BAB 18

2.5K 164 17
                                    

Syahran melangkah masuk ke dalam makmal Dylan itu. Dylan baru sahaja selesai post-mortem mangsa Heart Killer itu. Dia mencari kelibat Dylan di kawasan itu.

Kakinya melangkah ke arah Dylan apabila dia nampak Dylan sedang khusyuk membaca sesuatu di komputernya itu.

"Hey," tegur Syahran.

Dylan angkat kepalanya. Dia senyum apabila terpandangkan Syahran yang sedang bersandar di meja makmal itu.

"You are here," kata Dylan.

"So, how's the result?"

Dylan pandang Syahran.

Syahran angkat keningnya. Dylan segera menggelengkan kepalanya. Dia segera menekan sesuatu di komputernya lalu mesin pencetak segera mengeluarkan dokumen yang dicetaknya.

Dylan menggerakkan kerusinya ke arah mesin pencetak lalu mengambil kertas yang baru keluar daripada mesin pencetak itu kemudian, kembali ke mejanya.

Syahran tergeleng melihat Dylan yang agak malas untuk bangun mengambil kertas itu.

"Dy, how's the result?" soal Syahran lagi.

Dylan mengeluh. Dia pandang Syahran sambil bersandar memeluk tubuhnya di kerusi.

"The killer is trying to challenge you, Niel," ujar Dylan yang duduk di kerusi yang ada di makmal itu.

Syahran pandang Dylan sambil peluk tubuhnya. "Since when he didn't challenge me? He always did something that I didn't expect."

Dylan ketawa. "Daniel in front of me shows his helplessness. Wow, it's really rare to see you being like this," kata Dylan.

Syahran tergeleng melihat telatah rakannya itu. Bukan dia tidak kenal dengan Dylan. Dylan adalah anggota pasukan elitnya. Begitu juga George. Mereka berada di bawahnya, yang sentiasa menurut arahannya. Masing-masing arif dengan perangainya yang main-main itu.

"Dylan, be serious, okay? We are talking a serious matter here," kata Syahran.

Sekali lagi tawa Dylan meletus. "Are you really Syahran?" soal Dylan.

Syahran menjulingkan matanya sambil tergeleng-geleng.

Dylan angkat tangannya apabila melihat Syahran yang seakan-akan hilang sabar dengan kata-kata Dylan.

"Okay, okay. I'll be serious," kata Dylan.

"So, how's your findings?" soal Syahran, serius.

Dylan mengambil beberapa helai kertas putih sebelum menyerahkan kepada Syahran. "As usual. But, the amount of cyanide used is increased. It seems like he's in rage. Too angry at something," kata Dylan.

Syahran pandang Dylan. Dia senyum sambil menganggukkan kepalanya. "Yup, he should be anxious. I already identify his identity. He should be Malaysian, a surgeon with vase knowledge in surgical field. And he is in Harvard," kata Syahran.

Syahran membaca kertas yang diberikan oleh Dylan itu. Dahinya berkerut apabila membaca hasil post-mortem itu. Syahran angkat kepalanya, terus pandang Dylan yang sedang tersenyum.

"I know you would recognize that," kata Dylan sambil tersenyum.

"What's the meaning of this?" soal Syahran.

"He wants to provoke you. To be honest, the killer has high confidence level that you won't find him at all. That's why he do that," kata Dylan.

"He's too cruel. The victim's organ has been replaced with fake. He's too much," kata Syahran.

"You really live up to your name. You can identify the findings with only just one look. If I don't know, I would thought that you joined us during post-mortem," kata Dylan, kagum.

Hati Ini Untuk Awakحيث تعيش القصص. اكتشف الآن