Apakah benar jikalau selama ini Raiden hanya sebuah halusinasi saja?

1.9K 393 15
                                    

Bibir Sasuke terlihat seperti garis lurus. Dalam dekapannya kini sudah ada paper bag berisikan sayuran, roti, ayam serta bumbu dapur. Sambil melihat isi belanjaan, ia menghela napas. Kenapa dia jadi gelap mata dan belanja sebanyak ini sih? Padahal kalau tinggal sendiri pasti lebih praktis membeli makanan di luar.

Dari ujung mata Sasuke melirik Hinata yang tengah asyik memilih sayur. Sejak subuh sampai pukul enam pagi seperti sekarang ia dan gadis ini berbelanja tapi tidak juga selesai-selesai. Kekuatan wanita dalam berbelanja berjam-jam memang tak diragukan, pikirnya dalam hati. Sasuke lalu mengalihkan pandangan, matanya tak sengaja melihat seorang ibu dan anak lelakinya tengah sibuk berbelanja.

"Bu, aku bilang jangan beli sayur banyak-banyak. Aku 'kan tak suka sayur."

Anak lelaki yang menurut Sasuke berumur enam tahun itu tengah bersandar di meja pedagang. Tangannya bersedekap, matanya yang masih mengantuk melihat langit dengan begitu malas. Sambil terus memasang wajah cemberut ia menggerutu tentang bangun pagi dan makan sayur.

Terdengar sang ibu terkekeh sambil memilih beberapa tomat terpampang di keranjang pedagang. "Daiki, makan sayur itu baik untuk tubuh. Kau ingin kuat seperti Naruto bukan? Asal kau tau, salah satu alasan mengapa Naruto sangat kuat karena ia memakan sayur setiap hari."

"Benarkah?" Daiki, anak berambut jabrik berwarna coklat itu langsung mengubah posisi memandang sang ibu dengan mata berkelap-kelip bak bintang. Dilihat dari raut wajah sepertinya ia salah satu penggemar si bodoh yang mendadak terkenal sebagai pahlawan desa.

Sambil menatap sang anak yang memasang wajah berbinar-binar, ibu itu mengangguk. Dengan yakin ia berkata. "Benar, sayur mengandung banyak vitamin. Sehingga bisa membantumu untuk meningkatkan daya tahan tubuh."

Mendengar dialog antara ibu dan anak tersebut membuat Sasuke memutar bola mata malas. Apanya yang suka sayur? Jelas-jelas si bodoh itu setiap hari hanya makan ramen instan atau di ichiraku saja. Apakah ini yang disebut berbohong demi kebaikan? Ah tapi tak begini juga, Naruto yang makan sayur tak bisa Sasuke bayangkan.

"...ke-kun."

"Sasuke-kun?"

Merasa namanya dipanggil membuat Sasuke spontan mengalihkan pandangan ke arah Hinata, pemuda yang memiliki sebelah mata rinnegan itu terlihat menaikkan kedua alisnya. "Hn?"

"Kau kenapa? Dari tadi wajahmu terlihat sebal dan kau menggelengkan kepala beberapa kali. A-apa kau... bosan ya menemaniku membeli sayur?"

Ada rasa gugup yang keluar dari bibir Hinata, Sasuke bisa merasakannya. Bahkan mata arang miliknya bisa membaca gerak-gerik gadis ini dengan begitu jelas layaknya buku yang terbuka. Anak bungsu pasangan Fugaku dan Mikoto tak menjawab pertanyaan Hinata. Matanya malah kini fokus pada belanjaan yang sudah tersusun rapi dalam paper bag yang ada di dekapan gadis itu.

"Sudah selesai belanja?" Hinata mengangguk. Mendengarnya membuat Sasuke langsung melengos sambil memperbaiki posisi belanjaannya sendiri, Sasuke berjalan meninggalkan Hinata.

Mereka terus berjalan tanpa saling berbicara. Dari ujung mata Sasuke bisa melihat Hinata yang masih melirik ke kanan dan ke kiri. Ia seperti masih ingin membeli sesuatu walaupun di pelukannya sudah penuh belanjaan dari roti, sayuran, sampai buah.

Bola mata Sasuke bergerak menatap belanjaannya sendiri, kemudian bergerak kembali menatap jalan. Pikirannya tiba-tiba mulai bertanya-tanya. Kenapa gadis ini begitu santai saat berpapasan dengannya? Mengapa ia tak merasa canggung atau tak nyaman? Sasuke sudah mencoret kemungkinan bahwa gadis ini ada maksud tertentu padanya seperti tengah melakukan pendekatan. Karena Sasuke bisa lihat setelah pertarungannya dengan Naruto berakhir, orang pertama yang gadis itu khawatirkan adalah Naruto.

Raiden From The Future [Completed]Where stories live. Discover now