01. "Sepertinya kau mengingatku, nona"

4.5K 287 6
                                    

"Huaaaaaaa..." teriakan dari Aera menggema hingga memenuhi rumah kecil ini.

"Wae wae? Ada apa?" seorang wanita bernama Bitna berlari secepat kilat saat mendengarnya.

"Lihat.. Lihat!" Aera mengarahkan mata sahabatnya itu menuju laptop miliknya yang tengah memperlihatkan isi email yang menyatakan bahwa ia di terima di perusahaan milik pemerintah.

"Heol daebak! Kau benar-benar di terima." katanya.

"Aku tidak sedang bermimpi kan?" tanya Aera.

"Sepertinya dulu kau terlahir sebagai penyelamat negara. Aku sangat yakin itu." kata sahabatnya mendramatisir.

"Aku harus siap-siap untuk besok." Aera bangkit dari lantai. Ia bergegas bersiap-siap untuk menyiapkan keperluannya untuk esok hari.

Ia menyiapkan baju untuk hari pertamanya bekerja di perusahaan impiannya. Kemudian ia beralih keluar untuk mencari sepatunya.

"Bitna-ya, kau lihat sepatu hitamku tidak?" teriak Aera dari luar.

"Aniya. Bukankah kau menaruhnya di luar?" tanya Bitna.

"Iya! Tapi tidak ada" jawabnya. "Eottoke?" ia panik. "Haruskah aku membelinya lagi?" tanya Aera lagi.

"Yasudah. Tapi aku tak bisa menemani. Aku sudah ada janji dengan kekasihku." kata Bitna.

"Baiklah tidak apa-apa. Aku pergi sendiri kalau begitu."

"Mian Aera-ya."

"Gwaenchana! Aku pergi. Kabari aku jika kau ingin pulang nanti. Hm?" katanya yang di angguki oleh Bitna.

Aera pergi seorang diri menuju sebuah mall di dekat rumahnya. Sesampainya disana, ia langsung pergi ke toko sepatu tanpa mampir ke toko yang lain.

Ia berkeliling mencari sepatu yang ia akan pakai di hari pertamanya besok. Sebenarnya Aera sudah bekerja di sebuah perusahaan percetakan milik teman almarhum ayahnya. Tapi pekerjaan impiannya adalah bekerja diperusahaan milik Negara. Jadilah ia melamar di perusahaan itu dengan kualifikasinya yang bisa di katakan membanggakan. Ia merupakan lulusan universitas terkemuka di Korea dengan nilai yang tinggi. Namun mencari pekerjaan tidaklah mudah di Negeri yang di juluki Negara ginseng ini. Ia harus bekerja paruh waktu di beberapa tempat sebelum ia akhirnya di terima di perusahaan ini.

Setelah berkeliling, ia akhirnya menemukan sepatu yang diinginkannya. Tapi sayang, tubuhnya yang pendek membuatnya kesusahan untuk mengambil sepatu yang letaknya di rak paling tinggi. Matanya berkeliling mencari pelayan.

"Permisi, ahjussi. Bisa tolong ambilkan sepatu itu?" tanya Aera pada seorang pria sembari menunjuk sepatu pilihannya.

Lelaki itu mencari siapa yang ahjussi yang dimaksud Aera.

"Aku?" tanyanya.

"Tentu saja! Memang ada yang lain? Kau pelayan disini kan?" tanyanya santai.

"Pelayan? Aku pelayan?"

"Ya. Cepatlah, aku tidak ada waktu lagi"

"Tapi aku.."

"Bisakah kau bekerja lebih cepat? Aku sedang buru-buru" kata Aera kesal.

"Mwo?"

"Sudah lupakan saja. Aku akan pilih yang lain" kata Aera. "Kenapa mall ini mempekerjakan laki-laki tua seperti ini sih." lanjutnya bergumam.

"Mwo? Kau bilang apa barusan?"

Aera tak memuliakan ucapannya. Ia pergi dari hadapannya begitu saja. Setelah ia memilih dan membeli sepatunya, ia segera kembali pulang untuk mempersiapkan diri untuk bekerja besok.

......

Pagi-pagi sekali Aera sudah berada di kantor. Ia sangat bersemangat sekaligus gugup. Ia tidak tau akan di tempatkan dimana meskipun ia sudah di pastikan di terima di perusahaan ini.

"Nona Boo Aera?" panggil seorang pria.

"Ya?"

"Mari saya antar keruangan anda." katanya.

Pria muda berpostur tinggi, putih, dan tampan ini mengantarnya keruangan baru Aera. Ia menekan tombol lift dan menekan tombol bernomor 15 yang akan membawanya ke lantai paling atas gedung ini.

"Apa anda gugup?" tanyanya di lift.

"Sedikit." jawab Aera langsung.

"Tidak perlu gugup. Atasan kita itu adalah orang yang santai. Saya Jun, sepertinya kita akan jadi rekan kerja nantinya."

"Ah, aku Aera. Syukurlah, aku sudah mendapatkan rekan kerja yang baik sepertimu." katanya yang membuat Jun tersenyum.

"Apa and--"

"Tidak perlu terlalu sopan, Jun-ssi. Berbicaralah dengan nyaman padaku. Sepertinya kita seumuran" kata Aera yang diangguki oleh Jun. "Apa kau tau posisi yang akan kutempati?" tanya Aera.

"Kau akan bekerja sebagai sekretaris pejabat tinggi disini. Tuan Choi. Sedangkan aku, aku adalah pengawal pribadi Tn. Choi yang setiap hari mengantarnya rapat."

"Ah begitu." Aera mengangguk mengerti.

Akhirnya pintu lift terbuka. Mereka sudah berada di lantai 15 saat ini.

"Silahkan, tuan Choi sudah menunggu." kata Jun.

Tok tok tok Jun membuka pintu.

"Selamat pagi tuan. Sekretaris anda sudah datang." kata Jun setelah membungkuk sopan.

"Selamat pag---" Aera sangat terkejut karena ia melihat seorang pria tak asing tengah duduk di kursinya. Begitu juga sang empunya.

"Bukankah dia itu pelayan toko sepatu yang ditemuinya kemarin?" kata Aera didalam hati.

"Dia sekretarisku?" tanya Tn. Choi pada Jun.

"Iya, tuan. Ia adalah sekretaris baru anda. Nam--"

"Siapa namamu?" pria bernama lengkap Choi Seungcheol ini memotong pembicaraan Jun. Ia bertanya pada Aera tentu saja.

"Namaku Aera, tuan. Boo Aera." jawab Aera takut-takut.

"Terimakasih Jun. Kau boleh keluar." titahnya pada Jun.

"Baik tuan." Jun membungkukan badannya sopan dan keluar dari ruangan ini.

Setelah Jun keluar, Seungcheol beralih berdiri menghampiri Aera yang sedang tertunduk. Ia menyenderkan bokongnya di pinggir meja. Ia melipat kedua tangannya dengan santai.

"Sepertinya kau mengingatku, nona." kata Seungcheol.

"Ma-maafkan saya tuan. Saya tidak tau kalau anda bu--"

"Apa yang harus kulakukan untuk menghukummu atas perilaku menyembalkan kemarin?" tanya Seungcheol memutus pembicaraan Aera.

"Apapun akan aku lakukan untuk menebus kesalahanku, tuan." jawab Aera langsung.

Seungcheol memberikan smirk andalannya. Ia berjalan mendekat ke arah Aera sehingga membuatnya mundur satu langkah.

"Apapun?"

Aera mengangguk ragu. "Y-ya tuan"

Seungcheol mengangkat sebelah alisnya. "Baiklah! Kembali ke tempatmu. Aku akan pikirkan hukumannya nanti" katanya.

Tbc.

Gay Or Nay → C.S.CWhere stories live. Discover now