08. "Dia wanitaku"

1.8K 238 3
                                    

"Selamat pagi." sapa Seungcheol yang baru saja datang.

"Selamat pagi tuan." balas Aera.

Seungcheol berhenti tepat di depan Aera. Ia menatap Aera dari atas hingga ke bawah.

"Kau sedang menggodaku?"

Aera yang tak mengerti, hanya menatap Seungcheol.

"Pakaianmu sangat terbuka. Aku tidak suka." kata Seungcheol.

Sontak Aera langsung menutup dadanya dengan kedua tangannya. Ia ingin marah sekarang. Marah pada Bitna yang meminjamkannya baju yang sangat sexy menurutnya. Bukan Aera tidak punya baju kerja lain. Hanya saja, ada beberapa hal yang membuat Aera terpaksa meminjam bajunya.

Tak berselang lama, Jun datang bermaksud ingin keruangan Seungcheol.

"Selamat pagi, Aera-ssi."

Aera balas tersenyum. "Selamat pagi."

"Apa tuan Seungcheol ada di dalam?"

Aera mengangguk mengiyakan. "Ya. Beliau ada di dalam."

"Baiklah." sahutnya. "Ngomong-ngomong, kau cantik memakai baju itu." lanjut Jun seraya masuk ke ruangan Seungcheol.

Aera bisa memastikan kalau saat ini, wajahnya pasti memerah. Bodoh memang! Ia mau saja memakai apapun yang di titah oleh Bitna. Sebenarnya Bitna sengaja meminjamkan baju yang agak sexy untuk mengubah penampilan Aera yang menurutnya sangat cupu. Lebih gila lagi, bahwa Aera memakai itu disaat cuaca sangat dingin.

Sesaat kemudian, Seungcheol dan juga Jun keluar dari ruangannya.

"Aera-ssi, ikut kami rapat di luar. Bawa semua berkas yang kita butuhkan mengenai perusahaan Hong corps." titah Seungcheol.

"Baik tuan." sahut Aera.

Mereka berjalan menuju lobby. Tampak semua karyawan membungkuk menyapa Seungcheol yang tentunya di balas senyuman oleh Seungcheol.

Setelah menempuh perjalan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di sebuah perusahaan milik keluarga Hong. Kantornya tak kalah besar dari kantor Seungcheol. Dan setau Aera, perusahaan ini adalah musuh terbesar bagi perusahaan yang di pimpin Seungcheol. Pimpinannya bernama Joshua. Sebaya dengan Seungcheol. Bahkan kalau Aera tak salah dengar, dulu mereka bersahabat. Tapi entah apa alasannya, mereka seperti musuh bebuyutan saat ini.

Seungcheol dan Aera diarahkan menuju ruangan besar oleh seorang wanita yang di yakinin adalah sekretaris Joshua. Sedangkan Jun, ia menunggu di lobby seperti biasanya.

"Woah, apa yang membawa tuan Choi Seungcheol datang ke kantorku?" tanya Joshua yang terkesan meledek seraya menghampiri mereka berdua.

"Tidak usah banyak basa-basi. Aku ing-"

"Apa dia sekretarismu?" tanya Joshua saat melihat Aera.

"Annyeonghaseyo. Aera-imnida." sapa Aera dengan sopan.

"Untuk apa kau menyapanya? Aku tidak menyuruhmu." ucap Seungcheol pada Aera.

"Hey, dia hanya menyapaku tuan." sahut Joshua.

"Aku sedang tidak ingin membicarakan hal penting ini padamu. Aku kesini untuk membicarakan ini." Seungcheol melempar map yang berisikan surat-surat tentang penanaman saham di salah satu perusahaan terbesar di Korea.

Joshua memberikan smirknya. "Ada apa? Kau takut kalah denganku?"

Seungcheol tertawa meremehkan. "Takut katamu? Pernahkah sekali saja aku takut padamu? Jangan bercanda tuan Hong."

"Lalu apa masalahnya?"

"Hanya orang bodoh yang tidak tau apa masalahnya. Empat puluh persen katamu? Sebegitu inginkah kau menang?"

