Pelangi setelah badai.

2.4K 385 141
                                    

Dari balik pagar tinggi kediaman Hyuuga terdengar suara hentakan tangan dan kaki beradu. Terlihat seorang remaja lelaki bermata amethyst tengah berlatih tanding dengan seorang pria berambut coklat panjang. Urat di sekitar mata mereka timbul, mengaktifkan dojutsu yang mereka punya.

Sebuah tendangan di udara dilancarkan remaja Uchiha bermata byakugan bernama Raiden. Namun sayang ditangkis oleh sang paman yang bernama Neji. Keseimbangan mulai hilang, segera Raiden melompat ke belakang.

Dengan posisi siaga ia tetap fokus melihat pergerakan Neji. Napas terengah-engah, peluh keringat muncul di kening anak tunggal pasangan Sasuke dan Hinata itu. "Sepertinya latihan hari ini cukup." Ucap pria yang memiliki rambut coklat berkilau itu.

Raiden menghembuskan napas lega, sejujurnya ia sudah lelah. Matanya juga terasa sangat pegal mengingat luka di mata belum sembuh benar. Raiden lalu berkacak pinggang sambil mengelap keringat di kening. Ia kemudian berjalan mengikuti Neji yang sudah duduk di beranda sambil meneguk air.

"Matamu sudah membaik?" Tanya Neji saat Raiden sudah duduk dan sedang meminum segelas air. "Di sekitar mata masih kecoktlatan. Kau harus rutin mengolesi salep yang paman berikan."

Raiden mengangguk di sela-sela meneguk air. "Aah..." Raiden mendesah sesaat kemudian mengelap sisa air di sekitar bibir. "Tenang saja paman, mama sangat bawel jadi aku tak pernah lupa untuk pengolesi pagi dan sebelum tidur." Ucapnya penuh semangat.

Melihat raut wajah senang keponakannya membuat Neji tersenyum. Teringat kejadian sebulan yang lalu saat Raiden terjebak dalam genjutsu akibat sharingan. Genjutsu itu terjadi karena konflik aktifitas di otak Raiden. Kala itu sang keponakan tengah mengalami kesedihan mendalam, ia merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada keluarganya. Ditambah dengan pernyataan Hiashi dan juga dirinya sehingga membuat saraf-saraf yang berhubungan dengan mata Raiden mengirimkan sinyal abnormal sampai akhirnya menjebak Raiden dalam sebuah genjutsu.

Saat itu Neji merasa bersalah, kalau saja ia berhasil menahan Raiden untuk mendengarkan apa yang sebenarnya mungkin tak akan jadi seperti saat itu. Walaupun begitu, setidaknya ada pembelajaran yang bisa didapat, Raiden jadi lebih menguasai sharingan dan byakugan serta lebih dewasa dalam menyikapi masalah.

"Paman senang kau masih mau menyambangi rumah ini." Raiden tersenyum memandang Neji, kemudian menunduk memandang bumi.

"Mau bagaimana pun aku tak bisa mengingkari kalau aku seorang Hyuuga paman. Semua orang pun sekali memandang akan menganggap aku seorang Hyuuga. Oleh karena itu aku juga tak ingin berlarut dalam dendam, toh paman sudah menjelaskan bahwa memang berkat aku yang datang dari masa depan mereka bisa bersatu. Tapi seiring berjalannya waktu mereka saling mencintai, dan akulah bukti cinta mereka."

Neji tersenyum tipis mendengar penuturan Raiden. Walaupun sebenarnya masih ada yang mengganjal, yaitu sikap Hiashi dengan keluarga kecil Hinata. Kakak sepupu Hinata itu menghela napas, ya kendati demikian Neji yakin lambat laun hati keras Hiashi akan luluh saat Hinata dan Sasuke datang membawa cucu baru. Neji harap begitu.

•••

"Hoy Boruto, dari mana kau?"

Raiden menyapa Boruto saat tengah berjalan sambil menenteng belanjaan dari arah pasar. Pemuda berambut pirang itu terlihat kesulitan membawa tas belanjaan di tangan kanan dan kirinya. Wajah pun terlihat suram seperti melakukan dengan terpaksa.

Raiden yang melihat teman baiknya mengerutkan kening. Setelah berlatih dengan Neji dari subuh sampai jam sepuluh, ia akhirnya berpamitan pulang. Di perjalanan ia pun melihat sosok yang ia kenal. Kebetulan sekarang hari libur mereka latihan, pun tak ada misi. Alhasil mereka menyibukkan dengan kegiatan masing-masing.

Raiden From The Future [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora