelak akan menjadi istrinya. Namun kenyataan gadis itu menyukai orang lain bukan dia.

Sasuke merasa dirinya bodoh dan menyedihkan. Ia tak mau menyia-nyiakan waktu hanya untuk kisah picisan macam cinta. Ia harus fokus dengan tujuan, yaitu membunuh Itachi.

Perlahan tapi pasti menutup kenangan tentang Raiden dan juga Hinata.

Malam itu saat memutuskan untuk mencari kekuatan pada Orochimaru hanya satu hal yang ada di benak Sasuke. Bagaimana cara agar ia menjadi semakin kuat, bagaimana cara agar ia bisa membalas dendam pada Itachi.

Naruto semakin kuat dan ia merasa tertinggal. Oleh karena itu ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Akan dia lakukan apapun untuk mencapai tujuannya.

Tangis Sakura pun tak berhasil meluluhkan Sasuke saat gadis itu meminta agar tetap di desa. Keputusan Sasuke sudah bulat. Menurutnya kalau ia tetap di Konoha ia tak akan semakin kuat, ia akan terus dibayang-bayangi Naruto. Oleh karena itu keputusan ini adalah yang terbaik untuknya.

Setelah merebahkan Sakura di bangku. Sasuke langsung melanjutkan langkah. Saat itu ia sudah yakin, ya ia sudah sangat yakin akan keputusannya. Namun entah mengapa ada yang mengganjal.

Sesuatu yang Sasuke tak tau apa.

Mendadak dada terasa sakit, perasaan kehilangan tiba-tiba muncul. Sasuke menoleh ke belakang. Melihat hening Desa Konoha. Angin malam pun membelai dingin bak meminta untuk dirinya agar tetap tinggal.

Raiden From The Future [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang