Rai, sepertinya si bodoh ini akan menjadi ancaman untuk kehadiranmu ke dunia.

1.8K 351 25
                                    

Sluuurp~

Peluh mengucur dari kening pemuda berambut kuning. Bibir memerah dan sedikit menebal. Mata berkedip beberapa kali, menikmati santapan malam di ramen Ichiraku. Setelah semua kuah di mangkuk berpindah ke dalam mulut, Naruto menaruh mangkuk dengan tidak santai. Ia kemudian menyeka bibir yang basah dengan punggung tangannya. Ah, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Mengisi perut dengan ramen Ichiraku memang yang terbaik

Fans nomor satu kedai Ichiraku itu kemudian menoleh ke kanan. Di sana sedang duduk sang sahabat, siapa lagi kalau bukan Uchiha Sasuke. Sepulang dari belajar di kantor Hokage, Naruto bertemu Sasuke di jalan. Akhirnya karena sudah waktu makan malam, ia mengajak Sasuke untuk makan di sana.

Yang membuat Naruto sedikit bingung adalah respons Sasuke. Penyuka nasi kepal itu tak menolak, biasanya 'kan Sasuke tak begitu. Dan di sinilah mereka sekarang, menghabiskan waktu di kedai Ichiraku. Naruto sudah menghabiskan mangkuk ketiga, sedangkan Sasuke belum sekali pun menghabiskan mangkuk pertamanya. Naruto menatap Sasuke yang tengah menikmati ramen dengan khidmat. Sepertinya sang sahabat tak mengerti cara menikmati ramen dengan benar.

"Sas, menikmati ramen tuh bukan seperti itu." Ucap Naruto masih menatap Sasuke serius.

Yang diajak berbicara hanya melirik. Dalam hati ia menggerutu ada masalah apalagi sih dengan orang di sebelahnya? Orang lain yang makan kok dia yang repot. Tak mendapat tanggapan dari Sasuke membuat Naruto mendengus. Apa-apaan makan ramen begitu, kuah gak muncrat-muncrat. Bilang saja kalau tidak mau ketampanannya luntur.

Sasuke menghentikan makan malamnya, kini ia menatap Naruto penuh. "Sudahlah, aku yang makan kenapa kau yang mengatur? Paman Ichiraku saja tidak berkomentar dengan cara makanku."

Naruto menatap pria paruh baya yang memiliki mata sipit itu sekilas, lalu kembali melihat Sasuke tak mau kalah. Saat Sasuke kembali mencoba menikmati makan malamnya, wajah Naruto menoleh ke jalan. Saat ini suasana jalanan mulai ramai. Banyak orang yang lalu lalang. Senyum tipis pun terukir, dalam hati ia bersyukur keadaan desa kian damai. Naruto berharap ini berlangsung lama. Ya, desa yang damai dan adanya Sasuke di sana sudah cukup membuat Naruto tenang.

Indera penglihatan Naruto melebar saat melihat sosok yang tak asing. Mulut tersenyum lebar manakala sosok berambut panjang itu kian mendekat ke kedai. "Hinata-chan!"

Sasuke yang masih menikmati ramen tiba-tiba menegang. Ia menoleh dengan gerakan patah-patah, menatap sosok yang telah dipanggil Naruto. Terlihat pemuda yang sudah berdiri dari tempat duduknya itu mendekati seorang gadis bermata bak bulan. Raut wajah Hinata sedikit memerah saat dia berbincang dengan Naruto. Sesekali juga terlihat Kakak dari Hanabi itu tersenyum tipis. Kali ini Hinata tak mengenakan pakaian ninja, ia mengenakan sebuah rok di bawah lutut dengan kaus dilapisi jaket berwarna ungu.

"Habis dari mana?" Tanya Naruto.

"Uhm, aku habis membeli benang di toko itu." Balas Hinata sambil menunjuk sebuah toko yang tak jauh dari kedai.

Naruto mengangguk mengerti. Terlintas sebuah ide untuk mengajak gadis ini makan. "Kau sudah makan malam? Bagaimana kalau kau makan ramen? Kebetulan aku dan Sasuke sedang makan."

Hinata melirik ke kedai. Pandangannya bertemu dengan Sasuke. Sopan, ia pun langsung tersenyum seperti biasa. "Maaf bukannya aku tak mau, hanya saja--"

"Sudahlah Hinata-chan, jarang loh kita bisa makan bersama begini. Makan bareng ya ya? Aku traktir."

Hinata kembali menatap Naruto. Wajahnya yang masih tersenyum tiba-tiba kembali dalam mode dasar. Ia terlihat berpikir, apakah menerima atau menolak tawaran pemuda bermata indah itu. Rasa sungkan dan tak tega muncul saat melihat wajah lucu Naruto yang tengah memohon. Gadis itu lalu mengangguk. Itu membuat Naruto bersorak senang. Pemuda itu langsung menarik tangan Hinata ke dalam kedai begitu santai. Sedangkan yang dipegang, wajahnya sudah memerah tak karuan.

Raiden From The Future [Completed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon