24. Maafkan aku

1.2K 153 1
                                    

"Hyung! Kau sakit?" tanya Jun saat tengah menyantap sarapannya.

Seungcheol menggeleng. "Apa jadwalku hari ini?" tanyanya seraya menarik kursi di sebelah Jun.

"Hari ini kau ada rapat dengan Joshua hyung. Lalu di siang hari kau harus pergi menuju proyek terbaru kita." kata Jun yang di angguki oleh Seungcheol. "Tapi hyung, lebih baik kau istirahat dulu. Kau tampak kurang sehat." lanjut Jun.

"Aniya! Aku hanya sedikit pusing." kata Seungcheol.

"Kau mau ke dokter?"

Seungcheol sedikit terkekeh. "Kau terlalu berlebihan. Aku tidak apa-apa." katanya seraya menyantap rotinya.

"Tapi....."

"Sudahlah! Ayo kita berangkat. Kita bisa terlambat nanti." kata Seungcheol memotong pembicaraan.

                             .......

Seungcheol terlihat sangat pucat. Ia terus memijat kepalanya yang mulai mengeluarkan keringat dingin itu. Ia juga tampak lemas. Tak ada semangat di dalam dirinya ini.

Seungcheol adalah tipe pekerja yang profesional. Buktinya, ia sudah berada di ruang rapat menunggu Joshua datang.

Tak berselang lama, pintu ruang rapat terbuka. Lalu masuklah Joshua dan juga Aera yang mendampingi.

"Maaf aku terlambat." kata Joshua santai.

"Tak apa! Kita mulai saja."

Sepanjang rapat, pandangan Aera tak lepas dari Seungcheol yang terlihat sangat tak baik. Ia hanya diam mendengarkan tanpa berkata. Aera tau betul kalau Seungcheol sedang tak enak badan.

"Bagaimana menurut anda tuan Seungcheol?" tanya bawahannya.

"Hmm? Ya. Aku setuju." kata Seungcheol mengangguk namun dengan wajah bingung. "Kita akhiri saja rapat hari ini. Aku akan kabari kerjasama kita selanjutnya." lanjut Seungcheol pada Joshua.

Segera para bawahan Seungcheol meninggalkan ruangan.

"YA! Apa kau sakit?" tanya Joshua.

"Ani! Gwaenchana!"

"Ngomong-ngomong, kau akan datang ke pernikahan kami lusa besok kan?"

Seungcheol melirik sekilas. "Tentu saja!" jawabnya seadanya. "Aku harus kembali ke ruanganku. Pekerjaanku masih banyak sekali." lanjutnya seraya bangkit dari kursinya.

Belum sempat Seungcheol membuka pintu, tubuhnya jatuh kelantai. Tentu saja itu membuat Joshua dan Aera panik. Dengan segera, Aera berlari menghampiri Seungcheol.

"Cheol! Bangunlah!" ia menepak-nepak pipi Seungcheol. "Josh! Cepat panggilkan ambulans." titah Aera.

"Tapi...."

"Cepat Josh!!!!" teriak Aera menangis karena panik.

Aera di temani Jun menunggu dokter yang memeriksa Seungcheol di UGD. Aera tampak gelisah. Kakinya ia goyang-goyangkan saking paniknya.

"Tenanglah Aera. Kakakku akan baik-baik saja." kata Jun menenangkan.

"Aku sudah tau kalau ia sakit. Dia tidak pernah memperdulikan tubuhnya sendiri. Dasar pria bodoh!" kata Aera kesal seraya menitikan airmata.

"Kau tau sendiri bagaimana sifat kakakku kan? Ia tidak akan berhenti bekerja sampai ia mati. Itu adalah prinsip hidupnya."

"Tapi tidak dengan menyiksa dirinya!" kat Aera tegas.

Belum sempat Jun merespon, dokter yang memeriksa memanggil keluarga Seungcheol.

"Ada masalah dengan lambungnya. Kami harus membedahnya karena menurut tes, lambungnya terluka." kata dokter itu menjelaskan.

"Apa harus dilakukan operasi dok?" tanya Jun.

Dokter itu mengangguk mengiyakan. "Akan bahaya sekali jika di biarkan."

Aera di sebelah Jun, hanya bisa memandang Seungcheol dengan miris.

"Apa ada di antara kalian yang bisa menandatangani surat persetujuannya?" tanya dokter itu lagi.

"Ya. Saya adiknya." kata Jun. "Aku kesana dulu. Aku titip kakakku ya?" katanya pada Aera.

Aera hanya bisa mengangguk seraya sedikit tersenyum.

Setelah Jun pergi, Aera mendekat pada Seungcheol. Ia duduk di kursi sebelah kasurnya, lalu memegang tangan Seungcheol. Ia menundukkan kepalanya seraya menangis.

"Maafkan aku." katanya. "Seharusnya aku tak meninggalkanmu disaat kau sakit. Maafkan aku." lanjutnya.

Aera sangat sedih. Sebenarnya selama ini, di hatinya hanya ada Seungcheol. Ia sadar kalau ia jahat pada Joshua. Ia menjadikan lelaki itu pelarian sakit hatinya pada Seungcheol. Ia berharap kalau Joshua bisa menggantikan posisi Seungcheol di hatinya. Ternyata itu semua salah. Semakin Aera berusaha melupakan Seungcheol, ia makin susah untuk meninggalkannya. Tapi sekarang semua sia-sia. Lusa, ia akan resmi menjadi istri Joshua.

"Aera!"

Aera menoleh saat suara yang lumayan keras itu terdengar memanggilnya.

"Josh?"

"Ayo kita pulang!" kata Joshua.

"Tapi Josh. Izinkan aku untuk menemani Seungcheol operasi besok."

"Tidak akan! Lusa kita akan menikah!! Aku tidak mau kau goyah hanya karena si brengsek ini."

"Aku mohon Josh."

"TIDAK!!!" sentaknya. "Aku ini calon suamimu! Sudah sepantasnya kau mengikuti apa kataku!!" lanjutnya.

"Josh, biar bagaimanapun dia ini temanmu. Apa kau tega meninggalkannya disaat ia sakit?"

Tak menggubris, Joshua menarik tangan Aera dengan kasar yang membuat Aera merintih kesakitan.

"Josh! Ini sakit sekali. Lepaskan aku!" kata Aera meronta.

"Aku sudah berusaha bersikap lembut denganmu. Tapi sepertinya kau ingin melihatku bersikap kasar padamu." kata Joshua.

Sesampainya di parkiran, Joshua langsung membuka pintu mobilnya.

"Cepat masuk!" titahnya.

Tanpa perlawanan yang menurut Aera akan sia-sia, Aera segera masuk. Di sepanjang perjalanan, wajah Joshua sangat tegang. Ia mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat karena sangat marah. Jika saja, ia bisa menikahi Aera sekarang juga, mungkin ia akan lakukan saat ini juga. Ia sangat ingin Aera menjadi miliknya seutuhnya. Ia tak ingin siapapun mengambil Aera dari sisinya. Terlebih Seungcheol.

"Josh. Bisakah kau pelan-pelan? Aku sangat takut." kata Aera.

"Diam atau aku akan menabrakkan mobil ini."


Tbc.

Gay Or Nay → C.S.CWhere stories live. Discover now