18. Sudah kukatakan padamu

1.4K 188 6
                                    

"Maukah kau menikah denganku?" tanya Seungcheol.

Aera tentu saja terkejut. Tak ada angin dan tak ada hujan, tiba-tiba saja Seungcheol menanyakan hal itu.

"Aku ingin kita menikah dalam waktu dekat ini. Kau mau?" tanya Seungcheol lagi.

Aera tersenyum kaku. "A-aku ambilkan teh untukmu."

Saat hendak pergi, Seungcheol menahan tangan Aera.

"Kau sudah membuatkan teh untukku." katanya dengan pandangan mata ke secangkir teh di depannya.

Aera terpatung karena salah tingkah. Dia mengedarkan pandangannya kearah lain.

"Aera, aku bertanya padamu." ujar Seungcheol.

"Aku tak bisa menjawabnya sekarang. Aku tidak bisa memastikan bagaimana perasaanku padamu,"

"Lalu kapan?"

"Aku tidak tau."

Seungcheol mengusap wajahnya kasar. "Baiklah! Tapi kumohon, jangan membuatku lama menunggu. Aku sangat ingin menikahimu."

"Tapi....kenapa?"

"Aku sudah lama ingin bicara ini padamu. Tapi aku ragu. Barulah sekarang aku punya keberanian."

"Aku baru tau kalau kau ternyata takut akan sesuatu hal." goda Aera.

Seungcheol terkekeh. "Hanya ada tiga hal di dunia yang kutakuti. Pertama Tuhan, kedua ayahku, dan yang ketiga penolakan dari seseorang kucinta." kata Seungcheol yang membuat Aera terdiam.

"Itulah mengapa aku harus sangat hati-hati jika mengatakan perasaanku yang sebenarnya." sambung Seungcheol.

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Aera yang diangguki Seungcheol. "Sejak kapan kau mencintaiku?"

Seungcheol berfikir sejenak. "Sejak hari ini."

"Hari ini?"

Seungcheol mengangguk mengiyakan. "Aku mencintaimu sejak hari ini. Jika besok kau bertanya lagi, aku akan jawab dengan hal yang sama. Kau tau jika sesuatu hal baru saja dimulai hari ini, kita pasti akan serius akan hal itu. Begitulah cintaku padamu, Aera. Cintaku padamu tidak memerlukan hari kemarin atau hari esok. Cintaku padamu, hanya butuh hari ini. Jadi aku harap, kau tidak membuat hariku yang indah, menjadi buruk."

Aera terdiam sesaat.

"Aku akan memikirkannya."

"Aku mengerti. Terimakasih." katanya di akhiri senyuman.

......

Pagi-pagi sekali, Seungcheol berjalan sumringah di sepanjang lobby kantornya. Semua karyawan ia sapa dengan senyuman khasnya.

"Hyung, kau tidak gila kan?" tanya Jun saat tengah berada di dalam lift berdua dengan Seungcheol.

"Kenapa?"

"Daritadi kau terus menerus tersenyum. Jujur saja, aku takut kondisi kejiwaanmh terganggu."

"YA! Berani sekali kau." teriak Seungcheol.

Belum sempat Jun merespon, pintu lift terbuka dan menampakkan seorang wanita cantik.

"Eoh, selamat pagi tuan." sapanya sedikit membungkuk.

"Selamat pagi Aera. Kau mau kemana?" tanya Seungcheol.

"Aku harus memberikan berkas ini kepada HRD tuan." jawab Aera.

"Jun tidak bisa kah kau saja yang mengantarnya?" tanya Seungcheol.

"Aku? Kenapa harus aku?" tanya Jun heran.

"Aera akan kelelahan kalau dia harus pergi ke kantor HRD."

Jun memutar bola matanya malas. "Dasar anak remaja." gumamnya yang masih terdengar. Tentu saja Aeta menahan tawanya.

"YA! Apa kau bilang?"

Jun tak menggubrisnya melainkan langsung masuk keruangannya.

"Aahh dasar adik tak tau di untung." canda Seungcheol.

"Saya permisi tuan." kata Aera.

"Aku akan menyuruh orang lain. Tunggulah disini." kata Seungcheol menahan Aera.

"Astaga. Ruangan HRD hanya turun empat lantai dari sini. Lagipula ini sudah biasa kulakukan."

Seungcheol mendecak. "Baiklah. Hati-hati. Jaga pandanganmu dari pria lain."

Aera terkekeh. "Baiklah. Aku akan buatkan kopi untukmu saat aku kembali."

"Terimakasih calon ratuku." kata Seungcheol yang membuat Aera sedikit terkekeh.

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan Seungcheol dibuka oleh seseorang. Seketika muka Seungcheol menegang saat melihat siapa orang yang ada di depannya ini.

"Mau apa kau kemari?" tanya Seungcheol sarkas.

Joshua hanya tersenyum. "Duduklah disini. Aku ingin bicara padamu."

Seungcheol tak memuliakan keinginannya. Ia kembali fokus pada pekerjaannya.

"Aku tidak ada waktu untuk menunggu. Ayolah." kata Joshua lagi.

"Kalau begitu pergilah dari sini."

"Ayolah aku ingin berdamai denganmu." kata Joshua yang membuat kegiatan Seungcheol berhenti.

"Berdamai katamu? Bercandamu sudah keterlaluan."

"Kau ingin bercanda denganku?"

"Kau sungguh membuatku emosi. Pergilah sebelum aku memanggil keamanan."

Joshua menyenderkan tubuhnya di sofa, melipat kakinya lalu membuang nafasnya meledek.

"Bagaimana? Apa kau jadi menikah dengan Aera?" tanya Joshua santai.

"Tentu saja." Seungcheol berubah menjadi arrogant.

"Apa kau mencintainya? Sungguh mencintainya?"

"Menurutmu?"

"Mana kutau. Itu hatimu."

"Kau sudah tau kan kalau aku tidak bisa melupakan Dahye?"

Joshua mengerutkan dahinya. "Lalu kenapa kau ingin menikahinya?"

Seungcheol berdiri, menghampiri Joshua lalu terkekeh. "Aku hanya ingin kau mengaku kalah denganku. Aku tidak mencintainya. Bahkan tidak sedikitpun. Di hatiku, hanya Dahye. Tidak yang lain."

"Kalau begitu, aku tidak akan menikah denganmu selamanya."

Sontak mereka berdua menoleh ke sumber suara.

"Aera?"

"Aku sudah menduga kalau kau tak mencintaiku." kata Aera.

"Aera dengarkan aku dulu. A--"

"Aku tak ingin dengarkan apapun dari mulutmu." kata Aera memotong pembicaraan Seungcheol.

"Aku mohon dengarkan aku dulu, Aera." kata Seungcheol.

Tak memuliakan ucapannya, Aera langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Sedetik kemudian, Joshua tertawa meledek.

"Sudah ku katakan padamu untuk tidak main-main pada hati wanita, bung." kata Joshua. "Aku permisi." sambungnya.

Tbc.

Dikit aja ya hehehe

Gay Or Nay → C.S.CWhere stories live. Discover now