Apa kau kehilangan Sasuke?

2.5K 450 21
                                    

Setelah mengantar Sakura pulang ke rumahnya, Hinata melanjutkan perjalanan menuju tempat latihan team 8. Walaupun kakinya melangkah, pikirannya tak henti membayangkan apa reaksi Sakura kalau tau Hinata adalah istri masa depan Sasuke.

Apa Sakura akan marah? Lalu mungkin kah seluruh populasi wanita di Konoha juga akan memusuhinya?

Ketakutan, Hinata langsung menggelengkan kepala dengan tidak santai. Aih, membayangkannya saja sangat menyeramkan.

"Hinata!"

Gadis penyuka roti kayu manis itu terperanjat saat mendengar suara berat memanggil. Kepalanya menoleh dan mendapati ada Shino yang tengah berdiri di lapangan tempat biasa mereka latihan. Pemuda yang sangat menyukai serangga itu terlihat membetulkan kacamata lalu tangannya kembali tersimpan di saku.

Anak sulung Hiashi itu tersenyum, ia kemudian berlari kecil menghampiri sahabatnya. "Shino-kun, selamat pagi." Sapa Hinata riang.

"Pagi." Balas Shino.

Netra kecubung Hinata melirik ke kanan ke kiri. Kemana Kiba? Kok tidak ada?

"Kau mencari Kiba?" Hinata menghentikan pergerakannya. Ia lalu menatap Shino yang mungkin juga tengah menatap ke arahnya dari balik kacamata bulat berwarna hitam itu.

"Un, Kiba-kun kemana? Kok tumben belum sampai?" Tanya Hinata sambil mencari-cari. Di lain pihak, terlihat Shino menghela napas.

"Sebelum aku memberitahu keberadaan Kiba, kau tau apa yang sedang terjadi di desa?"

Hati Hinata mendadak mengernyit, jelas ia tau apa yang terjadi, bahkan detail cerita dan hal yang mereka tak tau Hinata mengetahuinya. Tapi ia harus bermain polos, tak boleh ada yang tau kalau Sasuke mengajaknya untuk kabur dari desa.

"Tadi pagi aku bertemu Sakura-san, aku dengar Sasuke-kun pergi dari desa."

Shino mengangguk, "yang kau dengar itu benar. Entah dia diculik oleh Orochimaru atau memang berniat kabur, yang jelas sekarang Sasuke sudah menjadi ninja pelarian."

Hinata menunduk sambil memainkan jari. Ia sedikit merasa bersalah karena gagal membuat Sasuke tinggal. Kalau saja semalam ia bisa membujuk Sasuke untuk tetap di Konoha, mungkin keadaan tak akan sekacau ini.

"Lalu apa hubungannya dengan Kiba-kun?"

Shino tak langsung menjawab pertanyaan Hinata. Ia berjalan ke arah pohon yang rindang, kemudian duduk di sana. Pun Hinata ikut mengekor Shino duduk di bawah pohon ditemani hembusan angin pagi yang sejuk.

Kembali calon ketua klan Aburame itu membetulkan kacamatanya. Ia terlihat menatap awan yang bergerak ke arah barat. "Seperti yang kau tau, team kita terkenal sebagai tim pelacak. Ada Kiba dengan penciuman yang tajam, kau dengan byakugan yang bisa melihat dari radius yang sangat jauh, serta aku yang bisa memanfaatkan serangga untuk mengintai. Terkadang kita mendapatkan misi di mana kelebihan kita sangat dibutuhkan, contohnya seperti sekarang... Desa membutuhkan Kiba untuk melaksanakan misi."

"Maksudmu... misi melacak keberadaan Sasuke?" Tanya Hinata sambil menatap Shino yang masih tenang melihat langit.

Shino mendeham pelan, kemudian menatap satu-satunya anggota perempuan di team 8. "Iya, Konoha masih peduli dengan Sasuke. Walaupun aku pribadi akan menghargai keputusannya."

Hinata terdiam menatap Shino. Menghargai keputusan Sasuke? "Maksud Shino-kun?"

"Ya kita tak pernah tau apa yang sebenarnya ada di pikiran anak itu. Kita tak pernah ada di posisinya. Kita tak kehilangan orang yang kita sayang karena dibunuh oleh kakakmu sendiri. Kita juga tak pernah tau apa perasaannya saat hidup sebatang kara 'kan? Jadi kalau dia memilih meninggalkan desa, aku hanya bisa menghargai. Namun aku juga mengerti kalau desa tetap mempertahankannya."

"Tapi...."

Hinata menutup bibirnya rapat-rapat, sebenarnya ia tak terima dengan penjelasan Shino, ia ingin menyergah tapi entah kenapa tertahan. Mulutnya mendadak kelu kembali teringat wajah bungsu Uchiha tadi malam.

Hatinya mendadak sakit, otaknya kembali memutar ingatan Raiden dan Sasuke. Bagaimana anak itu datang dan berkata bahwa ia dan Sasuke adalah orang tuanya. Bahkan bagaimana Raiden bercerita bahwa Sasuke tak menginginkan anak itu karena ia bermata Hyuuga.

Apakah Sasuke yang Hinata kenal benar-benar menjadi suaminya? Apakah kelak ia menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya? Apakah Sasuke dan Hinata akan bahagia? Apakah semesta akan merestui hubungan mereka?

Kepala Hinata rasanya mau pecah memikirkan ini semua. Bahkan bagaimana Raiden bisa menghilang juga sebuah misteri. Tiba-tiba anak lelaki yang mirip sekali dengan Sasuke itu berubah menjadi butiran kelap-kelip yang buyar begitu saja.

Mungkin ini hanya ilusi, mungkin Sasuke hanya terlalu terbawa perasaan hingga meyakini keberadaan Raiden dan takdir di masa depan bahwasanya mereka akan bersama.

Mungkin kebersamaan mereka hanya sebuah bayang-bayang masa depan.

Hinata menghela napas lelah, selain Neji tak ada yang tau mengenai hal ini. Semakin sedikit yang tau semakin ia gelisah, semakin ia takut untuk menyimpan rahasia terutama pada Shino. Sahabat sekaligus rekan satu team ini sangat mudah membaca Hinata bagai buku yang terbuka. Tak perlu berucap, tak perlu banyak bertindak, cukup kontak mata, Shino tau apa yang Hinata rasakan.

"Shino-kun..." panggil Hinata lirih. Terlihat pemuda yang memakai baju berkerah tinggi itu menoleh. "Shino-kun, apa kau percaya dengan penjelajah waktu?"

Dahi Shino mengerut, ia terlihat menatap Hinata bingung. "Penjelajah waktu?" Tanya dengan nada heran yang kentara.

"Iya, seperti kehadiran seseorang yang datang dari masa depan. Apa kau percaya itu?" Jelas Hinata.

Shino terlihat berpikir sejenak. Ia mengangkat sebelah tangan lalu dari balik lengan jaket,terbang beberapa serangga. "Mungkin saja, ada sebuah jutsu yang bisa membawa kita ke masa tertentu. Ada apa Hinata?"

Hinata berpikir sebentar, "Un, tidak apa-apa." Kalau dia datang dari masa depan ke masa ini bukannya akan mengubah masa depan itu sendiri?

Dari balik kacamatanya, Shino menelisik wajah Hinata yang seperti tengah berpikir. Sepertinya gadis berambut pendek di sebelahnya tengah tengah banyak pikiran.

"Ini mungkin terdengar aneh, tapi... apa kau kehilangan Sasuke?"

"Eh?" Hinata tersentak, matanya membulat menatap Shino. "E-tto..."

"Tenang Hinata, aku hanya bertanya." Balas Shino berusaha menenangkan saat melihat wajah Hinata yang memucat. Ia makin merasa ada yang tak beres dengan sahabatnya.

Sementara itu, Hinata langsung mengalihkan pandangannya. Entah kenapa ia merasa panik saat Shino bertanya seakan-akan tau kalau ada sesuatu yang aneh di hatinya saat Sasuke pergi. Apa mungkin malam itu ada serangga Shino yang mengintai?

Hinata melirik Shino dari ujung mata malu-malu? Masa iya Shino tau kalau Sasuke memeluknya bahkan sampai meminta untuk ikut dengannya?

Argh, Sasuke... Sasuke... mengapa kau malah pergi dan meninggalkan Hinata dengan hal yang membuatnya pusing?

.

.

.

.

.

Terdengar suara tawa Raiden di ruang Hokage. Pemuda dengan rambut raven itu memegang perut erat-erat setelah mendengar cerita dari Naruto.

Raiden tak habis pikir sang ibu sampai berpikiran seperti itu. Aduh, ini terdengar konyol sekali.

"Kau terlihat sangat bahagia-ttebayo."

Raiden menyeka sudut mata yang basah. "Bagaimana tidak lucu, mama ketakutan paman Shino memergoki saat mama dipeluk papa. Ini seperti sedang melakukan hal yang nista." Raiden kembali tertawa. "Aduh, aku tak bisa membayangkan wajah mama yang pendiam itu jadi panik."

Naruto menggaruk kepalanya yang tak gatal. Hah, jangan sampai anak ini malah menggoda orang tuanya. Habis lah Naruto dibantai Sasuke.

•••

Raiden From The Future [Completed]Where stories live. Discover now