Ini biasa terjadi saat persaingan bisnis antara kedua perusahaan ini. Kali ini, mereka bersaing untuk bekerja sama dengan perushaan yang sangat berpengaruh terhadap bisnisnya. Namun bedanya, kali ini Joshua hanya meminta empat puluh persen dari keuntungannya, sedangkan Seungcheol meminta seperti biasa enam puluh persen. Tentu saja kemungkinan besar Joshua lah pemenangnya.

"Itu tidak masalah buatku. Aku hanya butuh sedikit keuntungan." kata Joshua santai.

"Kau hanya ingin mengalahkanku!!" sahut Seungcheol.

"Baguslah jika kau mengerti." lagi-lagi Joshua bicara dengan sangat santai.

Aera tak mengerti tentang masalah ini. Ia yakin sekali kalau ini bukan hanya persaingan bisnis, melainkan masalah pribadi.

"Ngomong-ngomong, kau pintar juga mencari sekretaris. Dia cantik dan........ Sexy." kata Joshua menatap Aera.

Tiba-tiba Seungcheol merangkul Aera. "Jangan main-main. Dia wanitaku." katanya yang membuat Aera terkejut.

Sama terkejutnya dengan Joshua.

"Woah." ia mengangguk mengerti. "Wanitamu. Kita lihat saja nanti." lanjutnya.

Seungcheol mengepalkan tangannya. Segera ia bangkit dari posisinya.

"Jika kau main-main, aku tak segan untuk membuat perusahaanmu bangkrut." ancam Seungcheol.

Ia berjalan mendahului Aera dengan langkah marah.

"Saya permisi, tuan." pamit Aera.

"Ya, sampai ketemu Aera." kata Joshua.

Merasa Aera terlalu lama, Seungcheol menarik tangannya. Ia berjalan sangat cepat. Mukanya sangat merah karena menahan amarahnya.

Ditengah jalan, ia berhenti yang membuat Aera menabrak punggungnya. Ia berbalik dan menatap Aera. Kemudian ia melepas jas-nya dan memakaikannya pada Aera.

"Jika kau memakai pakaian seperti ini lagi, aku akan memecatmu." kata Seungcheol yang berjalan mendahuluinya.

......

Siang ini, Jun dan Aera makan bersama di kantin. Seperti biasa, Seungcheol melewatkan makan siangnya demi pekerjaannya.

"Apa tadi terjadi sesuatu di kantor Joshua hyung?" tanya Jun.

"Kau mengenalnya?"

Jun mengangguk mengiyakan. "Tentu saja. Dulu dia adalah sahabat kakakku. Mungkin kau tau itu." kata Jun yang diangguki Aera.

"Tapi kenapa bisa seperti sekarang?"

"Masalahnya cukup rumit." jawab Jun seadanya.

"Sepertinya tuan Seungcheol sangat tidak suka padanya. Terlihat dari cara bicara dan juga wajahnya."

Jun terkekeh.

"Kenapa?" tanya Aera menoleh ke arah Jun.

"Tidak apa-apa." sahutnya. "Tapi, kenapa tadi kau keluar memakai jas kakakku? Apa terjadi sesuatu?"

"Tidak! Hanya saja, tadi tuan Joshua mengatakan jika aku cantik dan sexy memakai pakaian ini."

"Kau tidak sedang memuji diri sendiri kan?" goda Jun.

Aera mendecak. "Tentu saja tidak."

Itu membuat Jun sedikit tertawa. "Lalu?"

"Lalu, kakakmu mengancam jika aku memakai baju ini lagi, ia akan memecatku."

"Baguslah. Itu lebih baik."

"Bagus katamu? Kau ingin aku di pecat."

"Tidak. Bukan itu. Aku juga tidak suka melihat kau memakai pakaian sexy seperti ini. Itu membuatku suka padamu." katanya dengan intonasi yang melemah di akhir.

"Mwo? Aku kurang jelas mendengarnya.

"Tidak tidak! Tidak perlu mendengarnya." sahutnya yang di akhiri dengan kekehan.



Tbc.

Gay Or Nay → C.S.CUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum