Aku mendukungmu Naruto

1.7K 334 18
                                    

Suara cuitan burung terdengar di hamparan lapangan luas. Pohon-pohon bergoyang dihembus angin pukul empat sore. Dua muda-mudi tengah duduk bersandar di bawah pohon. Seorang pemuda berambut hitam terlihat tengah bertelanjang dada. Sedangkan seorang gadis tengah mengobati dengan jutsu medis yang dikuasai. Asal kalian tau, gadis itu sama sekali tak menatap wajah sang pemuda. Sambil menyembunyikan semburat merah dia mengalirkan chakra.

"Apa perlu kita ke rumah sakit?" Tanya Hinata masih dengan wajah yang menatap entah kemana.

Sasuke tak langsung menjawab. Ia menatap gadis itu lamat-lamat, sedari tadi ia terus bertanya kenapa gadis ini tak mau melihat ke arahnya? Jangan bilang kalau dia malu? Orang Sasuke yang buka baju, masa dia yang malu?

"Kau malu?"

Bukan menjawab pertanyaan tadi, Sasuke malah balik bertanya dengan pertanyaan yang membuat wajah Hinata makin panas. Menyadari telinga Hinata kini ikut memerah membuat Sasuke mengalihkan pandangan kemana saja. Ia baru sadar kalau pertanyaannya terdengar sangat bodoh dan tidak peka. Ternyata karena sering bergaul dengan Naruto, ia jadi ketularan bodoh.

Selama beberapa detik Sasuke mengalihkan pandangan, ia merasakan memar di perut mulai membaik. Mata kemudian bergerak melihat bagian perut yang sempat lebam tadi. Warna biru pucat sedikit memudar, sepertinya sudah cukup. Hinata akan kehabisan chakra kalau terus-terusan mengobati.

"Aku rasa sudah cukup."

Hinata akhirnya menoleh dan melihat luka Sasuke. Mungkin memang memar sudah agak hilang, tapi entah mengapa Hinata belum yakin luka di dalamnya sudah sembuh. Mengikuti kemauan Sasuke, ia hanya bisa mengangguk. Cahaya hijau yang keluar dari telapak tangan Hinata menghilang.

Hinata menarik tangan dan mulai menjaga jarak dengan Sasuke. Pemuda itu pun langsung memakai baju yang tergeletak di samping. Selama beberapa menit mereka terdiam, menikmati hamparan cakrawala yang mulai kemerahan. Terdengar helaan napas yang berasal dari Hinata. Sasuke melirik dari ujung mata, wajah gadis itu terlihat gusar.

"Maafka--" Sasuke langsung berdiri. Seketika Hinata menghentikan kalimat yang akan terucap.

Gadis Hyuuga menatap Sasuke bingung selama beberapa detik. Kemudian ia tersadar bahwa sudah saatnya untuk pulang. Hinata pun berdiri sambil menepuk-nepuk bagian tubuh yang kotor. Setelah selesai ia kembali melihat Sasuke yang tengah menatap senja.

"Aku minta maaf." Akhirnya kalimat yang ingin Hinata katakan sejak tadi terucap. Wajah tertunduk, ia merasa sungkan menatap pemuda di depannya.

Sasuke memandang Hinata. Ia menghirup udara pelan kemudian mendeham. Tak buang waktu pemuda penyuka tomat itu pun pergi dari sana. Hinata menaikkan dagu dan hanya bisa menatap punggung Sasuke yang menjauh. Tiba-tiba punggung pemuda itu berhenti bergerak dan sedikit membuat Hinata tersentak.

"Kau tak pulang?" Tanya Sasuke sambil menolehkan tubuh.

Untuk beberapa saat Hinata hanya memandang pemuda di depannya. Namun akhirnya ia tersenyum tipis dan mengangguk. Hinata kemudian berjalan menyusul Sasuke. Mereka berdua berjalan menyelusuri jalan setapak hutan menuju jalan utama desa. Sasuke bisa merasakan betul kecanggungan antara mereka berdua. Di saat seperti ini rasanya ia merasa sangat bodoh karena tak punya pengalaman soal wanita. Sejak dulu percintaan bukan prioritas, wanita yang paling dekat dengannya hanya Karin lalu Sakura. Itu pun mereka bilang jatuh cinta pada Sasuke tapi dirinya sendiri? Entahlah, Sasuke hanya merasa tak mau ambil pusing saat Karin bergelayut manja atau Sakura yang memandang penuh damba.

Sepertinya ia harus memulai pembicaraan duu, ah tapi bagaimana ini... dia tak ahli juga dalam berbincang-bincang. Sasuke mendengus pelan, diam-diam ia frustrasi sendiri. Karena kesal, ia pun mendecih. Suara decihan cukup keras sehingga membuat Hinata menoleh ke arahnya. Sadar akan hal itu Sasuke hanya pura-pura tak tau dan terus melanjutkan perjalanan.

Raiden From The Future [Completed]Where stories live. Discover now