ā€¢Hater Gonna Hate, but Lover Gonna Loveā€¢

8.7K 699 118
                                    

Pukul tiga sore Taeyong pulang dari kampus, langsung menuju ke rumah. Ya, jika tidak ada urusan sih inginnya dia pergi hang out bersama temannya.

〽〽〽

"Aku harus pakai baju yang mana ya?" Ten bingung saat memilah - milah bajunya, pokoknya ia harus memakai baju terbaik. Tak lain agar Taeyong tidak marah atau malu saat jalan bersamanya.

"Ini sepertinya cocok," akhirnya ia memutuskan untuk memakai kaos lengan pendek berwarna merah beludru yang oversize serta celana pensil hitam setinggi mata kaki.

'Bruummmm....'

"Itu pasti mobil Kak Taeyong," batin Ten. Iapun segera keluar, menunggunya di ruang tamu.

"Aku pulang," ucap Taeyong saat pertama masuk ke dalam rumah. Ten yang sudah duduk rapi di sofa segera membungkukan badannya. Bermaksud untuk menghormatinya. Taeyong hanya melirik ke arahnya dengan tatapan malas dan segera pergi ke kamar. Ten hanya maklum, mungkin karena ia baru saja pulang dari kampus.

Tiba - tiba dorongan untuk menemui Taeyong muncul, namun segera ia buang jauh - jauh. Tetapi hati kecilnya tetap saja memaksa, jika tidak dia akan selalu dihantui.

"Oke, kali ini saja," monolog Ten kepada hatinya.

Ten berjalan menuju ke kamar Taeyong. Saat sampai di depan pintu, ia menjadi lemas -hatinya.

"Haruskah? Ah, masabodo dia memarahiku, toh dia juga sangat membenciku," ia meyakinkan dirinya dan mengetuk pintu kamar Taeyong.

'Tok tok tok!'

Ia mengetuk tiga kali, agak lama tidak ada jawaban. Ia belum berani untuk mengetuknua lagi, mungkin Taeyong sudah dengar.

"Sebentar," sang pemilik kamar menjawab. Ten lega.

'Ceklek'

"Ada apa?" tanyanya dingin saat mendapati Ten yang sudah berdiri diambang pintu.

"Ehmm-ehmm-" Ten terlalu gugup.

"Ayolah Ten, katakan saja," batin Ten menyemangati dirinya sendiri.

"Ak-ak-ku, ehmm- aku bisa membuatkanmu teh atau memijatmu, kau pasti lelah," rasanya ia ingin menampar pipinya sendiri setelah mengatakan hal itu.

"Pijat saja, tidak usah membuat teh," jawabnya menerima tawaran Ten, ia benar - benar lega karena Taeyong tidak marah.

Ten berbalik badan, ia pikir bisa memijat Taeyong di ruang tengah sambil melihat taman belakang.

"Kau mau kemana?" tanya Taeyong saat melihat Ten yang malah beranjak pergi.

"Ruang tengah, aku bisa memijatmu disana sambil melihat taman," jawabnya kali ini lancar tanpa terbata - bata.

"Tidak, di kamarku," what the hell.

"Baiklah," Ten hanya menuruti permintaan Taeyong. Sebenarnya dalam hatinya ia mengumpat.

Ia masuk ke kamar Taeyong yang dekorasinya dominan warna abu -abu dan tentunya lebih besar dari kamarnya. Ia mengaguminya, disana juga ada sebuah foto Taeyong yang cukup besar tergantung di tengah ruangan.

"Cepat! Katanya kau ingin memijatku?" Taeyong sudah berbaring di ranjangnya.

"Hah, berbaring?" ucap Ten pelan, namun terdengar oleh Taeyong.

"Kau tidak suka? Aku tidak suka jika duduk," jawab Taeyong.

"Eh tidak kok," dan Tenpun naik ke ranjang Taeyong dan mulai memijit punggungnya.

Sex With Step BrotheršŸ± ā€¢TAETENā€¢ [discontinued]Where stories live. Discover now