07. "Dulu ia hampir menikah"

1.7K 239 17
                                    

Malam ini, Aera bertekat untuk mencari tau apa yang sebenernya di lakukan oleh Seungcheol dan Jun di kamar. Ia mengendap, mendengarkan suara yang berasal dari dalam kamar melalui pintu. Ia mendekatkan telinganya agar ia jelas mendengarnya.

"Aaahhh.. Baiklah-baiklah aku akan menyerangmu. Tapi lepaskan dulu tanganmu, tuan." terdengar suara Jun.

"Baiklah. Ayo serang aku. Aku tidak akan melakukan apapun. Kau yang memimpin permainan." kali ini Seungcheol yang bersuara.

Aera tercekat ketika mendengar itu. Tentu saja itu membuatnya ketakutan setengah mati.

Aera mendengar seperti ada pergerakan di lantai. Namun keduanya belum kembali berbicara.

"Aahh.. Aahh.. Sakit. Kau terlalu kasar. Berhenti dulu." keluh Seungcheol.

"Kau yang memintaku untuk menyerangmu, tuan. Aku tak bisa berhenti sekarang."

Merasa kurang jelas mendengarnya, Aera menggeser sedikit badannya. Namun tak disangka, pintu kamar mereka terbuka. Aera tersungkur di lantai dan membuat kedua lelaki itu terkejut lalu menghentikan kegiatannya.

"Aera-ssi, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jun.

Aera mendongakkan kepalanya dan sangat terkejut dengan apa yang sedang ia lihat. Ia berusaha bangun dengan pikiran yang heran.

"A-apa yang sedang kalian lakukan?" tanyanya gugup.

"Kau tidak lihat? Kami sedang berlatih Judo." jawab Seungcheol.

"Ju-judo?"

Aera memperhatikan mereka berdua bergantian. Mereka berdua sedang memakai baju putih khas pemain judo. Di lantai kamar mereka, ada sebuah matras berukuran sedang yang Aera yakin itu untuk alas mereka berlatih. Aera malu. Bahkan ia merasa ingin mati saja karena pernah menganggap mereka ini adalah sepasang lelaki Gay.

Jun menatap Seungcheol. "Sepertinya, dia salah paham pada kita, hyung."

"Hyung?" lagi-lagi Aera terkejut.

Seungcheol membuang nafasnya kasar. "Tutup pintunya, Jun. Kita harus membuka kedok kita sekarang padanya." titahnya yang langsung di turuti oleh Jun.

Seungcheol beralih mengambil sebuah handuk di kasurnya dan menghapus keringat yang membasahi tubuh sexy-nya itu.

"Duduklah, Aera." titah Jun.

Mereka bertiga duduk berhadapan. Dari tadi, Aera menundukkan kepalanya karena malu sekaligus takut. Ia takut kalau kalau, Seungcheol akan memecatnya karena menuduh mereka sembarangan.

"Jelaskan pada kami, apa yang sedang kau lakukan di depan kamar kami!" kata Seungcheol membuka suara.

"Saya......"

"Sudah kukatakan padamu untuk bicara santai denganku." ucap Seungcheol memotong pembicaraan.

"Tidak perlu takut, Aera. Jelaskan saja yang sebenarnya." kata Jun dengan nada yang lembut.

"Aku.. Aku penasaran dengan apa yang kalian lakukan." kata Aera.

"Penasaran? Akan apa?" tanya Seungcheol.

"Aku penasaran dengan apa yang kalian lakukan di kamar." jawab Aera.

"Jelaskan yang benar, Aera. Kau sel--"

"Hyung! Pelan-pelan saja." kata Jun yang merasa Seungcheol sudah mulai kesal.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud lancang." kata Aera. "Sejak aku masuk ke kantor ini, aku banyak sekali mendengar kalau kalian adalah pasangan Gay." lanjut Aera yang membuat kedua lelaki itu saling pandang.

Bukannya marah, mereka berdua justru tertawa keras.

"Gay? Woah daebak! Aku tak percaya aku akan mendengar ini." ucap Seungcheol yang masih tak bisa menahan tawanya.

"Lalu kau percaya?" tanya Jun yang berusaha menghentikan tawanya.

Aera mengangguk polos.

"Sudah kukatakan padamu untuk tidak terlalu polos, Aera. Beginilah akibatnya." kata Jun.

