Lebih baik ia tau dari Sasuke sendiri 'kan?

2.4K 449 36
                                    

"Kenapa papa bisa menikah dengan mama?"

Jantung Sasuke berdentum dengan begitu keras, indera penglihatan melebar, bahkan otaknya terus memastikan apakah telinga tak salah mendengar.

Dengan susah payah suami Hinata berkedip, ia melihat sang anak yang kini membatu dengan raut wajah panik. Di saat seperti ini Sasuke merasa Raiden sangat mirip dengan sang ibu, mudah panik dan gampang kepikiran.

Raut wajah yang sempat tegang kini mulai melemas, bibir yang jarang tersenyum kini melengkung tipis. Antara ironis atau lucu mendengar pertanyaan mengapa orang sepertinya bisa bersanding dengan Hinata. Terlebih yang bertanya kali ini adalah darah dagingmu sendiri.

Sasuke lalu berbalik memunggungi Raiden, dugaannya benar. Anak ini sudah kembali ke masa lalu, sudah sejak lama ia bertanya-tanya, bahkan sampai pergi ke masa lalu. Akan tetapi saat sudah kembali ke masa kini, ia tak juga menemukan alasan mengapa ayah dan ibunya bisa bersama.

Sasuke meringis dalam hati, andai Raiden tau alasan mengapa ia memperjuangkan Hinata adalah karena Raiden, karena ia ingin bertemu anaknya kembali.

"Pah..."

Terdengar nada suara parau di sana, wajah remaja dua belas tahun itu pun terlihat menyesal dengan kata hatinya yang terucap. Ia memang ingin tau alasan mengapa orang tuanya bisa bersama, hanya saja tidak terang-terangan seperti ini. Ia belum siap untuk tau kenyataan dari orang tuanya sendiri.

Pundak remaja yang memiliki netra amethyst itu menegang kala tubuh sang ayah kembali berbalik dan menatapnya. "Mungkin sudah saatnya kau bercerita." Indera penglihatannya lagi-lagi sontak melebar, apa ayahnya sudah tau kalau ia kembali ke masa lalu? Apakah mungkin kejadian yang terjadi dua puluh tahun yang lalu masih bisa Sasuke ingat?

Raiden menghela napas, tangannya terlihat mengerat. Sepertinya anak itu tengah perang batin antara harus bercerita atau kembali menghindar. Namun sebagai penerus keluarga Uchiha, lari dari masalah bukan pilihan dan cukup sekali Raiden lari dari masalah yang seharusnya ia hadapi. Ia tak ingin jadi pengecut, Raiden... ingin seperti ayah dan ibunya yang tetap bersama walaupun seisi dunia menolak kebersamaan mereka.

Anak sulung Sasuke itu lalu terkekeh pelan, ternyata memang susah menyembunyikan sesuatu dari orang tua. Dengan insting mereka yang begitu kuat, mereka bisa tau apa yang anaknya pikirkan.

Amethyst dan onyx bertemu tatap, sambil mengusap tengkuk yang tak gatal Raiden tersenyum, semanis senyum Hinata. "Sepertinya memang lebih baik kalau aku tau dari papa bukan?"

•••

Dari balik bukit terlihat mentari yang perlahan bergerak menuju barat. Burung-burung pun berkelompok kembali ke peraduan. Diiringi semilir angin lembut, sepasang ayah dan anak tengah duduk di sebuah kursi taman desa. Suara tawa anak-anak yang tengah bermain sayup-sayup mengisi indera pendengaran mereka. Dua insan itu masih diam, sejak mengambil obat dan berjalan menuju tempat mereka duduk sekarang tak ada sepatah kata yang terucap.

Sasuke terlihat duduk tenang, matanya menatap anak-anak yang tengah bermain di kotak pasir. Rambut lurus yang menutupi sebagian wajahnya bergerak-gerak kala angin berhembus. Wajahnya yang terlihat datar sesekali berubah ekspresi, bibirnya melengkung tipis ke atas, matanya bercahaya melihat betapa riang anak-anak yang tengah membangun istana mereka sendiri.

Sedangkan Raiden, remaja berambut hitam keunguan itu terlihat tengah memainkan jari. Dari raut wajah, ia terlihat sangat tidak santai. Entah gelisah atau khawatir, yang jelas saat ini Raiden tengah bimbang akan sesuatu yang harus dia ucapkan. Masalahnya diam antara dia dan Sasuke terasa begitu membebani. Mungkin memang sejak awal hubungannya dengan Sasuke tak baik, ia banyak berburuk sangka. Ia juga jarang bertukar kata, dan sekarang mereka dalam situasi di mana mereka akan saling bercerita.

Raiden From The Future [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang