04. "Maukah kau berkencan denganku?"

1.9K 255 16
                                    

Pagi-pagi sekali, Seungcheol sudah bersiap di depan mobilnya menunggu Aera datang. Tak lama kemudian, Aera akhirnya datang. Ia tidak terlambat, hanya Seungcheol yang datang terlalu pagi.

"Maaf saya terlambat, tuan." kata Aera pada Seungcheol tentu saja.

"Tidak! Kau tidak terlambat." katanya. "Ayo masuk." lanjutnya.

Aera membuka pintu belakang mobil Seungcheol dengan nyaman.

"Kau mau apa?" tanya Seungcheol.

"Bukankah aku harus ikut denganmu, tuan?"

"Iya aku tau! Tapi apa yang kau lakukan di belakang? Maksudku, kau pikir aku ini supirmu? Duduk di sebelahku."

"Di sebelahmu? Tapi..."

Seungcheol membanting pintu mobilnya. Ia beralih membuka pintu mobilnya untuk Aera. Ia mengisyaratkan Aera untuk masuk. Tentu saja Aera mengikuti perintahnya. Setelahnya, Seungcheol kembali masuk ke belakang kemudi. Ia memakai seatbelt dan mulai menginjak pedal gas dengan kakinya tanpa berkata apapun.

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu." kata Seungcheol membuka suara.

"Apa itu tuan?"

"Kenapa waktu itu kau mengira bahwa aku adalah seorang ahjussi bahkan seorang pelayan toko?"

Aera tak buru-buru menjawab.

"Jawablah. Aku tak akan marah. Tapi walaupun aku tidak marah, aku tetap akan menghukummu." kata Seungcheol.

"Emm.. Maafkan aku. Waktu itu aku benar-benar buru-buru karena harus membeli sepatu. Aku melihatmu memakai baju dengan warna yang sama dengan pelayan disana."

"Aku senang dengan caramu menjelaskannya padaku."

"Maksudmu?"

"Kau menjelaskan dengan kata 'aku' bukan 'saya'. Aku suka itu."

"Ah, maafkan saya. Say--"

"Tidak tidak! Tidak apa-apa. Teruskan seperti itu. Aku tidak suka jika ada bawahanku yang terlalu berlebihan." kata Seungcheol memutus pembicaraannya.

Selanjutnya, tak ada pembicaraan lagi sama sekali. Mereka diam tanpa ada yang mengeluarkan suara.

"Argh. Badanku sakit sekali. Sepertinya semalam aku main terlalu keras dengan Jun." keluh Seungcheol yang membuat Aera kaget.

"Main apa?" tanya Aera takut-takut.

"Kau ingin tau? Permainan itu hanya bisa di lakukan oleh laki-laki. Sebenarnya perempuan juga bisa melakukan ini. Tapi, aku sudah terbiasa dengan Jun. Aku tak suka jika harus bermain dengan wanita." kata Seungcheol santai.

"Apa kau tidak malu bicara seperti itu di depanku?" tanya Aera yang membuat Seungcheol kaget.

"Mwo? Mworago? Kau tidak sadar, siapa orang yang kau ajak bicara?"

"Dari sekian banyak wanita, kenapa mesti sesama lelaki? Apa yang kalian cari sebenarnya?"

"Kepuasan! Kami mencari kepuasan. Kau tau? Wanita terlalu banyak merengek. Aku tidak suka." sahut Seungcheol. "Ahh... Apa kau mau menggantikan posisi Jun? Kau ingin bermain denganku? Boleh saja. Kapan kau siap menemaniku? Sekarang? Kebetulan disekitar sini ada hotel yang pemiliknya adalah rekananku. Mau?" tanya Seungcheol.

"Jangan main-main! Aku akan teriak jika kau bertingkah macam-macam." ancam Aera.

"Macam-macam bagaimana? Aku hanya menawari. Jika kau mau, boleh saja. Tapi pastikan kalau kau cukup tenaga untuk melawanku."

Aera seketika terdiam. Ia takut dan kesal pada waktu yang bersamaan. Ia ingin melindungi Jun dari Seungcheol.

Tak lama kemudian, mereka tiba di tempat tujuan mereka. Disana, mereka di sambut oleh beberapa orang yang merupakan rekan kerja Seungcheol.

"Selamat datang mister Choi." kata salah satu pria menjabat tangan Seungcheol.

"Dimana Jun? Biasanya kau datang bersamanya." tanya seorang yang lain.

"Dia tidak ikut. Sekarang aku membawa sekretaris baruku." jawab Seungcheol.

"Ahh, sudah tertarik dengan wanita ternyata." kata yang lain.

"Tidak tidak! Kau tau bagaimana aku kan." sahut Seungcheol.

"Ayo kita masuk. Rapat harus segera di mulai." ajak yang lain.

Tak terasa mereka rapat hingga sore hari. Di luar, salju sudah turun lumayan lebat. Bahkan, suhunya sampai minus dua derajat.

"Kami harus langsung pulang. Besok, kebetulan kami ada jadwal lain." pamit Seungcheol pada teman-temannya.

"Baiklah. Hati-hati dijalan." katanya.

"Hati-hati, Aera-ssi."

"Ya. Terimakasih. Saya permisi." kata Aera membungkuk sopan.

Aera berjalan agak cepat. Ia terus menggosok-gosok tangannya agar merasa lebih hangat.

"Jalanmu cepat sekali." kata Seungcheol.

"Maaf tuan. Tapi ini dingin sekali." kata Aera.

Seungcheol membuka jaket tebalnya. Ia memberikan itu pada Aera dengan cara melemparnya.

"Pakailah!"

"Tidak perlu, tuan. Saya tidak apa-apa." kata Aera.

"Ah, kau tidak mau jaketku? Lalu kau ingin ku peluk? Baiklah. Kemari. Aku akan memelukmu hingga kau merasa hangat." kata Seungcheol seraya merentangkan tangannya.

"Tidak tidak! Terimakasih jaketnya, tuan." katanya sembari memakai jaket pemberian Seungcheol.

Sepanjang perjalanan, mereka kembali diam. Seungcheol fokus menyetir, sedangkan Aera sibuk menghangatkan diri.

"Kalau kau lelah, biar saya yang menyetir tuan." kata Aera.

"Tidak. Aku tidak lelah. Sudah biasa untukku menyetir keluar kota seorang diri. Bahkan sesampainya nanti di Seoul, aku akan bermain dengan Jun. Aku tidak akan pernah lelah." kata Seungcheol.

Aera mendelik kaget. "Kau serius?"

"Tentu saja. Memang kenapa?"

"Tak apa." sahut Aera.

Mereka kembali diam.

"Tuan."

"Ya?"

"Maukah kau berkencan denganku?" tanya Aera yang membuat Seungcheol menginjak remnya dengan keras.

Tbc.

Gay Or Nay → C.S.CWhere stories live. Discover now