"YA! Kau yang polos atau bodoh sebenarnya?" Seungcheol lagi-lagi tertawa.

"Bagaimana aku bisa tidak percaya kalau kalian bertingkah aneh? Kalian selalu bilang 'bermain' pada malam hari. Lalu kalian berdua masuk ke kamar, dan keluar dengan keadaan berkeringat. Lalu kalia----"

"Dengar dengar!" Seungcheol memotong pembicaraan Aera. "Kami berkeringat karena memang Judo mengharuskan kami untuk berkeringat. Kami senang melakukan ini, jadi kami anggap ini bermain. Ini adalah satu-satunya cara agar penat kami dengan pekerjaan di kantor hilang." lanjutnya.

"Dan kau harus tau, kalau kami adalah kakak beradik." sambung Jun.

"Bukankah margamu Wen?" tanya Aera pada Jun.

Jun mengangguk mengiyakan. "Kami bukan saudara sekandung. Aku diangkat anak oleh kedua orangtua Seungcheol hyung saat aku berusia sepuluh tahun karena orangtuaku meninggal karena kecelakaan."

"Lalu kenapa tuan Seungcheol bilang jika ia tidak mau bermain dengan wanita karena wanita bukan tandingannya dan tidak mampu menandinginya?"

"Astaga, bolehkah aku memarahimu sekali saja?" Seungcheol mengusap wajahnya kasar. "Tentu saja aku tidak mungkin mengajak wanita bermain Judo. Memang aku ini laki-laki apa yang menantang wanita?" katanya.

Jun terkekeh. "Tapi kami mohon padamu untuk merahasiakan ini semua pada yang lain. Apalagi tentang hubungan kami sebagai kakak-beradik."

"Kenapa?"

"Lihat kan? Dia masih bertanya. Astaga." Aera mulai kesal dengan Seungcheol yang terus meremehkannya.

"Aku tidak mau mereka kikuk berteman denganku hanya karena aku adik dari atasan mereka. Jadi kami memutuskan untuk menyembunyikannya. Selain itu, dalam dunia pekerjaan, kita harus bersikap profesional. Iya 'kan?"

Aera mengangguk setuju.

"Jadi nona Aera yang polosnya melebihi anak taman kanak-kanak, berhenti mencurigai kami sebagai pasangan Gay. Ok?" ujar Seungcheol.

"Baiklah. Maafkan aku." kata Aera.

Jun bernafas lega. "Aku sedikit merasa lega karena setidaknya ada satu orang yang mengetahui semua ini."

"Sudahlah! Lebih baik kau mengantar Aera ke kamarnya. Aku takut, ia tidak bisa menemukan kamarnya karena terkejut akan hal ini." ledek Seungcheol.

"Tidak mungkin! Aku bisa pergi sendiri." kata Aera.

"Aku antar! Tenang saja. Aku hanya ingin memastikan kau masuk kemar yang benar." kali ini Jun yang meledek.

Saat mengantar, Jun kembali menahan tawanya membayangkan apa yang di katakan Aera.

"Berhentilah meledekku, Jun." kata Aera.

"Arraseo arraseo. Mianhae." kata Jun terkekeh. "Aku hanya tak habis pikir saja." lanjutnya.

"Tapi, kenapa tuan Seungcheol bilang kalau ia tidak tertarik dengan wanita? Apa dia tidak punya kekasih?"

"Hmm.. Dulu ia hampir menikah. Ia sangat mencintai kekasihnya itu bahkan mungkin sampai sekarang. Tapi, sehari sebelum mereka melangsungkan pernikahannya, kekasihnya meninggal karena di tabrak sebuah mobil saat sedang menyebrang. Sejak saat itu, ia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Mungkin seperti tidak bisa..... Move on?"

"Aahh..." Aera mengangguk mengerti.

"Apa kau mulai tertarik pada kakakku setelah tau kebenarannya?" tanya Jun menggoda.

Aera buru-buru menggeleng. "Tidak!"

Jun kembali terkekeh. "Masuklah! Sudah malam. Aku ingin mandi karena tubuhku sudah penuh keringat." kata Jun. Ia mendekat, membisikkan. "Karena bermain Judo bukan melakukan hal lain." sambungnya terkekeh seraya mengacak rambut Aera.

Tbc.

Gay Or Nay → C.S.CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang